Gadis itu berdecak kesal saat benda kecil dibawahnya menganggu waktu tidurnya. Ia pun mengabaikan ponselnya yang sedari tadi terus bergetar.
Satu
Dua
Tiga
Empat
Detikpun berlalu namun ponsel itu masih saja bergetar. Dalam hati jelita mengumpat marah pada si pengirim pesan.
"Aishh...Apa dia sedang latihan mengetik"umpat jelita pada si pengirim pesan yang ia tidak tau itu siapa.
Jelita bermaksud mematikan ponsel namun tiba-tiba saja ponselnya berdering. Ia pun membuka mata perlahan lalu bangkit guna mengumpulkan kepingan nyawanya yang entah berada dimana.
Gumara....
Jelita mendelik begitu tau yang menelponnya adalah si pemimpin perusahaan tempatnya bekerja sekarang alias Gumara Wiryawan. Ia pun membenarkan posisi duduknya sebelum menerima panggilan itu.
"Hallo" sapa jelita.
"Hahh...syukurlah kamu mengankat telponku. Kemana saja kamu dari tadi aku whatsapp tapi gak dibalas?"pertanyaan gumara itu terdengar aneh mengingat ia dengan jelita tidak ada hubungan apapun diluar urusan kantor.
Diujung telpon nampak jelita mengernyitkan dahi. Ia ingin ketawa tapi juga bingung dengan pertanyaan bosnya itu. Lucu saja jika gumara menelponnya hanya untuk menanyakan hal konyol itu.
Karna tidak sepantasnya gumara bertanya seperti itu mengingat tidak hubungan apa-apa lagi diantara mereka.
"Hmmm aku tadi sedang tidur pak jadi gak liat wa bapak" jelas jelita tetap bersikap sopan walaupun ia merasa terganggu dengan sikap kepo gumara padanya. "Memangnya ada apa pak?" Lanjutnya lagi.
Gumara menghentak-hentakkan ujung tumitnya kelantai. Ia sebenarnya ragu untuk menanyakan maksudnya ke jelita. Ia khawatir gadis itu akan menolaknya dan itu tentu saja akan membuat wibawanya sebagai bos akan turun jika benar jelita menolaknya nanti.
"Hallo....bapak masih disana?" Tanya jelita memastikan.
"Ohh iya...ya. Jelita ada mau aku katakan"
"Baiklah katakan saja"
Tik tik tik
Sudah lima detik namun gumara belum mengatakan apapun.
"Jelita sebenarnya aku mau...... aku mau_
"Katakan saja pak. Aku akan mendengarnya" jelita tau gumara masih canggung terhadapnya begitupun dengan dirinya yang masih saja merasa sesuatu yang beda setiap kali bertemu.
"Aku mau mengajak kamu ke pesta pernikahan temanku" gumara kembali diam. Dadanya berdebar menunggu jawaban jelita.
"Kenapa bapak mengajakku?" jelita penasaran alasan dibalik gumara mengajak dirinya pergi.
"Kalau kamu tidak mau tidak apa-apa"
"Bukan begitu maksudku" sahut jelita cepat sebelum gumara mematikan ponselnya.
"Jadi?"
"Baiklah aku mau" jawab jelita tak puas karna belum tau alasan gumara sebenarnya.
***
Jelita kembali berdiri didepan cermin untuk memastikan tidak ada yang salah dari gaun yang ia kenakan karna jujur saja ia merasa tidak nyaman dengan gaun merah menyala itu. Seperti ada yang kurang dari gaun itu.Satu pesan wa masuk tak lama setelah jelita memoles bibirnya dengan lipstik merah muda kesukaannya.
"Aku menunggu dibawah" wa dari gumara.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother is My Love [Tamat]
RomansaSejak kecil kamu selalu bersama, melakukan apapun selalu berdua. Namun saat beranjak dewasa kamipun harus terpisah. Dia pergi ke New York untuk melanjutkan studinya dan aku tetap disini. Entah apa yang terjadi, perasaan itu ada begitu saja. Aku beru...