Radit memeluk tubuh Jelita dan membuat Jelita berada di bawahnya. Raditpun mulai membelai halus rambut Jelita lalu Ia mengelus lembut wajah wanita yang sedang berada dibawahnya itu....
Tangan Radit terus bergerak meraba-raba seprei dan akhirnya apa yang Ia cari ketemu juga yaitu sebuah remot kontrol. Iapun menekan tombol off hingga membuat keadaan kamar menjadi gelap gulita.
Ditengah gelap yang melanda, Radit masih dapat melihat kecantikan Jelita dari pancaran lampu diluar gedung yang masuk melalui dinding kaca apartement Radit.
Pelan pelan Radit semakin merunduk, pria tanpa itu mengecup dengan penuh kelembutan dahi mulus Jelita lalu bibirnya turun ke bawah mencium hidung mancung Jelita dan kedua pipi Jelitapun tak luput dari sapuan bibir seksi Radit.
Menerima sentuhan-sentuhan Radit dibagian wajahnya membuat Jelita kembali hanyut dalam belaian Radit. Namun walaupun terlihat pasrah, hati dan pikiran Jelita semakin berkecamuk saat ini. Pendirian gadis cantik itupun mulai goyah.
"Hemmmm" Dehem Jelita keras hingga membuat Radit berhenti melakukan aksinya.
"Why?" Tanya Radit singkat seraya mengelus-ngelus pipi Jelita dengan ujung jarinya.
Jantung Jelita semakin berdetak keras. Ia takut Radit akan marah dan benar-benar menceritakan tentang hubungan mereka pada Surya dan Laura.
"Hmmmm aku lapar dari tadi siang aku belum makan" Kata Jelita berbohong.
Senyum manis tersunging di kedua sudut bibir Radit. Iapun bangkit lalu pergi menuju dapur.
Di dapur bersihnya, dengan cekatan Radit memotong bahan-bahan yang akan dia masak. Sedangkan Jelita terlihat mengepal kedua tangannya didada memperhatikan gerak gerik Radit yang nampak sibuk menyiapkan bahan-bahan pelengkap masakannya.
"Kamu mau masak apa?" Jelita mendekat berdiri didekat Radit.
"Lihat saja hasilnya nanti" Ucap Radit.
"Aku baru tau kalau kamu bisa masak" Jelita tidak menduga jika Radit mempunyai kelebihan lain selain otaknya yang cerdas.
"Di New York aku hanya hidup sendiri jadi segalanya aku dituntut untuk mandiri karna itu selama disana aku belajar memasak biar lebih hemat. Lagian masak sendiri itu lebih aman daripada beli" Radit menghidupkan kompor lalu memasukkan satu persatu sayur yang telah Ia potong kedalam nampan bersama air yang sudah diberi bumbu.
Dari belakang Jelita memperhatikan punggung Radit yang berada didepannya. Ia terlihat berpikir keras akan hubungannya dengan Radit. Gadis yang masih duduk dibangku kuliah itu tidak tau harus mengambil langkah seperti apa.
"Jelita jangan pikirkan yang belum terjadi. Saat ini pikirkan saja yang ada dan mulailah berani melangkah padanya" Gumam Jelita menasehati dirinya sendiri.
Jelitapun melangkah perlahan lalu melingkarkan tangannya dipinggang Radit.
"Ada apa?" Tanya Radit pelan.
"Tidak apa-apa. Apa masakannya masih lama?" Jelita semakin mengeratkan lingkaran tangan dipinggang Radit.
Radit tau apa yang sedang dipikirkan Jelita. Iapun bermaksud berbalik namun...
"Jangan berbalik, biarkan seperti ini" Larang Jelita.
"Baiklah. Katakan saja, aku tau ada yang ingin kamu katakan" Ucap Radit.
"Gak ada" Jelita terlihat masih enggan mencurahkan isi hatinya pada Radit.
.
.
.
.
Setelah menghabiskan malam bersama, keesokan harinya Radit Jelita memutuskan pergi ke sebuah tempat yang biasa mereka kunjungi semasa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother is My Love [Tamat]
RomanceSejak kecil kamu selalu bersama, melakukan apapun selalu berdua. Namun saat beranjak dewasa kamipun harus terpisah. Dia pergi ke New York untuk melanjutkan studinya dan aku tetap disini. Entah apa yang terjadi, perasaan itu ada begitu saja. Aku beru...