21

3.8K 126 18
                                    

Jangan lupa vote and comment ya guys....

Kalau perlu ajak teman-teman juga buat baca story aku...

Thanks udah mampir dan partisifasi. Salam sayang dari saya for of all....

Gumara menutup pintu pelan. Matanya berkilas seperti sinar ujung pedang yang baru diasah. Kedua tangannya mengepal erat dan bergetar. Darahnya seakan mendidih setelah melihat pemandangan  didalam.

Radit dan jelita sedang tidur bersama!!!

Hal itu membuat gumara sakit, marah, merasa di khianati, dibohongi.

Haaaa

Gumara mengusap wajahnya kasar lalu pergi meninggalkan rumah sakit.

Aaaaaaahhhhh

Teriak gumara frustasi. Hatinya benar-benar sakit bahkan lebih sakit daripada dihujam sebuah pedang.

***
"Ini pak berkas yang bapak minta"jelita meletakkan berkas diatas meja.

Gumara diam dengan ekspresi datarnya.

"Saya permisi dulu pak"

Jelita keluar penuh tanya.

Kenapa hari ini sikap gumara berbeda? Dingin dan tatapannya begitu menakutkan.

Biasanya setiap bertemu denganya, gumara selalu tersenyum manis tapi hari ini tak ada senyum sedikitpun.

Biasanya setiap bertemu denganya, gumara selalu bersemangat tapi hari Ceo muda itu nampak kehilangan mood.

"Apa mungkin gumara lagi ada masalah?"tanya jelita membathin.

Hari mulai beranjak petang. Para karyawanpun juga mulai bersiap untuk pulang. Dan saat jelita sedang membereskan berkas tiba-tiba saja gumara melintas tanpa menoleh padanya.

Di situ jelita mulai gusar. Ia yakin sekali, gumara sedang ada masalah.

"Tunggu"pekik jelita nyaring.

Gumara tak mengubris sama sekali bahkan menolehpun tidak.
Gumara justru buru-buru masuk ke dalam mobilnya.

Dan karna tak ingin ditinggal, jelita pun langsung masuk juga.

Haa haaa

Jelita nampak sedang mengatur nafasnya. Jika saja ia tidak berlari tadi mungkin gumara sudah meninggalkannya.

"Ada apa? Kenapa sikap kamu hari ini sangat aneh?"tanya jelita penasaran.

"Aneh?"

"Iya aneh. Tadi pagi sangat aku ngantar berkas, sikap kamu sangat dingin bahkan kamu gak melihatku sama sekali. Dan saat makan siang kamu juga gak menghampiriku dan barusan kamu juga pura-pura gak dengar saat aku panggil"jabar jelita tentang keanehan gumara.

"Dari dulu aku memang seperti ini, tidak banyak bicara. Mungkin kamu saja yang tidak terlalu mengenal sifatku"balas gumara dengam intonasi santai.

Dugggg

Ucapan gumara terdengar seperti sindiran. Seketika bibir jelita keluh.

Apa gumara sedang menyindirku? Sangka jelita.

Jelita membenarkan posisinya, duduk menghadap ke depan.

Sudah lewat tiga puluh menit tapi belum ada tanda-tanda gumara akan berhenti.

Sebenarnya gumara mau kemana?

Dan bukankah ini bukan jalan yang biasa mereka tempuh?

Jelita pun memilih diam meskipun sebenarnya ia penasaran kemana gumara akan membawaknya.
.
.
.
Langit mulai mendung dan tak berapa lama terdengar gemuruh. Sepertinya akan turun hujan.

My Brother is My Love [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang