Rumah Vika.

541 21 3
                                    

Vika turun dari motor Vano, lalu berdiri disamping cowok itu. Vika itu membuka helm dan mengembalikannya kepada Vano.

"iya sama sama." Vano tersenyum seraya tangannya mengambil helm yang diberikan Vika. "besok mau bareng gak?"

Vika tampak berpikir, kemudian mengangguk "Mau!" jawab Vika antusias dengan senyum lebar.

Vano terkekeh "Yaudah besok gue jemput ya."

"oke."

"Yaudah lo masuk gih, gue pulang."

"iya."

Vano menyalakan motornya lalu pergi.

Vika menghela napas, melangkah menuju rumah.

***

Vika duduk terdiam di balkon kamarnya. sudah hampir satu jam gadis itu duduk dengan kaki disilangkan. Vika menatap langit sore itu, semilir angin memainkan rambut yang dikuncir setengah oleh pemiliknya. Vika mengalihkan pandangannya kearah jalan sekitar rumahnya, lalu ia mengedarkan pandangan ke sekeliling hingga tertarik pada sosok laki-laki disebrang sana. seseorang yang sudah tak asing lagi buat Vika. Orang itu adalah Vano.

Cowok itu terlihat rapih dengan balutan jeans hitam dan baju kemeja flannel abu-abu. Vano yang sudah memakai helm dan menaiki motor kesanyangan nya itu tanpa aba-aba sudah meninggalkan halaman rumahnya. Dan sudah tak terlihat lagi oleh Vika.

Vika menautkan alinya sarat kebingungan tercetak jelas di wajahnya. "mau kemana dia? Rapih banget kaya orang mau nge-date, apa dia mau nge-date? Tapi sama siapa?" Vika menggelengkan kepalanya mencoba membuang pikiran-pikiran aneh yang baru saja terlintas diotaknya. Vika bangun dari duduknya lalu melangkah masuk kedalam kamar.

***

Kafe pada sore ini terlihat ramai akan pengunjung. Dekorasi pada kafe terlihat elegan ditambah music slow yang terputar. Seorang laki-laki dengan kemeja flannel berjalan memasuki kafe itu dengan kedua bola mata itu menatap kesekeliling kafe untuk mencari dimana teman-teman nya berada. Sepulang sekolah tadi ia dan teman-teman nya sudah berencana untuk kumpul dikafe yang sudah menjadi tempat favorite nya untuk sekedar meminum kopi atau paling tidak membahas hal yang tidak penting.

Kedua bola mata itu menangkap tiga sosok laki-laki yang sedang duduk ditempat yang berada paling ujung menghadap kejendela kafe sambil mengobrol dan sesekali tertawa. Tanpa mengulur waktu ia melangkah mendekat. Lelaki itu berdehem.

Membuat tiga cowo yang tadi tertawa sontak menoleh secara bersamaan.

"Lama banget sih lo, janji jam berapa datengnya jam berapa." Oceh Fito

Vano menghiraukan ucapan Fito, dan duduk disamping David.

"Vano kan kaya people jaman now yang bilangnya udah otw padahal mah masih tiduran dikasur." Kekeh Rangga.

"Nah iya tuh bener banget, doi sering banget kaya gitu." Tambah David.

"Kaya punya doi aja si bapak." Ledek Rangga.

"Ih masa lo gak tau sih, David kan punya doi." Fito memukul pelan Bahu Rangga.

"siapa?siapa?"

"Itu ibu penjual mie ayam dikantin, hahaha." Kekeh Fito

"hahaha tapi kasian sih David kalo sama penjual mie ayam, nanti bisa-bisa dia kena usus buntu karna tiap harinya dikasih makan mie ayam."

David menepuk kepala Rangga. "Lo kalo ngomong nggak pernah pake bismillah. Ucapan itu doa, kalo pas tadi lo lagi ngomong gitu dan malaikat lewat terus dicatet gimana?"

(I'm)PossibleWhere stories live. Discover now