Dengan langkah santai, Vano berjalan menyusuri koridor sekolah. Dengan tangan kirinya yang dimasukkan ke saku celananya dan tangan kanannya yang menenteng tas milik Sela.
Di ujung koridor, mata Vano mendapati Sela yang berjalan kerahnya. Vano sudah berjarak tiga langkah dari Sela. Mata Vano terus mengamati wajah Sela yang hari ini terlihat sedikit lebih pucat.
"Van, lo belum pulang?" tanya Sela.
"nih tas lo." Vano memberikan ta situ kepada pemiliknya, cowok itu tidak menghiraukan pertanyaan Sela.
Sela tersenyum dan mengambil tasnya. "eh iya thanks ya."
"lo sakit apa?" Tanya vano.
"biasa maag gue kambuh." Jawab Sela.
"terus sekarang gimana?" tanya Vano sekali lagi.
"Gimana apanya?" ucap Sela dengan mimic wajah bingung.
Vano menghela napas "Masih sakit?"
Sela menggeleng, "Udah engga. Yaudah ya Van gue balik dulu." Sela berbalik dan saat ia ingin melangkah tangannya dicekal oleh Vano.
Sela menoleh dan menaikkan sebelah alisnya. "kenapa?"
"biar gue anter." Vano berdiri satu langkah didepan Sela. "Tanpa penolakkan." Sergah Vano saat tau kalau gadis didepannya ini ingin menolak.
Vano berjalan kearah parkiran dengan Sela yang menguntit dibelakangnya.
***
"Loh kok berhenti? Kenapa?" tanya Sela ketika Vano memberhentikan motornya, padahal rumah gadis itu masih lumayan jauh. Namun kenapa cowok ini tiba-tiba berhenti apa motornya kehabisan bensin? Atau terjadi sesuatu dengan motor Vano. Entah lah Sela mencoba menanyakan sekali lagi kepada Vano. "Kenapa berhenti Van? Mogok?"
Vano menggeleng dan membuka kaca helmnya, "Gue laper, makan dulu yuk."
Sebelum menjawab Sela tampak menimbang tawaran dari Vano. kalau dipikir boleh juga, toh ia juga tadi hanya memakan roti yang diberikan oleh penjaga uks. Sela tidak ingin ambil resiko dari pada penyakitnya kambuh lebih baik ia menerima tawaran Vano. Lagi pula tidak masalah kalau hanya sekedar mampir untuk makan sebentar.
Sela mengangguk dua kali, yang bisa dilihat oleh Vano dari kaca spion motornya.
Vano kembali menjalankan motornya, mencari restoran cepat saji didaerah itu.
***
Vano memberhentikan motornya tepat didepan restoran cepat saji itu, Sela turun dari motor itu begitu juga vano. cowok itu melepaskan helmnya lalu menaruhnya diatas motor.
"yuk" Vano menarik tangan Sela dan membawa gadis itu masuk "Lo mau pesen apa?" Tanya Vano.
Sela masih terdiam, tidak percaya.
'Demi apa? Barusan Vano narik tangan gue?' –batin Sela.
Sela masih tidak percaya, Vano cowok yang menjadi idam-idaman para siswi SMA garuda ini barusan menarik tangannya, sungguh kejadian yang langka.
Vano menjentikkan jarinya didepan wajah Sela, menyadarkan gadis itu dari lamunannya. "woi lu mau pesen apa?"
"Ha? Apa aja deh, terserah."
"kata Fito kalau cewek udah ngomong 'terserah' itu hanya ada dua kemungkinan. Kemungkinan pertama si cewek lagi berharap cowoknya ngelakuin apa yang dia mau, dan kemungkinan kedua, si cewek lagi bingung. Dan sekarang kemungkinan yang keberapa yang lo ambil?" ucap Vano. untuk pertama kalinya Vano berbicara sepanjang itu kepada orang lain.
YOU ARE READING
(I'm)Possible
Teen FictionHidup ini tentang pilihan. salah satunya cinta . kamu hanya tinggal memilih, mencintai atau dicintai. kalau boleh aku tidak ingin memilih. Sebab yang aku inginkan aadalah keduanya. Tetapi aku ingin mencintai tanpa rasa sakit dan dicintai tanpa rasa...