また会えるから Part 5

150 26 15
                                    


Gwangjin-gu, 22 Juni 1989


Annyeong, Ilhoon~ah, suratmu terbalas begitu lama.
Naneun gwaenchana. Ya, ada yang terjadi, tapi aku baik-baik saja, orangtuaku dan Ji-Eun pun demikian. Aku meyakininya demikian. Maafkan aku. Aku lebih nyaman membicarakannya secara langsung denganmu. Tidak apa-apa, bukan? Kau mengerti kebiasaanku untuk menceritakan hal-hal penting secara langsung. Jadi begitulah aku ingin membicarakannya denganmu.

Hei, bocah! Kau sudah bertunangan? Sungguh? Benar? Kau? Seorang Jung Ilhoon? Ya! Kau sudah benar-benar dewasa rupanya, eoh? Daebak! Jinjja daebak! Kau mengencani gadis mana? Gadis seperti apa? Eihhh.. aku iri padamu. Perjalanan cintaku tidak sebagus itu. Ia memutuskan hubungannya denganku begitu saja dan ya... begitulah. Aku mengucapkan selamat padamu, Jung Ilhoon! Kau pasti sangat bahagia. Aih, dasar!

Kau seorang sipir? Ah, pantas saja beberapa surat memiliki alamat yang sama tapi tidak pernah ada orang yang mengantar ke sana. Rupanya surat-surat itu sudah ada yang mengambil. Aku mengerti sekarang. Kau betul-betul sibuk rupanya. Sayang sekali aku tidak punya pager dan kita hanya bisa berkomunikasi lewat surat. Aku yakin kau bahkan tidak nyaman berbincang seperti ini, tapi percayalah pendapatanku tak pernah bersisa hehehehe...

Ilhoon~ah, kupikir jadwalku mengirim surat minggu depan adalah ke Yongsan-gu. Apakah saat itu kita mungkin bisa bertemu? Mungkinkah kau bisa ... ani.. ani...aku tidak akan menyuruhmu untuk melanggar aturan, pun kau juga punya tanggung jawab besar. Aku akan berada di sekitar kantor pos Yongsan-gu sampai malam. Jika kau punya waktu, kau bisa menemuiku. Jika tidak, aku pun tidak apa-apa. gwaenchana. Pertemuan itu hanya sebatas kebetulan. Aku dan kau merencanakannya. Jika kita bertemu, itu berarti kebetulan Tuhan menyetujuinya: dengan sebuah maksud.

Aigoo... suratku demikian panjang rupanya. Sekian dulu dariku, Ilhoon~ah... neomu bogoshippo.


- Im Hyunsik -
~©®~






Hyunsik melangkahkan kaki keluar dari kantor pos. Urusan kirim mengirim suratnya sudah selesai, demikian juga soal surat yang ia tulis untuk Jung Ilhoon baru saja. Ini sudah tahun kesekian ia menjadi pengantar surat. Meski tahu betul semakin banyak orang menggunakan pager dan telepon kabel, ia masih tak pernah berpikir untuk meninggalkan pekerjaannya.

Ini bukan perihal bodoh tak bodoh bagi seseorang yang tidak bisa memanfaatkan peluang. Im Hyunsik hanya begitu menyukai ketulusan melimpah yang dihantarkannya tiap kali memegang sepucuk surat. Kau bisa membayangkan aroma ketulusan yang hadir sejak penulis surat mulai memegang pena dan menumpahkan semua isi hatinya dalam selembar atau dua lembar kertas kosong, melipatnya begitu rapi, memasukkannya dalam sebuah amplop dengan perangko yang gambarnya sudah kau pilihkan: memilih yang terbaik yang pas.

Mengantar sepucuk surat adalah tentang menyampaikan perasaan yang tertahan. Dalam tiap langkah yang ia ambil, laki-laki itu percaya bahwa ada doa-doa yang terpanjat: yang selalu mengiringi, juga harapan yang menggebu. Ada rasa bahagia tersendiri ketika surat itu telah sampai pada tujuannya. Ini semacam klimaks dengan ending bahagia.

"Ia menungguku di sini beberapa tahun lalu... Eun Gi~ah, jigeum eodisseo? Noreul geuriwohada.." gumamnya panjang sambil mengamati halaman depan kantor pos Gwangjin-gu yang sepi.

~

"Ya! Im Hyunsik!????" Hyunsik menarik lengan kekasihnya sembari berlari kecil menjauhi area kampus.

"Jika aku tidak menarikmu keluar dari kelas, kau akan terus-terusan berkutat dengan PC itu dan mengabaikanku. Euhhh!!! Memangnya apa sih yang kau tulis sampai terlihat begitu serius? Istirahatkanlah matamu, Eun Gi~ah!" omelnya. Ia terus menarik tangan Yoo Eun Gi sementara gadis itu sama sekali tidak tahu kemana tujuan mereka.

[2018] また会えるから- MATA AERUKARA ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang