Seusai pulang kerja, Jelita mendatangi sebuah gedung dengan hati berdebar. Kakinya seakan ragu untuk melangkah lebih jauh lagi tapi dalam hati kecilnya, ia tidak mau membuat Radit kecewa. Jelita sadar selama ini ia sudah terlalu lama menunda hingga membuat Radit menunggu terlalu lama.
Sesampainya di depan pintu, jantung semakin kencang berdetak. Ia benar-benar berdebar.
Kreeek
Jelita yang belum sempat menekan bel terkejut begitu pintu terbuka dengan sendirinya dan menampakkan Radit didepannya.
"Masuklah" Suruh Radit.
Radit terus berjalan didepan sedangkan Jelita mengiring dibelakangnya. Jantung Jelita semakin berdebar kencang takkala Radit melangkah menuju kamarnya. Dengan santai Radit merebahkan tubuh keatas kasur yang berwarna putih susu serta selimut lembut yang menjadi alas kasur empuknya.
"Kemarilah" Ajak Radit seraya menepuk-nepuk kasur, mempersilakan Jelita berbaring disebelahnya.
Sejenak Jelita terdiam memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Walaupun masih ada keraguan dibenaknya, Jelitapun akhirnya berbaring juga disamping Radit. Gadis itu memilih posisi miring, membelakangi Radit untuk menutupi rasa gugupnya yang nampak tetlihat jelas diparas cantiknya.
Tiba-tiba saja Radit dengan bebasnya melingkar lengan keras di pinggang Jelita. Tak puas dengan itu, Radit menarik tubuh Jelita dan mendekapnya erat seakan tak ingin wanita yang kini mengisi penuh relung hatinya itu pergi.
Berbeda dengan Radit yang terlihat mulai agresif, Jelita masih saja berdiam diri dengan posisinya semula. Ia tak berani membalikkan badan untuk menatap Radit ataupun membalas dekapan Radit. Jelita sendiri masih heran. Kenapa sampai saat ini, ia masih saja ragu untuk melakukan sesuatu yang lebih bersama Radit padahal sebelumnya ia sempat berciuman panas dengan Radit bahkan sampai nafas keduanya ngos-ngosan karna ciuman dewasa itu.
"Tidurlah, ini sudah malam. Kamu pasti capek setelah kerja seharian" Radit memejamkan mata setelah melentangkan lengannya sebagai alas kepala Jelita.
"Tidur. Bukannya kemarin kamu bilang ingin tidur bersama" Tanya Jelita dengan mimik heran.
"Lalu yang kita lakukan sekarang apa? Apa ini belum bisa dikatakan tidur bersama" Sahut Radit seraya mengerakkan tubuhnya agar lebih menempel pada Jelita.
Jelita memanyunkan bibirnya, ia merasa kesal dengan ucapan Radit yang selalu membuatnya salah paham dan salah tingkah.
"Hmmmm sebaiknya aku pulang saja" Jelita bermaksud beranjak dari kasur namun Radit dengan cekatan menarik pinggang Jelita.
"Mau kemana ini sudah malam? Aku yakin tidak mungkin ada angkutan lagi" Radit masih berkicau dengan mata tertutup.
"Bukannya kamu bisa mengantarku pulang" Sahut Jelita.
"Aku sangat ngantuk, mau tidur" Balas Radit malas.
"Kalau begitu aku akan pesan taksi online"
"Jika kamu pulang, besok aku akan langsung pulang ke New York" Ancam Radit dengan intonasi kesal.
"Terserah, pulang saja jika kamu mau pulang" Balas Jelita enteng.
Dengan kedua lengan kokohnya, Raditpun membalik tubuh ramping Jelita agar bisa melihat wajah indah wanitanya itu.
"Kamu serius ingin aku pulang besok?" Tanya Radit tenang namun tersimpan sebuah amarah yang tertahan dari nada suaranya.
Jelita menurunkan pandangannya, ia tidak berani menatap kedua mata Radit karna ia tau ada amarah disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother is My Love [Tamat]
RomanceSejak kecil kamu selalu bersama, melakukan apapun selalu berdua. Namun saat beranjak dewasa kamipun harus terpisah. Dia pergi ke New York untuk melanjutkan studinya dan aku tetap disini. Entah apa yang terjadi, perasaan itu ada begitu saja. Aku beru...