1. Duet

4.3K 170 6
                                    

-//-

Ketika pertama kali melihat wajah Salsha, Aldi seakan percaya dengan kalimat; 'setiap manusia mempunyai wajah yang sama dengan ketujuh orang lainnya di belahan dunia' .

Baginya, Salsha adalah Katya Shamira versi lokal. Meskipun Salsha tidak mempunyai lesung pipit dan badan setinggi Katya, tapi kedatangannya sudah cukup untuk mengobati kerinduan Aldi pada orang tercinta yang lebih memilih pergi darinya.

Kelas duabelas mulai berjalan dengan pasangan masing-masing di red carpet yang telah disediakan. Para cowok terlihat gagah dengan kemeja putih dan jas hitam yang membalutnya. Mengenakan kebaya modern dan high heels seakan membuat cewek-cewek terlihat lebih anggun dari biasanya.

Tapi Aldi tidak bergeming, ia tetap fokus pada seseorang yang kini tengah duduk disampingnya. Salsha, yang hari ini lebih cantik dari yang dilihatnya tujuh hari lalu di ruang musik selama latihan. Mengenakan Mini dress sabrina dan sneakers warna putih, memberikan kesan simple bagi siapapun yang melihat. Rambutnya dikuncir kuda, sehingga ter-ekspos jelas ekspressi wajah harap-harap cemasnya itu.

"Rilex aja, gak usah gugup." Kata Aldi sambil memperhatikan hidung Salsha yang jika dilihat dari samping mirip sekali dengan prosotan anak TK.

Salsha tersenyum, "Iya." Pandangan matanya tertunduk lagi. Kembali mengingatkan Aldi akan pertemuan pertamanya dengan Katya. Dimana Katya lebih sering nunduk ketika ditatap, lebih sering senyum malu-malu ketika diajak ngobrol.

Acara demi acara pun telah terlewati. Tiba-lah saatnya nama Aldi Maldini dan Salshabilla Adriani yang terdengar nyaring dari microfon milik master of ceremony.

Salsha terlebih dulu mengucapkan basmallah. Aldi berdiri, tangan kanannya menjemput tangan Salsha agar bersedia untuk di genggam, senyum manisnya selalu diperlihatkan.

"Rilex." Aldi kembali mengingatkan.

Salsha hanya mengangguk dan mulai berjalan berdampingan dengan Aldi menuju panggung.

Suara tepuk tangan hadir sebagai penyambut, tak jarang teriakan iri para cewek yang seakan ingin bertukar posisi dengan Salsha pun turut melengkapi. Itu semua sudah terbiasa bagi Aldi, ia pun sangat tenang mengalunkan nada dan jari-jarinya dengan sangat lincah menari di atas tuts piano.

Tidak semata-mata menyanyikan lagu, Aldi dan Salsha selalu memasukan rasa disetiap liriknya. Isak-tangis kelas duabelas pun seakan mengiringi musik. Berat rasanya bagi mereka untuk meninggalkan semua kenangan yang telah terukir di SMA 17 Agustus ini, sekolah yang mempunyai makna sesuai dengan namanya. 17 Agustus, tanggal sejarah yang selalu mengingatkan seluruh rakyat Indonesia akan pentingnya berjuang dan berkorban hingga titik darah penghabisan sekalipun.

Musim upacara kelulusan

Di dalam dada pun angin bertiup

Bunga sakura hari ini tercerai berai

Di tempat memikirkanmu

(JKT48 - Boku No Sakura)

Pada lirik terakhir, Aldi dan Salsha saling pandang, mata mereka bertemu. Aldi berhasil merekam bola mata Salsha yang indah itu, pun Salsha yang menyadari bahwa mata sipit Aldi-lah yang ternyata memberi kesan imut pada wajahnya yang tampan.

Duet selesai.

"Yeay!" Aldi dan Salsha bersorak sambil ber-highfive ria. Ternyata waktu satu minggu yang diberikan oleh Pak Reza bukan-lah perkara yang sulit. Karena nyatanya, seluruh kelas duabelas dibuat terkesima oleh penampilan mereka.

Pak Reza akhirnya datang membawa dua minuman isotonik kemudian diberikan kepada Aldi dan Salsha yang sedang terduduk lemas di backstage hotel yang digunakan untuk farewell party tahun ini.

"Keren banget penampilannya!" Seru Pak Reza. Wajahnya terlihat bangga, membuat Salsha jadi merasa lega. Karena ia telah berhasil melaksanakan perintah dari Pak Reza dengan sebaik-baiknya.

Aldi dengan cepat menenggak minuman isotonik pemberian Pak Reza. "Kayaknya bakal ada reward nih." Ucapnya sambil mengedipkan mata.

"Ah kamu ini Di. Honor nyanyimu kan udah berjeti-jeti, masa masih minta hadiah juga sih?" Kekeh Pak Reza dengan logat jawa yang telah tertanam dalam dirinya yang memang berasal dari Yogyakarta.

"Ayolah Pak. Nasi padang disekitaran sini enak loh Pak."

Mendengar permintaan Aldi yang setengah maksa itu membuat Salsha tertawa. Kalau ekskul, biasanya Salsha selalu cerewet pada Pak Reza. Tapi kali ini, entah kenapa ia seakan menjaga image dihadapan Aldi.

Pak Reza mengiyakan. Ia langsung mengambil mobil di parkiran dan sabodo teuing dengan acara yang belum selesai.

Karena lokasi yang lumayan dekat dengan hotel, akhirnya dalam waktu lima belas menit mereka telah sampai ditempat tujuan.

Mengetahui kedatangan Aldi, para pelayan begitu antusias menyambutnya. Mereka dengan sigap membuka lock pada ponselnya dan dengan cepat pula men-touch fitur bergambar kamera.

Salsha kagum melihat Aldi yang dengan sabarnya menuruti keinginan mereka yang rata-rata ingin selfie di collage menjadi empat. Akhirnya satu persatu dari mereka kembali bekerja, begitu pun dengan Aldi yang mendudukkan dirinya disamping Salsha. Sementara Pak Reza izin sebentar untuk ke belakang.

Melihat keringat Aldi yang bercucuran, Salsha mengeluarkan tissue wajah dari dalam slingbag nya lalu menyodorkan pada Aldi. "Nih."

Aldi tersenyum, "thanks," tangannya aktif mengelap keringat di keningnya. "Lo gak mau foto sama gue Sal?"

"Buat apa?" Tanya Salsha cuek. Matanya menatap layar ponsel, jarinya aktif menggulir dan menyentuh.

"Kenang-kenangan lah."

"Not all memories should be captured, Di," kekeh Salsha yang lagi-lagi mengingatkan Aldi dengan seorang Katya.

Masih teringat jelas waktu study tour SMP, ketika Aldi mengajak Katya foto di pantai pandawa, Katya menolaknya dengan alasan yang sama seperti apa yang baru saja Salsha ucapkan.

Tidak lama kemudian, pesanan pun datang. Aldi menyodorkan ponsel pintar miliknya pada Salsha. "Kalo gue minta nomor WA lo mah gak apa-apa kan ya?"

Salsha mengangguk dan mulai mengetikkan duabelas digit momor di ponsel merk apel setengah itu. "Nih udah."

"Thanks."

Ponsel telah kembali ke tangan Aldi bersamaan dengan datangnya Pak Reza. "Widiiih makanannya udah pada dateng toh," tangannya langsung dimasukkan kedalam wadah berisi air kobokan itu. "Lah, kok pada bengong? Monggo dimakan Di, Sal."

Aldi dan Salsha mengangguk lalu mulai menyantap suguhan gratis yang rasanya dijamin wuenyak.

-------------------------------------------------------------

Hay gaes! Gimana nih responsnya? Ditunggu Vomentnya ya.

Dan jangan lupa tambahkan "23" ke library dan reading list kamu.

Trimakasyiii :))

13 Januari 2018

Twenty Three [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang