B e r t e m u

5.4K 210 0
                                    

-//-

2 Mei 2015

Ketika dia yang kau cinta mencintai yang lain

Betapa dalamnya terluka hatiku

Dan bagaimanakah ku harus meyakinkan dirimu

Saat ku dengar suaramu

Ku tak mampu pergi

(Sammy Simorangkir - Tak Mampu Pergi)

Cewek ber-nametag Salshabilla Adriani mengetuk pintu ruangan yang posisinya sedang terbuka lebar. Sensasi yang dirasakan seperti halnya ingin masuk ke dalam wahana rumah hantu yang ada dipasar malam; deg-degan, takut, keringat dingin bercucuran dan bulu kuduk yang refleks berdiri. Tidak-tidak. Ini hanya ingin bertatap muka dengan artis, bukan ketemu setan. "P-permisi."

Aldi menoleh, jari-jemarinya terlepas begitu saja dari atas tuts piano. "Salsha ya? Sini masuk."

Salsha mengangguk lalu berjalan dengan sangat hati-hati mendekati Aldi. Kali ini cukup satu kata untuk mendeskripsikan semuanya, yakni; grogi. Ya, Salsha merasakan grogi yang teramat sangat ketika bisa melihat dari jarak dekat ketampanan seorang Aldi Maldini yang namanya kerap digembar-gemborkan oleh seantero SMA 17 Agustus.

"Sorry telat, hehe." Tutur Salsha mencoba mencairkan suasana. Padahal, kalau saja guru BK mengizinkan setiap siswa boleh melanggar peraturan sekolah minimal satu kali, pasti Salsha tidak akan terlambat menemui Aldi hari ini. Mungkin tadi ia sudah mengusir guru kimia yang tak henti-henti menjelaskan metana, etana, butana disaat bel pulang sudah terdengar beberapa kali.

"Gak apa-apa." Senyum Aldi mengembang, membuat kedua tangan Salsha yang sedang berusaha membuka resleting tas export birunya menjadi gemetaran, tempo detak jantungnya pun seakan tak beraturan.

"Lagi galau ya?" Tanya Salsha dengan lancangnya pada Aldi, seseorang yang baru empat mata dengannya hari ini, "M-maksud gue, lagu yang barusan lo nyanyiin kayaknya sedih aja gitu, hehe."

Aldi terkekeh sambil meraih selebaran berisi lirik lagu plus not piano yang baru saja dikeluarkan oleh Salsha dari dalam tasnya. "Jadi maksud lo, kalo orang nyanyi lagu sedih berarti lagi galau gitu?"

"Maybe," Salsha nyengir sembari mengedikkan bahu. "Oh iya, Pak Reza nyuruh kita buat nyanyi lagu itu." Telunjuknya mengarah pada sesuatu yang sedang dibaca Aldi.

Aldi mengangguk lalu melipat selebaran itu menjadi empat bagian kemudian dimasukkan kedalam saku atasan seragamnya. Ia berdiri dari posisi duduknya, tangannya mengamit jaket bomber hitam yang tercangkol di paku dekat jendela. "Kantin dulu aja yuk? Latihan dalam keadaan perut keroncongan gak bakal konsen loh."

Rahang Salsha seketika tercekat. Ia jadi menduga-duga. Apakah Aldi telah membaca fikirannya yang ingin segera pulang kerumah untuk cepat-cepat menuju meja makan? Atau justru alasan Aldi mengajaknya ke kantin karena... perutnya yang tiba-tiba berbunyi tanpa disadari?

Entahlah.

Yang jelas, sejak pertemuan hari ini, Aldi seakan mendapat point positif di hati Salsha.

"Y-yaudah ayuk." Jawab Salsha terbata-bata dan langsung menyusul langkah Aldi yang sudah sampai pada ambang pintu ruang musik.

-------------------------------------------------------------

Heya!

Ditunggu vomentnya.

Jangan lupa tambahkan "23" ke reading list dan library kamu.

Trimakasyiii :))

13 Januari 2018

Twenty Three [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang