6

356 38 1
                                    

"ENGGAK mungkin, Pak. Saya tahu siapa anak saya!"
"Tapi, itu kebenarannya, Bu."
"Semua itu salah paham, Pak. Saya yang terlalu gegabah."

Mico benar-benar menyesal lahir ke dunia ini. Ia tak pernah menyangka jika kehadirannya di dunia ini hanya untuk mempermalukan Mamanya di depan banyak orang seperti ini. Terlebih, di depan gurunya dan orang yang telah membuat hidup Mico tersiksa seperti ini, orang yang masih Mico cintai.

Jantung Mico mencelos, seakan ditonjok sampai ke perut dan terus tertarik ke dasar bumi yang paling bawah. Jantungnya serasa terhimpit paru-parunya yang membuat ia sulit untuk bernafas. Kini, badannya benar-benar terkulai lemah. Seluruh persendian dan tulang-tulangnya sekan tak mampu menahan berat tubuhnya.

"Sam berkelahi dengan Albert karena Sam tak ingin Mico di dekati oleh Albert ... " ucap Pak Yuzo menyebutkan Sam dan Albert yang memang sengaja dihadirkan di ruangan itu. Pak Yuzo menahan ucapannya, mengambil nafas sejenak. Lalu, membuangnya. "Karena Albert yang memberi tahu ke semua orang jika Mico adalah seorang gay," ucap Pak Yuzo dengan sangat hati-hati. Jantung Mico benar-benar mencelos keluar dari tubuhnya saat Pak Yuzo berkata hal itu.

"Enggak mungkin, Pak. Saya tahu siapa anak saya!" ucap Mama Mico dengan tegas. Tahu apa yang akan membuat hati Mama Mico teriris? Ia sungguh tidak mengetahui siapa sebenarnya anaknya, bahwa Mico memang seorang gay.

"Tapi, itu kebenarannya, Bu," ucap Pak Yuzo berusaha meyakinkan, meyakinkan bahwa Mama Mico memanglah tak tahu tentang anaknya sendiri.

"Semua itu salah paham, Pak. Saya yang terlalu gegabah," sambar Albert langsung dengan cepat. Yang membuat semua orang di ruangan itu dengan cepat menoleh ke arahnya, tak terkeculi Mico.
"Apa maksud kamu, Albert?!" tanya Pak Yuzo geram, ia merasa telah dipermalukan.

"Saya yang terlalu gegabah, Pak. Saya terlalu percaya diri manganggap Mico suka sama saya," ungkap Albert dengan tegas.

"Lalu, bagaimana dengan semua bukti yang kamu dapat?"

"Itu semua palsu, Pak. Itu semua hanya fitnah keji yang ingin menjatuhkan Mico." Albert menoleh ke arah Mico yang sedang menatap bingung kepadanya. Dan Mico berani bersumpah jika Albert tersenyum kepadanya, meski tipis dan sekejap. Cukup membuat hati Mico munafik karena seakan kupu-kupu beterbangan di perutnya.

"Lalu, insiden kantin itu?" tanya Pak Yuzo lagi yang semakin dibuat bingung, sekaligus geram.

"Itu karena, saya tidak terima Sam mendorong saya. Padahal, niat saya mau meminta maaf sama Mico," ucap Albert. "So, semua ini hanya salah paham, Pak. Dan hanya seseorang yang tak suka dengan Mico yang sanggup membuat fitnah seperti itu, Pak," jelas Albert panjang lebar.

Mico dan Sam saling melempar pandang dengan raut wajah yang sama-sama dibuat bingung oleh pernyataan Albert. Mereka semua tahu--Mico, Sam, dan Albert, insiden kantin itu bukan berasal dari sebuah salah paham.

Albert menoleh ke arah Mama Mico yang berada samping kanannya. "Saya juga minta maaf, Tante. Saya sudah salah paham terhadap anak Tante. Saya janji akan mengembalikan nama baik Mico, Tante," ucap Albert sambil tersenyum, nada bicaranya tulus. Raut wajahnya menampakkan rasa bersalah yang dalam.

Mama Mico tersenyum, tatapannya meneduhkan. "Tidak usah, kamu meminta maaf terhadap Mico, itu sudah cukup. Biarkan waktu yang menjawab semuanya," ucap Mama Mico, ucapannya seperti seorang Ibu yang sedang meneduhkan anaknya dari hujan, begitu menyejukkan hati.

Albert tersenyum lega. "Terima kasih banyak, Tante," ucap Albert tulus.

"Lalu, semua ini hanya salah paham?" tanya Pak Yuzo sekali lagi.

"Iya, Pak," jawab Albert yakin.

"Maafkan saya, Bu," ucap Pak Yuzo tulus hati kepada Mama Mico.

"Iya, Pak," Mama Mico tersenyum.

ALMICOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang