8. Satu Kelas

1.9K 143 29
                                    

"Bercanda boleh-boleh saja. Tapi untuk urusan hati, tetap saja sakit kalau harus dipermainkan." -Twenty Three

-//-

Setelah berlibur dengan waktu yang sangat lama, hari ini saatnya kembali bangun pagi untuk menjumpai tempat yang bernama sekolah. Tetapi ternyata, pengumuman pada mading membuat Salsha, Steffi dan Beby hilang semangat di hari pertama masuk sekolah ini.

Terkecuali untuk Salsha, tidak tahu harus senang atau sedih. Karena di sisi lain, ia sedih harus berpisah kelas dengan kedua sahabatnya itu. Tapi sisi lainnya lagi, apakah ia justru seharusnya senang karena telah dipersatukan dengan Aldi?

"Ya udah lah guys, yang penting masih satu sekolahan kan? Masih bisa main bareng kok."

"Tapi kan, Sal... kalo gak ada lo, ntar siapa dong yang nemenin gue buat ngelabrak songongers di kelas?" Protes Steffi. "Si Beby mah tiada guna, kalo ngelabrak orang kurang greget."

Beby akhirnya mendelik dan langsung menoyor kepala Steffi. "Tobat atuh euy. Maenya maneh hirup rek kitu wae? Lagian, kasian tau, Steff, orang gak punya salah main dilabrak aja."

(Tobat atuh. Yakali hidup mau gitu aja?)

"Gak punya salah gimana? Jelas-jelas dia tuh anti sosial, Beb, ngisi soal aja harus ditutup-tutupin. Giliran aurat aja malah di umbar, kan tae."

"Steffi," Salsha menggelangkan kepala sembari menempalkan punggung tangannya pada kening Steffi. "Elo apa kabar coba? Sudah berhijab kah?"

"Nahloh, skakmat." Kekeh Beby.

"Bukan gitu, Sal, tapi kan seenggaknya gue gak munafik cuy. Aslinya nyablak ya nyablak, gak pura-pura jadi bidadari yang sok lemah gemulai. Iyuh, jijik."

"Iya deh iya." Salsha pun terbahak hingga akhirnya merangkul pundak kedua sahabatnya untuk ke kantin.

Tapi ketika di jalan, mereka pun bertemu dengan Bastian dan Iqbaal sedang duduk lesehan di depan lab komputer dengan kabel charger yang menempel pada terminal sambil memainkan ponsel dengan posisi landscape.

"Woy kalean! ML bae!" Sapa Steffi.

"Eh, Steff, Beb, Sal!" Bastian pun mendongak dan segera mengesampingkan poselnya, "sini-sini duduk!"

"Gak lo suruh juga kita bakal duduk kok, Bas." Timpal beby sambil langsung duduk bersila. Salsha dan Steffi pun mengikuti.

"Yeeh si bayi, pagi-pagi udah ngegas aja." Iqbaal pun menimbrung tidak mau kalah.

"Naon maneh? Sok kenal!"

(Apa kamu? Sok kenal!)

"Gak usah gitu lah, Beb, ntar suka loh sama gue."

"Gak mungkin!"

"Nothing's impossible."

"Teu!"

(Gak!)

"Eh udah-udah!" Lerai Bastian akhirnya. "Nih anak dua, gak di sosmed gak di real life kerjaannya ribuuut mulu."

"Iya, wuuuuuuu." Sorak Steffi.

Saking asyiknya mendengar Beby dan Iqbaal yang ribut sendiri, Salsha pun baru sadar kalau ternyata tidak ada Aldi bersama mereka. "Eh, si Aldi mana, Bas, Baal?"

"Bilangnya sih mau ke ruang BK, nemuin temennya yang pindah sekolah disini." Jawab Iqbaal.

"Siapa?"

Twenty Three [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang