41

4K 165 5
                                    

"VANO BANGUN,CUKUP MAIN-MAINYA,"

Sania masih terus saja menangis dan menyuruh Vano bangun,padahal sudah jelas jika Vano meninggal.

"Van bangun aku mohon kamu masih punya janji Van,plis bangun,"

Sahabat-sahabat Sania hanya bisa menenagkan Sania tapi tetap saja Sania sangat keras kepala,dan tetap berfikir bahwa Vano akan bangun.

"Vano bangun,jangan pergi,'

Dewi,Zalfa,Mutia,Alfina,Amiila dan Silvia berusaha menenangkan Sania agar tidak terus menganggap Vano masih hidup.Tapi tetap saja Sania masih dengan pendirianya bahwa Vano itu masih hidup.

"Vano kamu punya banyak janji sama aku,kamu janji setelah aku pulang dari Paris kamu bakal lamar aku,kamu janji bakal liat peresmian rumah sakit aku dan kamu bakal liat aku memekai jas berwarna putih untuk seorang dokter,kamu bilang kalo kita mempunyai janji harus di tepati tapi kamu malah ingkar janji itu aku benci sama kamu Van aku benci,"

Sania memang sudah mempunyai rumah sakit, namun belum diresmikan karna Sania mau presmian nya harus ada Vano nama rumah sakitnya saja REVANIA  singkatan nama REVANO SANIA

"Aku mohon Van kali ini aja bangun demi orang tua Van,"

"AYO VAN BANGUN AKU TAU KAMU CUMA PURA-PURA TIDUR,"lagi-lagi Sania berteriak

"JANGAN BUAT AKU KECEWA VAN PLEASE BANGUN,"

Merasakan seseorang yang kita pergi memang sulit sangat sulit terlebih lagi untuk selamanya dan akan menjadi dua manusia yang berbeda alam.

Vano tetap diam tidak bergerak sama sekali mesin EKG pun sama masih tertera garis lurus.

Rendi pun tak tega melihat sepupu nya itu lalu dia memeluk Sania sangat erat menenangkan Sania dia harus menerima kenyataan,Vano sudah meninggal orang meninggal tidak akan bisa hidup kembali.

Dewi juga bisa memaklumi,Sania memang sangat deket dengan Rendi dari kecil, bahkan Rendi sama Bias adalah tempat curhat Sania jika gadis itu sedih.

"San lo ngga boleh kaya gini,Vano udah pergi udah ninggalin kita semua gue juga sama ngerasa kehilangan,selama ini Vano temen terbaik gue San, dia baik sama gue,gue juga sama kaya lu tapi kita harus nerima dengan iklas,mungkin memang takdir Vano seperti ini,"

Walaupun Rendi paling sengklek diantara yang lain tapi jika seperti ini,dia akan menjadi seseorang yang paling bijak.

"Gue belum siap Ren,gue belum siap kehilangan Vano Ren,"

"Iya gue paham, tapi lo ngga boleh kaya gini,kita gak bisa lawan takdir San,"

"Vano belum meninggal Ren,Vano belum meninggal,seseorang blm bisa di bilang meninggal sebelum 3 jam!berarti Vano belum meninggal,kali ini please percaya sama gue Ren,"

Sikap keras kepala Sania sudah keluar,dia tetap bersikeras bahwa kekasihnya itu belum meninggal,Vano masih hidup.

Dewi mulai ikut memeluk Sania.

"San,kurang jelas apa lagi sih denyut nadi Vano aja udah ngga bekerja lagi,jangan keras kepala gini,Vano juga harus di makamkan, Vano itu udah meninggal San please jangan kaya gini,"ucap Dewi.

"DEW VANO ITU BELUM MENINGGAL VANO MASIH PUNYA BANYAK JANJI SAMA GUE,,,VANO AYO BANGUN KAMU TUNJUKIN KE MEREKA KALO KAMU ITU BELUM MENINGGAL KALO KAMU ITU MASIH HIDUP AYO VAN BANGUN,BUKTIKAN KEMEREKA BAHWA KAMU ITU CUMA TIDUR BUKAN MENINGGAL"

"Van please bangun kalo kamu pergi nanti siapa yg jagain aku?,siapa yg ngingetin aku minum obat?ngingetin aku solat,siapa yg jadi penyemangat aku kalo aku lagi terpuruk?kamu janji bakal ngajak aku traveling bareng,"

Sania masih terus mengguncang tubuh Vano yang sudah kaku.

"Van aku mohon bangun,aku pengen kita tertawa bersama lagi,kita duet lagi,,kita main gitar lagi di taman,,kita ketawa di atas hujan,ayo Van bangun,"

Bunda Sania pun masuk ke dalam ruangan dan memeluk anak semata wayang nya itu agar bisa nerima semua ini.

"Sayang Vano sudah pergi sayang,udah ya kamu harus nerima semua ini"

"Bun harus berapa kali aku bilang,Vano itu belum meninggal bun,"

"Tetapi nyatanya Vano udah meninggal sayang,"

"Kenapa di setiap pertemuan harus ada perpisahan yang sangat menyakitkan seperti ini si bun?"

"Sayang bangun please,apa kamu tega liat aku nangis begini dulu kamu bilang kamu paling ngga suka liat aku nangis tapi apa? Sekarang aku nangis karena kamu,"

Tubuh Vano tetap diam masih tidak ada pergerakan sama sekali.

"Tuhan aku mohon beri Vano kesempatan untuk hidup,aku belum siap untuk kehilangan dia ya tuhan,"lirihnya

Sania memeluk tubuh Vano,isakan nya mulai mereda.

"Tuhan aku rela kau ambil nyawaku dan ganti posisi ku dengan vano,"lagi-lagi Sania memeluk raga Vano sambil menggoncang tubuh nya "lebih baik aku yg pergi daripada harus dia tuhan,"

'Ya tuhan aku mohon,jangan ambil Vano dariku tuhan,aku masih sayang kepadanya,aku masih ingin melewati hariku bersamanya tuhan'

"Tuhan aku mohon,jika memang Vano benar-benar pergi dari dunia ini,tolong buat aku juga pergi bersamanya tuhan,aku ingin terus bersamanya."

Isakan Sania mulai mereda dia sudah putus asa,Vano memang sudah meninggal,tidak akan pernah kembali lagi,sudah takdirnya seperti ini,kita tidak bisa melawan takdir.

"Subhanallah,"ucap mereka Sontak melihat Mesin EKG yg tadinya garis lurus kini menjadi naik turun.

Sania menoleh melihat mesin EKG itu ternyata benar sekarang naik turun bukan garis lurus sungguh kebesaran tuhan.

Tuhan menjawab doanya,sungguh kebesaran tuhan,kebesaran tuhan tidak ada yang tahu,tuhan masih sayang dengannya.

"VANO!"Sania menutup mulut nya masih tak percaya akan kebesaran tuhan padanya allah mengabulkan doa nya. "makasih tuhan,"





































halo maaf ya cerita nya makin ngga jelas trs ngga nyambung lagi

kalo ngga suka sama cerita saya juga yaudah ngga usah di baca jangan malah ngejudge yg aneh2 ini cerita saya bukan boleh copy

awas typoo
jangan lupa vote sama coment

happy reading

Revania [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang