Vika duduk dibangku teras depan rumahnya dengan ditemani secangkir teh hangat. Hembusan angin malam yang dingin membuat gadis itu memeluk dirinya sendiri. Entah kenapa Vika ingin berlama-lama duduk disana. Padahal angin malam begitu dingin, bisa saja dirinya masuk angin karena duduk berlama-lama disana. Vika memperhatikan keadaan sekitar, sunyi dan sepi. Begitulah keadaan lingkungan rumahnya ketika malam hari. Vika mengadahkan kepalanya keatas, melihat bulan dan bintang-bintang yang menghiasi langit malam.
Melihat itu membuatnya ingat dengan kenangan indah dan hal itu malah membuat dadanya terasa sesak.
"Diantara matahari dan bulan kamu lebih suka yang mana?"
Gadis yang sedang mengaadahkan kepalanya itu kini menoleh kesamping untuk menatap lawan bicaranya.
"Bulan dong!" Seru Vika
Cowok yang duduk disamping Vika merubah posisinya menghadap kearah Vika "kenapa?"
Sebelum menjawab Vika Nampak berpikir sebentar. "gapapa suka aja." Jawab gadis itu
Cowok itu mengerutkan keningnya heran. "masa sih? Aku pikir kamu suka bulan karna cahaya bulan yang indah atau apa gitu?"
"Oh mungkin gini-gini." Vika merubah posisinya menghadap kearah cowok itu "aku lebih suka bulan karna Cuma bulan yang paling setia untuk nemenin aku dan menjaga aku dimalam hari ketika semua orang sudah terlelap tidur." Ucap Vika yang menatap wajah cowok itu dengan lekat.
"menjaga kamu?"
"iya karna dia takut terjadi apa-apa sama aku." ucap Vika dengan kekehannya
"emangnya kalau terjadi apa-apa sama kamu, apa hubungannya sama bulan?"
"Nanti bulan cemas."
"kalau bulan cemas, emangnya dia bisa apa?"
Vika mengangkat bahunya acuh. "Mungkin emang dia gak bisa ngelakuin apa-apa. Tapi tenang aja, bulan gak akan cemas. Karna aku percaya orang yang sayang sama aku gak akan bikin bulan cemas."
Cowok itu hanya mengangguk-anggukan kepalanya.
"kamu ngerti kan maksud aku?" Tanya Vika memastikan.
Cowok itu menggeleng "Engga."
Vika menghela napas "masa gitu aja engga ngerti. Gini lho Dion aku jelasin, jadi maksud aku itu orang yang sayang sama aku itu adalah orang yang pasti akan ngejaga aku, dan dialah orang yang akan memastikan kepada bulan kalau engga akan terjadi apa-apa sama aku. Maka dari itu orang yang sayang sama aku itu engga akan bikin bulan menjadi cemas." Jelas Vika. "paham kan?"
"iya paham." Dion bangkit dari duduknya dan berdiri dihadapan Vika. " oke kalau gitu mulai dari sekarang aku akan bilang pada bulan kalau akulah orang yang akan memastikan kalau engga akan terjadi apa-apa sama kamu. Dan aku janji sama kamu dan bulan kalau aku akan jagain kamu, dan engga bikin bulan jadi cemas."
Vika bangkit dari duduknya dan melangkah mendekati cowok itu. "promise?" Vika mengacungkan jari kelingkingnya.
"Yeah, promise." Dion juga mengacungkan jari kelingkingnya yang kemudian dikaitkan denga jari Vika.
Kemudian keduanya tertawa entah menertawakan apa. Dion merangkul pundak Vika dengan erat seperti tidak ingin jauh dari gadis itu. Vika menyandarkan kepalanya dipundak cowok itu. keduanya sama-sama menatap bulan. Saat itu tanpa cowok itu tahu Vika sedang berdoa dalam hatinya kalau ia ingin Dion bisa membuktikan ucapannya kalau ia akan menjaga dirinya.
YOU ARE READING
(I'm)Possible
Teen FictionHidup ini tentang pilihan. salah satunya cinta . kamu hanya tinggal memilih, mencintai atau dicintai. kalau boleh aku tidak ingin memilih. Sebab yang aku inginkan aadalah keduanya. Tetapi aku ingin mencintai tanpa rasa sakit dan dicintai tanpa rasa...