Rune Stone

11 8 0
                                    

“Batu Rune?” Tanya Kirfa heran.

“Iya, Batu Rune adalah sebuah batu yang digunakan untuk memperkuat sebuah sihir. Dan Arvi menggunakannya untuk menyimpan setengah kekuatan Nevnya agar para Spair tetap bertahan hidup walaupun dia mati.” Jelas Ketua Bilfran.

“Batu Rune itu.. maksudmu yang ini?” Tiba-tiba Vedna mengeluarkan sesuatu dari balik jubahnya. Semua yang berada di ruangan itu terperangah, melihat apa yang tengah dipegang Vedna.

“Da... dari mana kau mendapatkannya?” tanya Bilfran terbelalak karena kaget. Vedna tertawa kecil melihat ekspresi teman-temannya.

“Kalian tau? Aku selalu berbuat yang benar!” Vedna mulai membanggakan diri. Tidak ada yang memperdulikan ucapannya, karena semua terfokus kepada sebuah batu yang sedang dipegangnya. Sebuah batu permata berwarna toska menyilaukan mereka. Namun batu itu tidak membuat mereka menjauh, melainkan membuat mereka semakin terpana. Menyadari hal itu, Vedna langsung memasukan kembali Batu itu ke dalam jubahnya.

“Ada apa dengan kalian? Aku tidak akan memberikan batu ini kepada kalian! Aku mendapatkan batu ini dengan susah payah, mengerti?” kata Vedna waspada, membuat teman-temannya  tertawa dengan ulahnya.

“Berikan batumu!” perintah Ketua Bilfran dengan nada yang kasar. Vedna tak tinggal diam, ia maju selangkah sambil terus menatap Sang Ketua.

“Vedna mendapat kekuatan baru yang lebih besar!” Akhirnya Zizar ikut bersuara. Vedna terdiam memperhatikan partnernya itu. “Orgo bilang jika hal itu karena ada sesuatu yang besar yang mengaktifkannya secara tiba-tiba. Apa itu perbuatan batu Rune?” Tanyanya. Ketua Bilfran menoleh ke arah Zizar.

“Itu hanya sebagian kecil dari kekuatan yang lebih besar jika semua pecahan di kumpulkan.” Jawab Ketua Bilfran.

“Apa maksudmu ‘sebagian kecil’?” Tanya Kirfa cepat. Bilfran kembali menoleh ke arah Kirfa dan mengangguk.

“Batu Rune pecah menjadi beberapa bagian, dan Arvi menyebarnya di beberapa titik. Di tempat tersembunyi yang mungkin jarang di pikirkan oleh orang lain!” Kata Ketua Bilfran lagi.

“Benarkah?!” Orgo ikut terkejut senang.

“Baiklah misi kalian akan ku tambah!” Kata Ketua Bilfran tiba-tiba. Kali ini tak hanya Orgo yang terkejut, melainkan keempat Nevra yang sendari tadi berada di ruangannya.

“Apa yang kau sedang bicarakan, Pak Tua?” tanya Vedna.

“Berheti memanggilku dengan sebutan itu!!!” Bentak sang ketua. Vedna akhirnya bisa diam, mencoba menerima apa yang akan ia dengar meski dengan terpaksa. “Sebelum mencari Arvi, Pemimpim Spair, kalian juga harus mencari pecahan lain dari batu Rune untuk membantu melawannya!” Jelas Ketua Bilfran.

“Berapa pecahan lagi untuk melengkapinya?” Tanya Orgo. “Entahlah! Tapi, Nevku tiba-tiba kacau saat mencoba menganalisis tentang batu itu.”

“Arvi tidak mungkin seceroboh itu! Ia pasti telah melindungi batu-batu itu dari kejauhan!” Gumam Ketua Bilfran pelan namun tetap bisa di dengar keempat Nevra di depannya.

“Bagaimana kami bisa mencarinya jika jumlahnya saja kita tidak tau?” Tanya Kirfa yang mulai bosan dengan pertemuan ini.

“Kalian hanya perlu menggabungkan pecahan itu sehingga membentuk sebuah kalimat asing lengkap.” Kata Ketua Bilfran. Semuanya terdiam. Pertemuan itu berakhir dengan beberapa pertanyaan soal batu berkekuatan itu di kepala mereka. Disaat mereka hendak beranjak pergi, Ketua Bilfran memanggil Vedna dan Kirfa untuk tinggal di ruangannya dengan nada yang sangat menakutkan dan mencurigakan yang membuat keduanya terkejut. Mereka berpisah, Orgo dan Zizar kembali ke ruangan mereka masing-masing, meninggalkan Vedna dan Kirfa dengan ketua Bilfran yang ganas.

“Vedna, Kirfa, Kudengar kalian sering membuat onar hari ini. Apalagi VEDNA, kau menggunakan kekuatanmu dengan sembarangan bukan? Bersiaplah untuk menghadapi kelas Neraka!!!” kata Ketua Bilfran dengan nada yang tinggi dan wajah yang garang. 

“APAA?? Tidak ketua tolong apapun selain itu, aku juga tidak ingin satu ruangan dengan orang bodoh ini.” Elak Kirfa sembari menunjuk ke arah Vedna.

“Siapa juga yang ingin bersama dengan bocah ingusan seperti dirimu?! Balas Vedna dengan nada yang tidak kalah tinggi dengan Kirfa. Melihat itu justru membuat Ketua Bilfran semakin murka.

“KALIAN BERDUA DIAMLAH!!!” Bentak Ketua Bilfran yang membuat keduanya hanya mengangguk dan terdiam. “Kalian berdua akan langsung ku masukan ke Kelas Neraka” lanjut Ketua Bilfran. Vedna dan Kirfa pun langsung memasuki sebuah Ruangan yang memang sudah dipersiapkan oleh Ketua Bilfran untuk orang yang bermasalah dalam Nevra, yang bukan lain adalah Kelas Neraka yang berisikan dengan bentakan ketua dan setelah itu mereka di paksa untuk melawan monster-monster ganas yang berada disana. Setelah selesai dari siksaan Ketua Bilfran, mereka berdua pun kembali ke ruangannya masing-masing dengan tampang seperti jiwa mereka telah terhisap habis.

Sesampainya Vedna ke ruangannya, dia langsung merebahkan dirinya ke kasur sambil mengeluarkan batu Rune yang disimpannya.  “Bisakah kau tidur dan tidak terus memperhatikan batu itu?” Tanya Zizar yang sudah berada di ruangan. Tempat tidur bertingkat dengan Zizar yang berada di kasur atas dan Vedna di bawah.

“Oh kau masih bangun? Aku hanya menyukai warnanya yang cantik ini. Tidakkah kau melihat betapa indahnya sinar dari batu ini? Atau.., bolehkah aku menggunakannya sebagai lampu tidurku?” Pinta Vedna yang kembali menunjukkan sifat kekanak-kanakannya.

“Terserah saja, asal itu tidak mengganggu istirahatku” Kata Zizar singkat sambil kembali menggulung seluruh tubuhnya dengan selimutnya. Lagipula ia tidak ingin membuat semuanya jadi lebih panjang jika ia terus menanggapi ucapan Vedna dan membuat jam istirahatnya berkurang.

NevereverlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang