Part 2

81 10 2
                                    

Dafa meniup coklat panasnya dan meminumnya  sambil menikmati hujan. Dafa membuka akun sosial medianya di laptop.

Matanya menyipit begitu melihat foto Galih dengan perempuan lain. Lebih lagi, caption nya membuat Dafa semakin geram dengan Galih.

"Kebahagiaan aku dimasa depan adalah, kamu. Anastasya Aurelia💕"

Alis Dafa bertaut, rahangnya mengeras. Ia kesal dengan Galih, selalu saja mempermainkan hati Nabila.

"Dasar cowok gak tau di untung. Udah dikasih hati mintanya ampela. Dasar playboy cap monyet!" Gerutu Dafa.

Dafa melanjutkan melihat komentarnya. Alisnya bertaut lagi ketika perempuan yang disebutkan didalam caption itu muncul didalam komentar.

"Aww😍 bisa aja pangeran aku😍" @anastaurel_

"Iya, dong. Hehe😍" @galiharis_

"Unch unch forever💕" @anastaurel_

"Dasar, cowok gila! Nabila itu gak pantes dapetin cowok brengsek kayak lo. Tampang pas-pasan aja belagu" Dafa berdecih.

"Mending gue, ganteng, gak brengsek kayak lo" Dafa menaik turunkan alisnya. Seperti orang gila, bermonolog.

"Den Dafa ngomong sama siapa?" Tanya Bi Siti.

"Eh? Bibi. Enggak, Bi. Bi, menurut bibi ini ganteng gak? Gantengan mana sama Dafa?" Tanya Dafa sambil menyodorkan laptopnya pada bi Siti.

Bi siti melihat ke gambar yang ditunjukan Dafa, dan melirik lagi kearah Dafa. Menimbang-nimbang apakah lebih ganteng Dafa atau Galih.

"Jadi?" Tanya Dafa.

"Gantengan itu tuh, yang ada dibelakang orang itu" ucap Bi Siti sambil menunjuk seorang laki-laki dibelakang Galih dan Anastasya.

Dafa berdecak dan mengusap wajahnya frustasi. Menyesal telah bertanya pada Bi Siti.

"Maksud Dafa, gantengan cowok ini atau gantengan Dafa, Bi?" Ucap Dafa perlahan sambil menunjuk muka Galih di layar laptop

"Oh.. Gantengan Den Dafa, sih" ucap Bi Siti sambil tersenyum. Tiba-tiba tangan Bi Siti menadah seperti meminta.

"Apa?" Tanya Dafa

"Itu, Den" ucap Bi Siti sambil menggosok jari jempol dengan jari telunjuk seolah mengisyaratkan uang.

"Ck. Ikhlas dikit napa, Bi" ucap Dafa.

"Iya, Den. Bibi cuma bercanda aja, kok. Yaudah, bibi masuk lagi ya, kedapur" pamit Bi Siti sambil berjalan ke dapur.

"Tuh, apa gue bilang, gantengan gue, kan?" Dafa menjulurkan lidahnya.

"Dafa, papah bawa martabak buat kamu. Ini kesukaan kamu waktu kecil, kan?" Ucap Dion sambil menaruh bungkusan berisi martabak diatas meja teras.

"Dafa gak mau makan pemberian orang yang gak pernah anggap saya ada" ketus Dafa sambil meninggalkan Dion sendirian.

Dion terduduk memandangi bungkusan martabak itu. Hingga kapan anaknya menerimanya kembali dengan senang hati.

"Mau kemana kamu, Dafa? Diluar hujan" ucap Dion sambil bangkit dari bangku teras.

"Bukan urusan anda" ketus Dafa sambil menyalakan mesin motornya.

Tubuh Dafa basah kuyup, sekarang ia sudah sampai di depan pintu rumah Nabila. Ia mengetuknya beberapa kali hingga muncul wanita paruh baya didepan pintu.

"Lho? Dafa? Kamu kenapa basah kuyup, nak?" Tanya Dira--Bunda Nabila.

"Nabilanya ada, tante?" Tanya Dafa sambil meniup kedua telapak tangannya.

Make Me Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang