Bagian 14

16K 1.8K 244
                                    

“she's a Queen 
with a little bit of savage.”
r.h. Sin

Kesialan lainnya yang menimpa Quinsha hari ini: terjebak di ruang rapat. Tak masalah bila isinya hanya ia seorang diri. Sayangnya, ruangan tersebut sekiranya diisi oleh sepuluh anak-anak kalangan atas.

Quinsha juga tidak paham. Ia telah memberitahu Kevin—Ketua Osis Pusaka—supaya jangan pernah, cetak miring dan garis bawahi jangan pernah mengikutsertakan Quinsha ke dalam rapat-rapat enggak jelas semacam ini.

Mengapa? Sebab gadis itu tahu, mereka bukan melakukan ‘rapat’ sesungguhnya, melainkan kumpul-kumpulnya anak kaum berduit mengenai rencana weekend. Pesta, kelab malam, atau hanya sekedar pamer.

“So guys, tema buat event-event tahun ini tetep diserahkan sama kita. Anak organisasi, eskul, guru, or etc gak akan ikut campur.”

Iris cokelat terang Quinsha melirik Meisha. Selebgram ter-famous seantero Pusaka. 

Well, tidak heran. Lihat saja, sedang diskusi begini pun live instagram tetap jalan.

“Can you turn off your camera, Meisha? Harus banget diliput? Berasa Kendal Jenner apa gimana?” Meisha buka mulut, akan membantah.

Kevin segera mengintrupsinya. “Just do it, Mei. Lagi pula demi menjaga reputasi kita. Gimana kalo ada percakapan yang gak harusnya kedenger sama followers lo? Mau tanggung jawab?”

Dengan dongkol Meisha meletakan ponsel ke atas meja. “Fine!”

Di kursinya Quinsha mendengus. Hal tersebut tak lepas dari perhatian setiap remaja di sana.

Sebagian dari mereka tentu saja sudah mendengar selintingan gossip yang menyebutkan jika Quinsha adalah “The Threat of Sahdjimoko Family”. Namun tak satu pun berani mempertanyakan kebenarannya.

Di sisi lain, tidak ada embel-embel ‘Sahdjimoko’ di belakang nama Annela Quinsh Tivera. Kebanyakan beranggapan Quinsha cuma ‘anak kalangan atas’ tapi bukan dari keluarga Sahdjimoko.

“Lo mau angkat bicara? Gue akan seneng kalau lo berpartisipasi, Quin.” Kevin yang duduk di sebelahnya berujar pelan.

“I told you, Vin. Jangan libatkan gue ke perkumpulan kayak begini.” Desisnya.

Kevin tergelak. Memajukan tubuh seraya berbisik, “Mereka gak tahu lo Sahdjimoko.”

Quinsha berdecih. “So? Lo tahu gue Sahdjimoko bukan berarti lo juga tahu semuanya tentang gue.”

Pemuda blasteran itu menyunggingkan senyum percaya diri. “Handjaya sama Sahdjimoko itu karib dekat, lupa?”

“Oh, really? I don’t care.” Balasnya memalingkan muka ke depan lagi sambil melipat tangan di dada.

Kevin malah senyum lebar. “Yep. There she is, Quinsha.” Di detik ke dua tatapannya berubah penuh harap. “But, please. Buat diskusi terakhiran begini lo harus sering hadir, ya? Biar seru maksudnya.”

“Ha, seru my ass.” Dagunya menunjuk Meisha yang berdiri di ujung meja. “Ganti sama lo. Pusing gue denger dia bicara, muter-muter.”

“As you wish, Quin.” Kevin lantas bangkit dan memberi kode agar Meisha duduk lagi ke kursinya.

“Nah. Seperti yang disampaikan Meisha, gue disini mau memperjelas event yang menjadi tanggung jawab kita. Pertama, pekan olahraga. Ini kayak biasanya aja sih. Lanjut ke—“

“One question here!”

“Ya Leo? Apaan?”

“Ini lomba antar sekolahan tapi boleh pakai pakaian bebas, kan, ketua osis?”
Galeo Tjandra menarik sudut bibir miring. Rambutnya yang cokelat ikal ikut bergerak seiring kepalanya yang toleh kanan kiri, menatap kumpulan anak lainnya. Nada bicaranya sedikit tak enak. Terlebih penekanan di kalimat ‘ketua osis’.

ABS [1]: Princess In 24 Hours [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang