8

2 4 0
                                    

Bintang bertaburan di angkasa ditemani cahaya bulan purnama yang terang. Langit begitu cerah tak berawan. Hembusan angin yang dingin membuat Romy berjalan-jalan mengelilingi kompleks perumahnya.
“May, andai lu tahu kalau gue masih sangat menyukai dan mencintaimu. Andai lu tahu kalau gue sedih melihat lu deket sama cowok lain. Apalagi sekarang gue tahu Rony juga menyukaimu. Gue bimbang. Gue bingung apa yang harus gue lakukan sekarang.” Gumamnya dalam hati.
Hawa dingin malam ini membuat Romy harus kembali kerumahnya. Padahal, dia masih betah berjalan-jalan mengelilingi kompleks perumahannya sambil menikmati indahnya bintang. Namun, hawa dingin terus merasuki tubuhnya yang tidak memakai jaket.
Selain itu, berkeliaran bebas dimalam hari juga tidak baik untuk kesehatannya. Karena, pepohonan tidak mengeluarkan oksigen yang cukup pada malam hari. Kalau kelamaan berkeliaran bebas dimalam hari, dapat membuat seseorang pingsan.
Oleh karena itu, Romy segera melangkahkan kakinya untuk pulang ke rumah. Berjalan-jalan tanpa mendengarkan musik dari ponselnya, bagi Romy rasanya hambar dan membosankan. Dia pun segera mengambil ponsel di saku celananya.
Ketika dia menyalakan ponselnya, ada satu pesan baru dari May. Namun, dia masih belum bisa untuk menjawab pesan-pesan darinya. Dia hanya membaca pesannya.
From: May
Berjuta bintang bertebaran indah di angkasa. Ditemani sinar bulan yang tampak indah dan membuat mata ingin selalu memandang. Namun, angin jahat membuatku ‘tuk tidak melihat mereka sepuasnya di luar ruangan. Aku bagaikan Cinderella yang serba salah.
***
Disisi lain, May sedang merasa cemas karena pesan tersebut terkirim kepada Romy. Padahal, dia hanya ingin menulis-nulis saja dan kemudian menghapusnya. Namun, ketika dia mengambil air minum jari tangannya tak sengaja memencet tombol send. Dia tidak ingin jika Romy akan menganggapnya agresif karena pesan tersebut.
Ponsel May bergetar dan menampakkan satu pesan baru lewat WhatsAppnya. May berdecak kagum membaca balasan pesan dari Romy. “Huh? Romy membalas pesan gue? Ini beneran si Romy atau si Rony?”
“Maaf May, gue nggak punya pulsa. So, gue balasnya lewat WhatsApp. Kata-kata lu bener juga.” May merasa malu dan bingung untuk membalas apa.
Beberapa detik kemudian, ponsel May berdering kembali. Sebuah pesan masuk dari Romy.
From: Romy
Aku bukanlah seorang puitis dan musisi romantic. Aku juga tidak berbakat untuk menarik perhatian para kupu-kupu cantik di sekililingku. Aku adalah aku. Orang yang jahat dan berhati beku.
“Apa-apaan ini?” kata May sambil mengernyitkan keningnya. Dia tidak mengerti apa yang Romy katakan.
***
“Mom?” sapa May kepada ibunya dengan raut muka kebingungan.
Ibunya menoleh kearahnya dan bertanya, “Ada apa?”
Namun, May mengurungkan niatnya, “Um…nggak jadi.”
Ibunya May hanya tersenyum dan berkata, “Kamu ini kebiasaan deh nggak jadi ngomongnya.”
“E..eh…iya Mom. Oh ya Mom, May boleh nggak bersepeda di sekeliling kompleks?”
“Of course. Tumben minta ijin Momy, biasanya pergi bersepeda sendiri tanpa ijin Momy,” kata ibunya menyelidik.
“May nggak mau nanti Momy nyariin May kalau May nggak minta ijin dulu sama Momy,” jawabnya.
“Really?” May mengangguk. Setelah itu, May minta berpamitan kepada ibunya untuk bersepeda.
***
“Kenapa lu?” tanya Rony.
Sementara itu, saudara kembarnya hanya menoleh dan menggeleng. Rony mendekatinya dan dengan tangkasnya menjitak kepala saudara kembarnya itu.
“Lu kenapa sih? Sakit tahu!” bentak Romy.
“Hei, harusnya gue yang tanya ‘lu kenapa?’ bukannya lu yang tanya ke gue,” jawab Rony sinis.
Romy menjawab, “Tumben lu peduli sama gue.”
Rony terkejut dengan jawaban saudara kembarnya. “Huh? Jadi selama ini lu pikir kalo gue nggak pernah care sama lu?”
“Gue rasa seperti itu,” jawaban Romy sambil tersenyum sinis.
“Huh? Lu tega banget sih sama saudara lu sendiri!”
Lalu, Romy berjalan keluar dari kamarnya. Sepertinya dia tidak ingin mendengar kata-kata dari mulut saudara kembarnya atau dia tidak ingin dijitak dengan keras. Faktanya, dia ingin menghindari keduanya.
“Oh…dasar!” katanya dengan geram. “Jahat lu!” katanya seperti sedang bermain drama yang menyedihkan.
Sementara, Romy tetap berjalan dengan santainya. 
***
나를 스쳐 지나가도 돼 nareul seuchyeo jinagado dwae Kamu dapat melewatiku 니가 날 다 잊었으니까 niga nal da ijeosseunikka Karena kamu lupa tentang diriku 니가 기억할 때까지 niga gieoghal ttaekkaji Sampai kamu ingat 나는 너를 기다릴테니까  naneun neoreul gidariltenikka Aku akan menunggumu

그대여 나를 바라봐줘요 geudaeyeo nareul barabwajwoyo Cintaku, lihatlah aku
여전히 그대도 나를 사랑하나요 yeojeonhi geudaedo naleul saranghanayo Apakah kamu masih mencintaiku ? 그대여 내눈을 보고 얘기해줘요 geudaeyeo naenuneul bogo yaegihaejwoyo Cintaku, lihat mataku dan katakan padaku 사랑하는 맘은 숨겨지지 않아요 saranghaneun mameun sumgyeojiji anhayo
Sebuah hati penuh cinta tidak dapat disembunyikan

Romy belajar menulis syair lagu dengan tulisan Korea dan melafalkan di balkon rumahnya. Dia ingin May tahu bahwa dia juga bisa berbahasa Korea. Ya, meski masih sedikit dan tidak sebagus May.
“Sejak kapan lu belajar bahasa Korea?”
OH TIDAKKK….Ada seseorang yang menguping apa yang dilafalkan Romy. Siapa lagi kalau bukan kembarannya?
“Akhir-akhir ini gue bingung kenapa lu pengen banget tahu apapun yang gue lakukan,” kata Romy dengan nada lirih namun tegas.
“Entahlah,” sahut Rony. “Gue bingung kenapa lu jadi tertutup sama gue. Lu nggak pernah cerita apapun lagi ke gue. Lu selalu ngehindar dari gue. Emangnya gue salah apa?” tanya Rony.
“Lu nggak salah apa-apa kok,” sambung Romy.
“Lalu kenapa lu bersikap seperti itu ke gue?” tanya Rony.
Romy hanya berdiam diri tanpa langsung menjawab pertanyaan dari saudara kembarnya yang cerewetnya melebihi anak perempuan itu.
“Kok diam?” tanya Rony.
“Kepo!” sahut Romy.
Rony mendekati dan merampas buku di tangannya Romy.
“Hei!” seru Romy.
Rony berusaha membaca apa yang telah Romy tuliskan.
Namun, dia tidak dapat membacanya. “Lu beneran belajar bahasa Korea? Keren!”
Romy tersenyum dan bertanya, “Memangnya kenapa? Nggak boleh?”
“Kenapa sih lu belajar bahasa Korea? Bahasa Inggris juga masih belum lancar,” kata Rony.
“Lha emang kenapa? Suka-suka gue lah.”

***
May mengayunkan tangannya untuk menulis syair lagu kesukaannya. Yap! Lagu ini berjudul “For You”. Lagu yang sangat dramatis ini dinyanyikan oleh para personil dari boyband—tentu saja boyband korea. EXO. Siapa sih yang tidak tahu boyband tersebut?
다른 공간의 다른 dareun gongganui dareun Ini tempat yang berbeda, 시간이지만 Siganijiman waktu yang berbeda 내 사랑이 맞을거야 nae sarangi majeulgeoya Tapi cintaku benar adanya 바람에 스치는 너의 향기로도 barame seuchineun neoui hyanggirodo Bahkan wangimu yang berlalu bersama angin
난 너인걸 알수 있어 nan neoingeol alsu isseo Aku tahu itu dirimu
Tok-tok-tok…
“May?”
“Iya Mom, Mom masuk saja!” jawabnya.
May meletakkan bolpointnya. Lalu, ibunya masuk ke dalam kamarnya.
“Itu ada temanmu,” kata ibunya.
“Siapa Mom?”
Ibunya tersenyum manis lalu berkata, “Lihat saja sendiri. Dia ada di ruang tamu sekarang.”
May berjalan menelusuri anak tangga menuju ruang tamu. Setelah sampai di ruang  tamu, ada sesosok anak laki-laki berpostur tinggi sedang berdiri memunggunginya.
Seperti ada yang memanggilnya, anak lelaki itu berbalik badan dan tersenyum kepada May.
“Diki? Ada apa malem-malem kesini?” tanyanya dengan nada heran.
“Gue cuma ingin ngerjain tugas Kimia bareng lu. Tugas lu udah dikerjain belom?” katanya.
May menggelengkan kepala kemudian berkata, “Ide cemerlang!”
May dan Diki mengerjakan tugas sekolah bersama. Mereka terlihat sangat serius dalam mengerjakan tugas. Tanpa candaan sedikitpun. Benar-benar serius.
***
Pagi yang cerah menyelimuti kota Jakarta. Suhu panas mulai bertambah derajatnya. Benar-benar hari yang cerah tanpa awan putih di langit yang biru.
Pelajaran olahraga kali ini adalah lari 100 meter. Membuat para siswa kewalahan dan merengek tidak ingin ada pelajaran olahraga pada hari yang cerah ini. Banyak para kaum hawa yang pura-pura sakit dan tiduran di UKS.
Padahal, matahari pagi yang cerah seperti ini kan sangat baik untuk kesehatan kita. Kenapa kita harus menghindari sinar matahari pagi? Aneh.
“Kok banyak yang tidak hadir?” tanya Pak Santo.
“Pada di UKS Pak,” Diki angkat bicara.
“Kok bisa ya pada sakit berjamaah?” tanya pak Santo.
“Saya tidak tahu itu Pak. Mungkin mereka tidak sarapan,”sambung Diki.
***
Jam olahraga telah selesai. Semua siswa yang telah mengikuti pelajaran olahraga bergegas untuk mengganti pakaian mereka.
Karena terburu-buru untuk masuk ke pelajaran berikutnya, May berlari-lari menuju ke kelas. Setelah sampai di depan kelas, May bertabarakan dengan Romy. Mereka jatuh dan saling bertatapan. Kali kedua mereka bertabrakan sampai jatuh di depan ruang kelas mereka.
“Um….Sorry. Gue buru-buru,” kata May.
“Lain kali kalau lari-lari sambil liat-liat donk. Bukannya liatin lantai aja,” sahut Romy.
May tak menyangka Romy akan menanggapi perkataannya. Biasanya, Romy selalu kabur dan tidak mau mendengarkan apa pun yang May katakan. Namun, kali ini tidak. Mungkin, ini adalah awal dari hubungan mereka yang pernah kandas akan kembali seperti semula.
Tapi, yang dimaksud bukan hubungan pacaran. Tapi, ya hubungan pertemanan. Ya iyalah, mereka kan belum pernah jadian. Meskipun mereka saling mencintai satu sama lain.
Senyuman May mengembang. “Jangan senyam-senyum kayak gitulah! Menakutkan,” kata Romy dengan sinis.
May masih tersenyum sambil berkata, “Makasih.”
“Untuk apa?”
“Semuanya.”
“You so fun!”
“Benarkah? Katakan lagi!”
“Kamu telah menabraku karena kamu sedang buru-buru. Tapi kok, sepertnya kamu tidak buru-buru.”
May tidak menjawabnya.
***

Perasaan MayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang