5. Satu Atap

3.2K 180 51
                                    

--//--

Disadari atau tidak, waktu shubuh memang selalu menggoda bagi setiap manusia untuk menaikkan selimut hingga menutupi kepala. Salsha menggeliat kesana-kemari untuk mencari sesuatu yang dirasa akan menghangatkan badan. Dan dengan satu hentakkan, akhirnya ia berhasil meraih selimut hingga ketika seseorang menggoyang-goyangkan tubuhnya secara pelan, ia masih saja dengan aktivitas di alam bawah sadarnya itu.

"Salsha."

"Sayang... bangun, nak!"

Tidak membutuhkan waktu yang lama, akhirnya Salsha berhasil menyingkap selimut mantel warna putih dan membuka matanya. Sungguh betapa terkejutnya ketika ia membuka mata, seseorang yang ada didepannya kali ini bukanlah Mbak Tuti ataupun Bunda, tetapi beliau adalah Mama Aldi. Spontan rahang Salsha tercekat, ia kemudian buru-buru bangun dari posisi tidurnya. Ia merasa gagal menjadi tamu yang baik, karena dimanapun yang namanya tamu itu tidak sopan jika bangunnya lebih siang dari si pemilik rumah.

"Hehe iya, Tante."

Semalam Salsha mendapat WhatsApp dari orang tuanya kalau mereka harus bermalam di Bandung karena paginya ada keperluan mendadak di kampus Anisa yang harus menyertakan orang tua. Tadinya Salsha ingin nekat naik taxi untuk menginap di rumah Steffi, tapi Mama Aldi tidak mengizinkan dengan alasan sudah malam. Jadi mau tidak mau dan meskipun berat hati, akhirnya Salsha terpaksa menginap di rumah Aldi.

"Ya udah sekarang kamu mandi ya? Tante mau bikin sarapan du---"

"Biar Salsha bantu ya, Tan?" Tawar Salsha yang merasa tidak enak karena dirinya berasa diperlakukan seperti hal nya ratu oleh Mama Aldi.

"Gak usah, sayang."

"Gak apa-apa Tante, Salsha udah biasa ngebantuin Mbak Tuti kok."

Padahal realitanya, Salsha adalah yang paling malas ke dapur jika dibandingkan dengan kedua saudaranya. Tapi ya, namanya juga sedang bertamu, jadi sah-sah saja lah jika sedikit pencitraan demi untuk menjaga image.

Heuheu.

"Siapa Mbak Tuti?" Tanya Mama Aldi.

"Asisten rumah tangga di rumah Salsha, Tan."

Mama Aldi manggut-manggut, "oh gitu. Tapi enggak ah, disini mah kamu gak boleh ke dapur titik. Kamu itu tamu, loh ya masa disuruh masak."

Salsha tersenyum bukan karena merasa terselamatkan dengan kalimat Mama Aldi yang tidak memperbolehkannya untuk membantu, justru ia tersenyum karena kehangatan yang ia rasakan ketika di rumah ini. Ia merasa senang telah bertemu dengan Aldi sekaligus Mama nya, karena berada disini, membuat Salsha mengerti kalau kebahagiaan itu justru bukan di dapat karena kemewahan, tapi bahagia yang sesungguhnya adalah, bagaimana kita bisa menjadi sederhana ketika berada ditengah kemewahan. Ya, Salsha mendapatkan itu semua pada Aldi dan Mamanya.

"Tapi, kalo Tante minta tolong boleh?" Lanjut Mama Aldi.

"Oh boleh banget Tante. Mau minta tolong apa?"

"Tolong bangunin Aldi, ya?"

Deg.

"Bangunin Aldi?"

"Masuk kamar Aldi dong?!"

"Sungguh ku tak sanggup."

Twenty Three [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang