Part 8

31 5 0
                                    

Dafa mendengar ada suara tertawa didalam rumahnya. Sepertinya ada tamu. Dafa segera membuka pintu dan Dafa terdiam di ambang pintu.
"Kak Dafa udah pulang?" Tanya seorang bocah kecil laki-laki yang manis sambil memeluk Dafa. Dafa mengerutkan keningnya, siapa bocah ini sebenarnya?

"Dafa.. Ini istri dan anak papah. Mereka tinggal di Jogja sebelumnya" jelas papah Dafa sambil menghampiri Dafa dan bocah kecil yang masih memeluknya erat.

"Terus? Kenapa dia bisa tau saya? Sampai saya dipeluk gini?" Tanya Dafa sambil melihat bocah manis ini.

"Oh, ini David. Dia dan ibunya akan tinggal disini, ibunya sedang mengandung, baru 8 bulan, kok." katanya sambil tersenyum. Hati Dafa tersentak begitu mendengar ucapan papahnya itu.

"Sudah saatnya kamu menerima mereka untuk jadi keluarga besar kita, nak" tambah Papah Dafa.

"Pah, dengerin. Papah boleh usir Dafa, papah boleh tarik kartu ATM Dafa, papah boleh jual semua kendaraan Dafa. Tapi Dafa gak sudi kalau ada orang lain yang gantiin posisi mama" mata Dafa memanas, tapi Dafa tidak ingin menangis karena papahnya itu.

Papah Dafa terdiam sejenak. Membiarkan anak semata wayangnya mencaci maki dirinya sesuka hatinya. Asal Dafa mau menerima David dan ibunya disini.

"Mari, nak. Kita perbaiki keluarga kita mulai sekarang" katanya sambil merangkul bahu Dafa.

David menatap sendu ke arah Dafa saat melihat wajah Dafa yang tiba-tiba berubah. Dafa menghela napasnya berat. Ia masih bisa melupakan Lalisa. Ibunya yang sangat ia sayang.

"Dafa pergi dulu, Pah" pamit Dafa pada Papahnya. Papahnya mengangguk lemah.

Dafa keluar dari rumahnya. Dan segera menaiki motornya. Dafa berjalan entah kemana, pikirannya menjadi kacau.

"Dafa nanti kalau sudah besar, jangan nakal, ya. Nanti Dafa gak punya teman" ucap Lalisa sambil mengusap rambut Dafa. Dafa mengangguk sambil menikmati es krimnya.

"Nanti Dafa gak boleh lupa sama tempat terakhir mama. Ok?" Katanya sambil mencium pipi Dafa. Dafa memeluk erat Lalisa.

"Nanti kalau ada yang jahat sama Dafa, Dafa harus balas. Tapi, jangan balas dengan kejahatan. Dafa harus balas dengan kebaikan. Jadi orang baik itu banyak hadiahnya, lho" tambahnya sambil mencium puncak kepala Dafa.

"Mama janji gak boleh tinggalin Dafa, ya" pinta Dafa sambil menatap wajah Lalisa. Mata Lalisa berkaca-kaca. Lalu segera membuang pandangannya ke arah kanan.

"Kalau Papah Dafa bicara, dengarkan, ya. Kalau Papah sedang marah, jangan dijawab ya, sayang. Nanti masuk neraka" ucap Lalisa sambil mengusap air mata yang ada disudut matanya.

"Papah gak pernah marah kok, Ma. Dafa sayang sama mama sama papah" ucap Dafa sambil tersenyum hingga menampakkan lesung di pipi kirinya.

Kilauan sinar dan suara klakson mobil besar menyadarkannya. Hingga Dafa terpental beberapa senti dari jalanan. Darah segar yang mengalir dari dahi serta tangan dan kakinya cukup banyak. Hingga beberapa saat Dafa tak sadarkan diri.

🍃🍃🍃

"Dengan orang tua Dafa?" Tanya Dokter pada Papah Dafa.

"Iya, saya ayahnya" ucap papah Dafa. Wajahnya cemas sekali sejak tadi ia menerima kabar bahwa Dafa kecelakaan.

"Anak Anda mengalami luka di kaki serta kepalanya cukup parah. Dan ada tulang di tangannya yang sempat patah. Tapi jangan khawatir. Anak Anda selamat. Ia hanya butuh rawat inap untuk beberapa hari kedepan" jelas Dokter kepada Papah Dafa.

"Apa saya bisa masuk sekarang?" Tanya Papah Dafa.

"Silahkan saja, Pak. Tapi, saran saya, jangan terlalu banyak diajak bicara. Ia masih shock. Biarkan dia beristirahat sebentar" ucap Dokter tersebut.

"Terimakasih, Dok. Saya masuk dulu" pamit Papah Dafa sambil bersalaman dengan Dokter tersebut.

Papah Dafa begitu sangat prihatin melihat kondisi Dafa. Kepalanya yang diperban, kaki serta tangannya yang diperban, ditambah lagi wajah Dafa yang pucat.

"Maafin Papah, nak. Papah bingung harus bagaimana lagi, Papah kasihan sama istri Papah. Maaf kalau kamu belum bisa menerima mereka sampai sekarang" katanya sambil terisak.

"Papah gak bermaksud untuk menghancurkan semuanya, nak. Papah khilaf" tambahnya sambil mengelus rambut Dafa.

🍃🍃🍃

"Kamu berangkat sama siapa, Bil?" Tanya Bunda Nabila.

"Sama Dafa, Bun" jawab Nabila sambil mencoba menghubungi Dafa.

"Dafa kan kecelakaan, sayang" ucap Bunda Nabila sambil mengoles selai coklat diatas roti.

"Ha? Kecelakaan? Kapan Bun? Bunda bohong kan?" Tanya Nabila dengan suara bergetar.

"Semalam. Dia ketabrak truk gitu katanya. Tapi Bunda kurang paham. Soalnya cuma denger dari tetangga aja" jawab Bunda Nabila.

Nabila cemas, kenapa hal itu bisa terjadi dengan Dafa. Ia terus memikirkan kondisi Dafa saat ini.

Tin tin..

Suara klakson motor berbunyi. Nabila melihat keluar dan menghampiri cowok yang berada didepannya.

"Kamu ngapain kesini?" Ketus Nabila

"Aku mau jemput kamu" jawab Galih.

Nabila terdiam lalu menghela napasnya sejenak, lalu menaiki motor Galih.

Sesampainya disekolah, Nabila turun dari motor Galih, Nabila berjalan meninggalkan Galih. Galih terdiam sejenak melihat tingkah aneh Nabila hari ini.

"Kayaknya dia udah tau" gumam Galih sambil menaruh helmnya di spion.

🍃🍃🍃

Nabila berjalan cepat mencari kamar inap nomor 211. Ia membuka pintunya perlahan. Tidak ada siapa-siapa didalam, hanya ada Dafa yang berbaring dengan mata terpejam, wajah yang pucat, dan tangan serta kepalanya diperban.

Matanya memanas, bagaimana sahabatnya bisa seperti ini? Apa yang sebenarnya terjadi? Nabila mengelus punggung tangan Dafa.

"Lo kan sahabat gue, lo kan bisa cerita sama gue. Lo gak perlu nyelakain diri lo sendiri, Daf" tangisnya semakin menjadi. Sebenarnya Dafa tidak tidur. Tapi ia sengaja memejamkan matanya sejak mengetahui Nabila masuk ke kamar inapnya.

"Gue kan sayang sama lo. Lo sahabat gue, Daf. Gue takut lo kenapa-kenapa" katanya sambil mengelus punggung tangan Dafa.

Hingga Nabila terdiam, tak lama kemudian, ia menunggu Dafa bangun hingga Nabila tertidur pulas sambil memegang tangannya. Dafa mencoba membuka matanya, ia melihat Nabila yang masih menggenggam tangan Dafa dengan erat.

"Jadi lo sayang sama gue karna sahabat?" Gumam Dafa dalam hati. Seperti ada yang menyayat hatinya saat ini, sakit.

"Tapi gue sayang sama lo lebih dari sahabat, Bil. Gue janji bakal ngelindungin lo dari siapapun yang berusaha jahatin lo. Gue gak perduli lo mau sayang sama gue sebagai sahabat atau apa. Intinya gue akan ngelindungin lo, Bil" tambahnya sambil tersenyum.

🍃🍃🍃
TBC
🍃🍃🍃

Kasihan ah Dafanya cuma dianggap sahabat doang sama Nabila -_- masa aku yang nulis aku yang kesel wkwk😂 btw jangan lupa vote+comment ya (:

Salam ketjup

Silvi

Make Me Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang