Awkward

12 7 0
                                    

Mereka kembali ke markas, membersihkan diri, dan berkumpul di Cafe. Tak seperti biasanya, kali ini Vedna dan Kirfa duduk bersebelahan dan terlihat akrab. Orgo dan Zizar yang datang sedikit terlambat, duduk di depan Vedna dan Kirfa.

“Entah mengapa aku jijik melihat mereka berdua seperti ini? Apa yang kau sugesti kan kepada mereka?” Gumam Orgo pada Zizar.

“Hanya sebuah sugesti untuk mendamaikan mereka berdua. Setidaknya ini hanya sampai matahari terbenam.” Sahut Zizar dengan tatapan aneh pada kedua orang di depannya. Orgo hanya mendengus menanggapi ucapan Zizar. “Selama mereka masih dalam pengaruh hipnotismku, sepertinya kita belum dapat melapor kepada Ketua Bilfran dengan segera.” Lanjut Zizar pelan.

Tiba-tiba saja Kirfa dan Vedna berpamitan hendak pergi ke Game Centre dimana para penikmat games berkumpul disana, bermain dan bersenang-senang. Orgo makin terperangah, pasalnya partnernya itu tidak pernah sekali pun terlihat bermain games. Sedangkan Zizar hanya dapat memperhatikan kedua temannya itu berjalan keluar cafe sambil berangkulan satu sama lain. Orgo menatap Zizar dengan tatapan yang aneh. Sadar akan tatapan itu, Zizar ikut menoleh dan mereka saling bertatapan untuk beberapa detik.

“Apa?” Tanya Zizar risih.

“Jangan lihat mataku, aku tidak ingin kau menggunakan kekuatanmu kepadaku. Melihat mereka benar benar membuatku mual. Lagi pula aku tidak tertarik padamu!” Ucap Orgo sembari menggeser posisi duduknya.

“Aku juga tidak SUDI!” Kata Zizar dengan nada yang lebih jijik dan benar-benar pergi menjauh.  Orgo ikut beranjak dari tempat duduknya untuk menemui ketua Bilfran, membicarakan soal goa yang baru saja mereka datangi.

Hari menjelang petang, namun Vedna dan Kirfa belum kembali. Zizar dan Orgo mulai panik karena khawatir jika keduanya telah sadar dan kembali membuat pertempuran. Orgo mencoba menggunakan kekuatannya, untuk mempermudah pencarian mereka.

“Di alun-alun!” Kata Orgo tiba-tiba. Tanpa banyak bicara keduanya langsung naik ke dalam mobil yang terparkir di luar markas. Mereka menuju ke tempat yang dimaksud oleh Orgo.

Di tempat lain, Vedna dan Kirfa masih asyik berdua, menonton pertunjukan yang memang diadakan setiap minggu oleh orang-orang di sekitar tempat itu sebagai hiburan. Tak terasa matahari mulai terbenam, pengaruh kekuatan Hipnotism Zizar perlahan membuat mereka sadar. Kirfa mendadak menyerang Vedna terlebih dahulu dan menuduh jika Vedna yang melakukan semuanya.

“HEI! Ada apa?” Tanya Vedna heran sembari membenarkan posisinya.

“Jangan sok akrab!” Kata Kirfa sembari menyapu pakaiannya bak terkena sesuatu yang kotor. Vedna bangkit, pikirannya baru saja pulih. Ia menatap Kirfa, heran bagaimana mereka bisa di satu tempat yang sama.

“Aku juga tidak tau apa-apa, saat aku sadar aku sudah bersama dengan orang yang tidak kuinginkan.” Kata Vedna santai.

“Kau pikir aku menginginkanmu?!” Balas Kirfa. Vedna menoleh dengan ekspresi aneh dan jijik mendengar ucapan sang pemilik Nev Babylon Gardenia di hadapannya. Kirfa menyadari tatapan aneh Vedna.
“E...E... maksudku bukan begitu!” Kata  Kirfa kali ini sembari melambaikan tangannya. Suasana menjadi canggung, keduanya terdiam sambil saling menatap jijik.

Sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depan mereka, sorot lampu dari mobil itu membuat kedua mata mereka menjadi silau.  Dua orang keluar dari mobil itu, dan berjalan pelan ke arah mereka. Vedna yang sedang ribut dengan Kirfa kini terdiam memperhatikan Kedua orang tersebut. Vedna ikut mendekat kepada orang yang sangat di kenalnya, Zizar.

“Bisakah lain kali kau lakukan itu pada ku dan Bilfran?” tanya Vedna sambil memukul pelan bahu Zizar dan masuk ke dalam mobil.

“Baiklah! Itu adalah hal yang sangat lucu!” Kata Kirfa pada Zizar dan ikut masuk ke dalam mobil.

“Setidaknya mereka tidak sampai membuat keributan besar, kan?” tanya Orgo sembari menunjukkan wajah bersahabat yang jarang dia tunjukkan kepada orang lain.

“Sekarang, mungkin kau yang sedang bermasalah.” Kata Zizar dengan ekspresi yang aneh. Keduanya pun menyusul Kirfa dan Vedna kedalam mobil, dan melaju kembali ke markas.

Sesampainya di markas, tertulis tanda tutup pada pintu depan cafe. Tak ada pemberitahuan sebelumnya tentang kenapa ketua Bilfran melakukan semua ini. Mereka memasuki cafe dengan perasaan heran, mereka pun langsung menuju ruangan Ketua Bilfran untuk bertanya apa maksud Ketua Bilfran menutup cafe yang mana sangat jarang terjadi.

“Hei! Pak Tua! Apa yang kau lakukan?” Tanya Vedna sambil menujuk ke arah luar saat ia dan kawan-kawannya sampai di ruang tempat Ketua Bilfran berada. Zizar menarik bahu Vedna mencoba memberi isyarat agar Vedna tidak bertingkah seenaknya.

“Orgo sudah memberitahuku tentang goa yang baru saja kalian datangi tadi siang!” Kata Ketua Bilfran dengan suaranya yang besar, membuatnya tampak lebih garang. Wajahnya yang juga terlihat sangat mengerikan dengan beberapa kerutan di beberapa bagian, cukup membuat para Nevra segan padanya. Namun, hal itu tidak berlaku untuk Vedna yang hanya segan kepada bayaran yang akan ia dapatkan.  “Arvi memiliki banyak tempat seperti itu di beberapa titik sebagai tempat untuk menyimpan pecahan batu Rune.” Jelas Ketua Bilfran.

NevereverlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang