23- where is my heart?

2.4K 85 22
                                    

30 menit berlalu

Belum ada tanda-tanda Jelita akan tiba. Gumara tetap mencoba berpikir positif. Mungkin dia mencari berkasnya ditempat lain. Ya berpikir positif, itulah yang harus dilakukan Gumara.

"Jelita kenapa kamu kembali?" radit berpikir Jelita kembali untuknya.

Jelita melengos tanpa kata. Iapun mencari berkasnya yang tertinggal diruangan yang dipijakinya sekarang.

"Kamu cari apa?" tanya radit lali.

Jelita masih bersuara. Ia mengacukan radit dan tetap mencari berkasnya.

Huuuuu

Radit membuang nafas panjang. Ia mendekati Jelita.

"Apa yang kamu cari?" radit sedikit membungkuk. "Jelita dari tadi aku sedang bicara padamu. Apa yang kamu cari disini hemm?" sambungnya.

"Bukan urusan kamu" balas Jelita ketus.

Radit menaikkan bibir kirinya keatas. Tersirat senyum tipis diwajah tampannya.

"Ini kantorku. Segala yang terjadi disini menjadi urusanku" radit berdiri, ia kemudian kembali lagi ke tempat asalnya. "Kamu mencari ini"

Jelita mendekat dan menarik kertas dari tangan Radit.

"Iya, permisi" hanya dua kata itu yang keluar dari mulut mungil Jelita.

"Terimakasih....bukankah itu yang harus kamu katakan"

Langkah Jelita terhenti. Ia tahu, ia sudah bersikap kurang ajar tapi memang sudah seharusnya ia melakukan ini untuk menjaga jarak dari Radit dan juga ia harus menjaga hatinya, ia tidak mau membuat Gumara kecewa lagi.

"Gak Jelita kamu gak boleh berbalik. Jika kamu tidak bisa mencintai Gumara maka sudah seharusnya kamu tidak menyakitinya lagi. Saat ini Gumaralah yang harus kamu pikirkan. Dia yang selalu ada untuk kamu, dia yang selalu menemani kamu saat menghadapi masa-masa susah dulu jadi sudah seharusnya kamu menjaga hati Gumara" batin Jelita bergejolak terus memberikan pendapatnya masing-masing. Jelita berusaha untuk menyakini apa yang dikatakan batinnya tapi bagaimana dengan hatinya, dengan perasaannya.

Radit perlahan meletakkan kedua tangannya dipundak Jelita. Ia memutar tubuh Jelita menghadapnya. Seketika raga Jelita bergedik. Sentuhan ini. Sentuhan yang sudah lama tak dirasakannya. Wajah Jelita tertunduk, ia tidak bisa menatap Radit dengan wajah berdiri.

Tiba-tiba saja wajah Jelita terasa panas saat Radit menyentuh kedua pipinya. Wajah keduanya semakin dekat. Bahkan kini hembusan nafas Jelita begitu terasa menyapu wajah Radit.

"Radit....aku" Jelita tidak bisa meneruskan ucapanya .

Radit memberi kecupan yang begitu lembut dibibir ranum milik Jelita. Ia sedikit menekankan kecupannya agar Jelita bisa merasakan betapa ia sangat merindukan wanitanya ini.

"Radit hentikan" Jelita berusaha bicara saat Radit memberi jeda.

Cuppp

Radit mengulum bibir bawah Jelita lalu menariknya keluar. Ia tidak mengubris larangan Jelita. Cukup lama bibir radit bermain-main diatas bibir jelita. Dalam dekapan dan kecupan Radit dibibirnya, Jelita dengan wajah bingungnya terus berusaha kembali untuk bicara.

"Radit radit...hentikan" tangan Jelita mendorong dada Radit.

Haaa haaa

Keduanya mengatur nafas masing-masing.

"Hubungan kita sudah lama berakhir. Aku juga sudah melupakannya. Saat ini Gumara lah pria yang ada disini" Jelita meletakkan tangannya didada memberi arahan pada Radit bahwa Gumaralah yang ada dihatinya saat ini. "Jadi aku harap kamu juga bisa melupakan semuanya"

My Brother is My Love [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang