Bagian 15

13K 1.6K 71
                                    

Irisnya yang indah mengedar, menatap bosan area swimming pool.

Semua teman kelas olahraganya-tak termasuk Quinsha-sibuk pada aktifitas masing-masing. Yang santai bercengkrama di pinggir kolam. Ada pun yang berlatih berenang. Pak Anwar-sang guru olahraga-sampai harus berteriak meminta perhatian anak didiknya.

Guru tersebut baru saja menyampaikan materi, namun para murid acuh tak acuh. Hingga Pak Anwar membunyikan peluit, siswa-siswi langsung kocar-kacir. Absen pertama seketika berbaris di dalam kolam, bersiap dites. Sementara yang lainnya menunggu.

"Quin,"

Satu kelas bersama Cecillia beserta dua temannya di Kimia sudah cukup bikin Quinsha pusing. Di kelas olahraga ia juga harus bertemu dengan Cecillia dan Devino.

Tanpa menoleh mulut Quinsha berucap, "What?"

Dan tolong ingatkan agar dirinya mengganti kelas olahraga, mumpung masih awal semester.

"I'm sorry, tentang kejadian di parkiran waktu itu. I know, I'm little bit childish. Sorry."

Otomatis Quinsha berpaling ke kanan. Mendelik tajam. "Basi tahu nggak?"

"Iya." Sahut si pemuda lesu.

Si gadis berparas jelita itu sama sekali tidak tertarik akan penampilannya yang bertelanjang dada dengan tubuh atletis, jadilah Devino serta merta menutupi bagian atas badannya menggunakan handuk yang sedari tadi dipegang.

"Tapi tetep aja gue gak karuan kalau belum minta maaf."

"Not to me." Sergah Quinsha. "Lo mestinya minta maaf sama Ketua Ketertiban."

Devino buang muka. Mengumpat tanpa suara.

"Fine."

"Apa?"

Menatap lagi perempuan yang duduk di sebelahnya tersebut. "I said, fine. Gue lakuin apa pun yang lo mau." Katanya melembut.

Ekor mata Quinsha menangkap Cecillia yang berjalan ke tempat di mana dirinya duduk. Karena ketenangan jiwa raganya adalah nomor satu, Quinsha memutuskan bangkit.

Tetapi Devino menahan pergelangan tangannya.

"Apa sih? Lepasin gak?"

"Mau ke mana? Itu rok lo basah, kependekan juga." Lelaki itu malah ikutan berdiri. Melilitkan handuk ke pinggang Quinsha. "Nanti terawang. Gak usah banyak protes, pakai aja."

"Thanks."

Punggung Devino tegak kembali. Sebelah matanya mengedip. "Ur welcome."

"Dev!"

Ketika menengok sejenak ke belakang, Quinsha sudah tidak ada di hadapannya.

Devino lalu memutar tubuh, memandang Cecillia yang menengok sekilas sosok di balik punggungnya.

"Really? Dia gak ikut kelas olahraga lagi?"

"Iya."

"Ck ck. Emang ya dia itu udah sombong, berlagak seenaknya juga."

"Cecill please, jangan cari gara-gara deh. Gue mesti ngasih tahu lo seberapa sering lagi sih?"

Cecillia kontan mendelik tidak terima. "Lo juga sama aja. Kenapa sih, Dev? Why you always protect her? Dia se-worth it apa sih sampai semua orang kayak tunduk gitu."

Devino geleng-geleng dan menarik napas pendek. "Lo susah dibilanginnya, gue capek." Ujarnya sambil berlalu.

"Devino!"

"Devino!!"

Pemuda tersebut tak mengindahkan panggilnya. Membuat Cecillia kesal bukan main. "Damn it!"

ABS [1]: Princess In 24 Hours [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang