JDA#4

307 13 0
                                    

2 hari kemudian.....

Saat ini aku sudah sampai di Indonesia lebih tepatnya di bandara.

"Alhamdulillah, akhirnya kita sampai di Indonesia." Ucapku.
"Ya, Alhamdulillah." Ucap Ahmad yang berada di sampingku.
"HALO INDONESIA SHAKIL PULANG....." ucap Shakil berteriak.
"Berisik ente Shakil sakit kuping Ane." Ucap Tsaqib sambil mengusap usap telinganya.
"Oh ya, Kil. Siapa yang akan menjemput kita disini." Tanya bang Azmi.
"Yang jemput kita abi ane." Jawab Shakil.
"Ayo kita keluar mungkin abi sudah menunggu." Ucap Alfa sambil berjalan menuju pintu keluar.
"ABI................" Ucap Shakil berteriak ketika melihat abi sedang duduk di bangku ruang tunggu bandara. 

Abi pun menghampiri kami Shakil sudah merentangkan tangan melihat abi menuju dirinya. Dan ternyata.....

Yang di peluk abi adalah aku. Dia pun cemberut lalu aku, abi, dan teman teman pun tertawa melihat aksi Shakil. Melihat kami tertawa ia semakin cemberut. Aku pun menyalimi tangan abi lalu Shakil dan teman temanku juga.

"Abi.... kan ana sudah merentangkan tangan untuk di peluk. Malah Alfa duluan yang abi peluk Shakil sebel sma abi." Ucap Shakil merajuk.
"Uh.... anak abi merajuk sini abi peluk." Ucap abi lalu mereka berpelukan.
"Ya sudah, ayo ke mobil! Koper kalian biar di mobil yang satu lagi, ayo!" Ucap abi menuju mobil.

Saat kami sampai di pesantren kami disambut oleh sholawat dari santri dan teriakan histeris dan heboh dari para santriwati.

"Kak Rafi." Teriak salah satu santri wati.
"Kak Atha." Teriak santriwati lainnya.

Setelah penyambutan kami langsung ke rumah abi dan umi.

"Assalamualaikum." Ucap kami berbarengan.
"Waalaikumsalam." Ucap seseorang dari dalam rumah. "Shakil, Alfa, alhamdulillah kalian telah sampai." Ucap umi sambil memeluk kami. Setelah itu aku dan Shakil mencium punggung tangannya.

"Oh ya, umi abi ini teman ana dan Shakil mereka yang izin menginap disini." Ucapku.

"Halo tante saya Azmi." Ucap bang Azmi mengawali lalu salim kepada umi.
"Saya Ahmad tante." Ucap Ahmad lalu salim kepada umi. 
"Saya Kafi tante." Ucap Kafi lalu salim kepada umi.
"Saya Fattan tante." Ucap Fattan lalu salim kepada umi.
"Saya Tsaqib tante." Ucap Tsaqib lalu salim kepada umi.
"Tunggu umi akan menyiapkan makanan dan minuman untuk kalian." Ucap umi sambil berlalu.

Setelah umi pergi kami pun melanjutkan obrolan kami.

"Oh ya, kalian juga orang Indonesia dari mana?" Ucap abi.
"Kami semua dari Bandung, om." Ucap Ahmad mewakili yang diangguki oleh yang lain.
"Oh ya, abi sedang mencari pengajar. Apakah kalian mau ngajar di sini selama kalian liburan. Tapi abi tidak akan memaksa kalian jika memang kalian tidak mau. Juga tidak apa apa." Ucap abi pada kami.
"Kalo Alfa siap abi tapi kalo yang lain Alfa tidak tahu abi." Ucapku. "Saya masih merasa kurang pantas untuk mengajar om ilmu saya hanya sedikit." Ucap Tsaqib. "Tidak apa apa. Walaupun sedikit juga ustadz disini sedang sibuk jadi belum ada yang  bisa menggantikan kalo kalian mau kalian saja yang menggantikan." Ucap abi.
"Ya, sudah om kami mau untuk mengajar disini agar ilmu kami juga bermanfaat untuk yang lain." Ucap bang Azmi yang lain hanya menganggukan kepala mereka.

Tak lama kemudian datang dua orang wanita. Yang pertama aku tau dia adalah umi sedangkan yang dibelakang umi aku tidak tau.

"Ini makanan dan minumannya silahkan dicicipi." Ucap umi.

Kami pun mencicipi makanan umi.

"Em..... enak sekali umi apalagi kopinya." Ucap abi.
"Afwan abi, yang membuat kopi dan teh itu bukan umi tapi Biya." Ucap umi.

"Oh ternyata namanya Biya tapi mengapa dia memakai niqab bukan kah disini tidak diwajibkan memakai niqab. Dan mengapa ia selalu menunduk." Ucapku dalam hati.

"Alfa!!!" Ucap abi membuyarkan lamunanku.
"Ya, abi." Ucapku pada abi.
"Jaga pandanganmu nak itu adalah zina mata kamu dengannya bukan lah mahrom." Ucap abi.
"Afwan, abi." Ucapku menyesal.

Tiba tiba.

"Afwan buya, ustadzah, dan yang lain. Biya pamit kembali ke asrama." Ucap Biya.
"Oh ya, silahkan Biya terimakasih telah membatu umi untuk membuat teh dan kopi, ya." Ucap umi.
"Oh namanya Biya." Ucap ku dalam hati.
"Ya, umi Assalamualaikum." Ucap nya berlalu pergi. Setelah mencium tangan umi.
"Waalaikumsalam." Jawab kami semua.

Setelah Biya pergi. Aku pun lanjut mengobrol dan menanyakan pertanyaan yang mengiang di kepalaku.

"Bi, mengapa dia memakai niqab? Bukan kah disini tak di haruskan memakai niqab?" Tanyaku pada abi.
"Dia Biya, dia santri pindahan dari Jawa Tengah disana memang dianjurkan memakai niqab makanya dia kami biarkan memakai niqab." Ucap abi.
"Kalian pergilah istirahat kalian pasti lelahkan besok kalian sudah mulai mengajar." Ucap abi.
"Baiklah bi kami istiraahat dulu." Jawab Shakil.

Sambil menyalami tangan abi lalu masuk ke dalam rumah. Diikuti oleh aku dan teman teman.

Bersambung

Maaf ya kalo banyak typo atau ceritanya gak nyambung maaf banget

Jodoh Ditangan Allah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang