He's Home

43 1 0
                                    

"BERTY!!"
Tiba-tiba aku mendengar suara teriakan. Gawat, itu suara Leeteuk. Aku cepat-cepat membuka mata dan meluruskan pandanganku ke arah jendela.

Sial, aku ketiduran, jam berapa sekarang?

Matahari sudah menyinari hampir ke seluruh bagian ruang kamarku. Itu berarti, waktu sudah berhasil menembus ke pertengahan hari. Aku menggosok kedua mataku yang sembab terkena air mata.

Jonghyun.
Ia masih tertidur.

Aku mengangkat setengah bagian dari tubuhku dan terduduk di ranjang.

Sepertinya, kali ini Jonghyun benar-benar menepati janjinya.

Kupandang lama wajah Jonghyun yang sedang tertidur pulas tepat di samping kananku. Aku menatapkan mataku pada dirinya selama kurang lebih 5 menit—sebelum akhirnya kubulatkan tekatku untuk membangunkannya.
"Hei, Jonghyun! Bangun!" Kataku sambil menepuk-nepuk tubuhnya pelan. Tanpa kusadari, mataku melirik kecil ke arah jam meja yang terletak di sebelah kanan Jonghyun.

13.32

"Eh?!" Tiba-tiba saja kata itu meluncur keluar dari mulutku. Angka jam itu—sukses membuat jantungku berhenti berdetak selama beberapa saat.
Aku melebarkan kedua bola mataku lebih lagi, untuk memastikan bahwa pandanganku sama sekali tidak salah.

13.33

Sinting. Sudah lebih dari 4 jam aku ketiduran.

"Hei, Jonghyun, ayo cepat bangun," kataku sambil mengguncangkan keras tubuhnya. "Aku tidak bercanda, Leeteuk sudah pulang." Aku terus mengguncang-guncangkan tubuhnya sampai aku melihat, ia mulai membuka kecil matanya.
"Ada apa?" Tanyanya yang masih setengah tertidur. Matanya yang hanya terbuka sedikit terlihat seperti menolak masuk hantaman sinar matahari.
"Ayo, bangun! Sudah jam setengah dua lewat." Kataku, "Leeteuk sudah pulang dan berteriak memanggilku tadi," aku menepuk-nepuk pelan wajahnya yang masih mengantuk. Ia sama sekali tidak menghiraukan perkataan ku. Dalam beberapa detik, matanya sudah kembali tertutup dengan sempurna. Tubuhnya pun juga sama sekali tidak bergerak ataupun berganti posisi. "Aduh, Jonghyun, aku menyuruhmu untuk bangun, bukan tidur lagi," ucapku geram.
Aku membuka tirai dari jendela kecil yang terletak tepat di posisi belakang tempat Jonghyun tidur. Kukira, teriknya sinar matahari akan dengan sendirinya membangunkan pangeran tidur. Tetapi ternyata aku salah, Jonghyun bukanlah seorang pangeran, ia adalah seorang raja. Semenjak sang fajar menghantamkan keras cahayanya ke arah Jonghyun, ia malah membalikkan tubuhnya dan menutup seluruh wajahnya dengan bantal putih yang ditidurinya.
Aku menatapnya dengan tatapan yang mencekam. Duh, orang ini, kenapa susah sekali untuk dibangunkan? Aku menarik telinganya dengan keras, tetapi ia tidak mempedulikanku.Lalu, aku memutarkan lagu musik rock—yang suaranya kumaksimalkan—tepat di atas telinganya.Dia sama sekali tidak merasa terganggu.
Kuambil gelas minum yang berada di atas meja tidurku. Kemudian, aku menggunakan air yang ada di dalamnya untuk membuat percikan kecil ke wajah Jonghyun.

Tapi, lagi-lagi aku gagal.

Tidak ada aksi lain dari Jonghyun selain menyapu halus beberapa bagian kecil telinganya yang basah dengan bantal gulingnya dan kembali tertidur. Sepertinya, kesabaranku sudah mulai habis sekarang. Aku mendekatkan wajahku ke telinga Jonghyun, "Kim Jonghyun," aku menghembuskan nafasku kencang ke arah wajahnya. "Aku akan memberimu waktu tiga detik untuk segera bangun sebelum aku membuangmu dari ranjang," bisikku dengan lembut dan tajam.
"Satu," aku memulai hitunganku. "Dua," kutarik nafasku dalam-dalam, lalu kuhembuskannya dengan kencang. "Tiga!"
Aku sempat hampir ingin berteriak, sebelum akhirnya aku menyadari bahwa tiba-tiba aku mendengar suara gesekan yang berasal dari gerakan engsel pintu. Aku membelokan pandanganku ke arah suara itu, lalu sedetik kemudian, aku dapat melihat sempurna wajah Leeteuk yang muncul dari balik pintu.
Aku cepat-cepat mengarahkan tubuhku untuk kembali terduduk ke posisi semula.
"Sudah bangun?" Tanya Leeteuk lembut sambil tersenyum dengan lesung pipinya yang manis. Tangannya bersinggah pada gagang pintu kamarku.
Jonghyun terlihat kaget setengah mati saat mendengar suara Leeteuk yang tiba-tiba muncul di belakang pintu. Matanya langsung terbuka lebar. Ia langsung mengangkat tubuhnya dan terduduk dengan sigap di ranjang.
Aku menghelakan nafasku dan mengangguk, "Baru saja," jawabku dengan nada yang sedikit sumbang karena baru bangun tidur. Lalu, aku tersenyum kecil dan melirik ke arah Jonghyun.
Sama seperti Jonghyun—jantungku juga berdetak tidak kalah kencangnya. Aku hanya dapat memandang Leeteuk dengan perasaan tegang. Sangat tegang—berharap bahwa Leeteuk tidak akan marah dengan temannya yang sudah menumpang tapi malah bangun di pertengahan siang hari.
"Semua makanan sudah siap," kata Leeteuk dengan santai. "Menu hari ini adalah sushi—makanan kesukaanmu,"
Aku tersenyum senang.
"Benarkah? Wah, terimakasih, aku akan turun sekarang!" Kataku gembira.

A Little GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang