my brother - part 19

3.1K 92 3
                                    


"Jelitaaaa"pekik sisil dengan suara cemprengnya. "Aku kangen banget sama kamu"sisil memeluk jelita hangat.

"Aku juga"balas jelita tersenyum.

Sebenarnya hari ini, gumara menyuruh jelita untuk istirahat di rumah saja mengingat kondisi jelita yang belum stabil namun jelita bersikeras kembali bekerja. Ia beralasan, akan semakin menyalahkan dirinya jika hanya berdiam diri di rumah. Kehilangan calon buah hati adalah hal yang paling menyakitkan selama hidupnya.

"Terima kasih, kamu selalu ada untukku bahkan saat tersulit dalam hidupku"sampai jelita sungguh-sungguh.

"Aku akan selalu ada untukmu jadi jangan sungkan"

"Aku takut mengecewakan kamu lagi"

"Karna itu tetaplah bersamaku. Jangan menolakku"sambar gumara.

Jelita tertegun. Darahnya membeku sesaat.

Bagaimana kalau ia ternyata tidak bisa mengabulkan permintaan gumara yang sederhana itu?

Bagaimana jika suatu saat hatinya goyah?

"Aku akan berusaha untuk selalu bersamamu"jawab jelita rancu.

Gumara tersenyum kecil. Jauh dalam lubuk hatinya, bukan itu jawaban yang diinginkannya. Namun berusaha bukanlah hal yang buruk dan ia senang jelita mengatakan itu.

Gumara lalu menjulurkan tangannya ke depan jelita. Ia ingin jelita memilih sendiri. Menggapai tangannya atau menepis tangannya.

Dan tanpa ragu, jelita mengenggam tangan gumara. Ia tau sulit membuka hati untuk orang lain namun gumara bukanlah pria yang buruk karna itu ia akan mencobanya. Membuka lembaran baru dalam buku kehidupannya bersama gumara.

***
"Mana sih? Katanya jam dua tapi kok belum datang?"rindu mulai gusar. Sudah tiga puluh menit ia menunggu. "Apa mungkin dia gak jadi datang?"rindu mencoba menduga.

"Apa anda rindu gunawan"suara berat seorang pria terdengar dari arah belakang rindu.

Rindu terperanjak. Itu pasti orangnya.

"Oh ya"rindu berdiri dan betapa terkejutnya ia sangat melihat kolega barunya itu.

Pria bersuara berat itu takkala terkejutnya seperti rindu.

"Kamu? Rindu kan?"ucap gumara.

"Oh....iya jadi ceo muda itu kamu?"

Gumara hanya tersenyum menanggapi ucapan rindu yang terdengar seperti pujian.
.
.
.
Keduanyapun segera membicarakan alasan pertemuan itu setelah melakukan bincang-bincang kecil. Karna sudah saling mengenal maka sudah tidak ada rasa canggung. Kata sepakatpun didapat dengan mudah tanpa harus melalui debat yang berarti.

***
"Kamu tunggu disini. Aku beli minuman dulu"

"Ok"angguk jelita.

Sepuluh menit berlalu.

Gumara tak kunjung tiba. Dan karna khawatir terjadi sesuatu  pada gumara, jelita akhirnya melanggar seruhan gumara. Ia lalu memutar arah ke jalan yang ditempuh gumara tadi.

"Gumara beli minuman dimana sih kok lama banget"jelita menjinjitkan kakinya ditengah kerumunan orang.

Siang itu sedang ada karnapal dan banyak sekali orang-orang yang berdatangan untuk menyaksikan atraksi-atraksi seru serta lincah yang akan disuguhkan peserta karnapal.

"Aduh mana rame banget lagi"keluh jelita. Sepertinya tidak mungkin ia menemukan gumara ditengah keramaian seperti ini.
.
.
.
Ditempat lain tepatnya tempat dimana gumara menyuruh jelita menunggu, tampak wajah gumara gelisah. Ia mengarahkan matanya ke segala sudut namun jelita tidak ada dimanapun.

"Jelita"panggil gumara nyaring.

***
"Nah itu pasti gumara"sangka jelita. Dari belakang pria itu tampak sama dengan gumara.

Jelita mendekat pada pria yang diduganya gumara.

"Gumara kamu disini"ucapnya sambil menepuk pundak si pria.

Pria itupun berbalik.

Baik jelita dan si pria sama-sama terkejut bukan main.

"Radit"

"Jelita"

Dar dar dar

Suara pukulan dram membuat keduanya terbangun dari keterkejutan.

"Ahhmmm"jelita tidak tau harus berkata apa. Ia pun memilih pergi namun_

"Jelita tunggu"cegah radit.

"Maaf aku sedang mencari seseorang. Aku pergi dulu"

"Mama sudah meninggal"

Bugggg

Jelita menatap nanar pada radit.

"Ma...maksud kamu...apa?"tanyanya bergetar.

---
Tak jauh dari lokasi karnapal diatas gundukan batu besar. Radit dan jelita duduk berdampingan. Disana radit menceritakan segalanya mengenai penyakit kanker yang ternyata sudah lama diderita Laura juga alasan kenapa Laura tidak memberitahukan tentang penyakitnya kepada kedua anaknya.

Jelita menangis terisak setelah radit menceritakan semuanya. Ia tidak habis pikir kenapa hidup begitu kejam. Satu persatu orang yang dicintainya pergi.

"Kenapa kamu tidak memberitahuku?"tanya jelita kesal.

"Kamu menghilang seperti ditelan bumi. Tidak ada kontak yang bisa ku hubungi"alasan radit benar karna selama menenangkan diri ke jogja, jelita sudah membuang no lamanya juga menghapus semua kontak yang berhubungan dengan keluarga Surya Atmaja termasuk radit, pria yang sangat dicintainya.

Jelita mengangguk mengerti.

"Jelitaaaaaa"teriak gumara.

Jelita berdiri.

Dan....

Brakkk

Gumara memeluk jelita erat.

"Gumara"

"Kenapa tidak menungguku disana? Kamu membuatku khawatir"nafas gumara ngos-ngosan. Sepertinya dia berlari saat menuju kesini.

"Aku baik-baik saja. Maaf sudah membuatmu khawatir"sampai jelita seraya menepuk-nepuk punggung gumara.

Radit tersenyum getir melihat jelita dan gumara begitu dekat.

Apa mereka kembali menjalin hubungan?

Jangan lupa ajak teman-temannya juga ya baca bareng....

Thanks udah mampir guys.....



My Brother is My Love [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang