また会えるから Part 10

153 24 27
                                    


Jung Ilhoon masuk ke dalam flat miliknya: flat yang hanya ditempati selama dua atau tiga hari dalam satu bulan karena kesibukannya di lapas. Hari ini ia mengirim surat pada Im Hyunsik sebelum benar-benar pulang untuk membersihkan debu-debu di atas meja atau di sudut jendela flatnya. Tanpa disadari, laki-laki itu telah menulis sebuah kebohongan. Satu. Satu kebohongan yang begitu tak ingin ia lakukan.

Sersan Jung? Aku sudah mendapat kabar dari rekanku. Ia baru menemukan satu data, yang lain masih dicari, agak sulit,” ujar Petugas Sung siang itu.

“Jinjja? Wah akhirnya aku mendapat kabar juga. Bagaimana?” Pemuda itu terlihat antusias. Setidaknya meski belum semua ia temukan, ada perasaan lega di sana: lega karena sudah menemukan seseorang yang begitu disayangi oleh sahabatnya.

“Yeogi isseo. Yoo Eun Gi, lahir di Gwangjin-gu tanggal 13 Desember 1968. Pindah domisili pada tanggal 24 Desember 1985 ke Seoul bersama keluarganya dan menetap sampai sekarang.

Ketakutan terbesar Ilhoon kini sungguh terealisasi: persis seperti dugaannya, sama sekali tidak meleset. Mereka Yoo Eun Gi yang sama. Gadis yang dicintai sahabatnya adalah gadis yang di jari manisnya tersemat cincin milik Jung Ilhoon; yang datang ke panti asuhan dan dijodohkan dengan laki-laki itu; yang ia panggil ‘aegi’; yang beberapa hari lalu mengajaknya bertemu tiba-tiba; dan… yang membuatnya betul-betul jatuh cinta.

Awalnya, ketika Im Hyunsik menyebutkan nama itu, Ilhoon hanya berpikir simpel: bahwa nama itu tidak hanya dimiliki oleh satu orang, bahkan beberapa orang sekaligus memiliki nama yang sama. Namun setelah Hyunsik mengatakan soal kepindahan, ia tampak ragu. Hati kecilnya menolak percaya dan benaknya menolak memikirkan kemungkinan itu. Tapi apa? Kemungkinan yang beribu kali ia coba tolak, nyatanya sekarang justru benar-benar terjadi. Dan… inikah kebetulan yang dimaksud oleh Tuhan? Kebetulan yang sama sekali tidak terasa manis.

“Hyunsik~hyung… mianhae. Aku terpaksa menulis kebohongan ini. Sedikit. Aku hanya ingin sedikit lebih lama mencintai Eun Gi~noona. Aku terlanjur jatuh cinta padanya. Jadi, tolong maafkan aku. Maafkan keegoisanku, Hyung…”

Ilhoon mengembuskan napas kasar sebelum menekan password flatnya. Ada perasaan menyesal dan kesal yang terselip dalam hatinya secara bersamaan. Ia bingung, tak mengerti bagaimana menghadapi hal ini. Pemuda itu ingin menyerah namun tidak bisa melakukannya. Di sisi lain, ia ingin membiarkan Im Hyunsik menemukan serpihan-serpihan kebahagiaannya yang sudah hilang, namun dirinya sendiri hanya punya Yoo Eun Gi untuk dicintai setelah Eomoni meninggal dan adik-adiknya di panti asuhan mendapat orangtua angkat.

Flat itu rapi…seperti baru saja dibersihkan…

Ilhoon menyentuh beberapa barang: tidak ada debu di sana. Ada seseorang yang membersihkan semua itu. Sekali lagi, ia mengingat-ingat barangkali dirinya membagi password flatnya dengan orang lain seperti…

“Ilhoon~ah? Wasseo?” Jung Ilhoon berjingkat. Ia betul-betul terkejut mendengar suara itu. Mendadak keringat dingin menyerbu pelipisnya. Suara yang menyapa itu seolah seperti alat kejut jantung. Lalu pikirannya melayang pada beberapa film horor yang akhir-akhir ini ditonton oleh Petugas Sung ketika ia sedang bebas piket.

“Oh, ah.. noona!! Kau mengejutkanku!” Wajah Jung Ilhoon tidak setegang sebelumnya ketika sepasang mata itu mendapati sosok Yoo Eun Gi yang keluar dari kamar mandi.

“Kenapa terkejut? Bukankah waktu itu aku bilang akan datang tanggal 26? Kau ini…aku bahkan mengirim pesan suara ke nomor pager-mu. Belum kau dengarkan, ya?”

Jinjja? Ahhh, mianhae.. yo..” Pemuda itu tersenyum simpul: ia malu. Ilhoon menyadari bahwa dirinya tengah kacau karena kabar itu, namun yang membuatnya jauh lebih terkejut bukanlah tentang panggilan dari Eun Gi atau dirinya yang sudah melupakan tanggal hari ini: keterkejutannya itu adalah soal kekalahan.

Eun Gi mengaku bahwa dirinyalah yang merapikan flat Jung Ilhoon. Itu sudah lama sejak terakhir kali Yoo Eun Gi masuk ke dalam flatnya: sebelum ia berkirim surat pada Im Hyunsik. Dan surat-surat itu ada di sana, di dalam flat. Mengetahui bahwa kekasih sahabatnya dulu adalah tunangannya yang sekarang, dan si gadis baru saja membersihkan flat dengan belasan surat di atas meja, bukankah itu sebuah kekalahan yang bahkan tak pernah diperjuangkan sebelumnya?

Ilhoon ingin berpura-pura bodoh, berpura-pura tidak tahu dan hanya terus mencintai Eun Gi sebanyak yang ia bisa dengan segala keegoisan yang dimilikinya. Ia hanya mencoba bertahan selama mungkin, sebelum Eun Gi yang lebih dulu bertanya soal surat-surat itu: sebelum Eun Gi meninggalkannya sendirian dirundung cinta yang bertepuk sebelah tangan.

“Ilhoon~ah, ngomong-ngomong…”

Ya, Aegi~ya, kau tidak berniat membuatkan minum untuk tunanganmu yang baru pulang ini?” Pemuda itu menyela kalimat Yoo Eun Gi. Ia sungguh takut.

Heol. Dasar bocah! Kau.. tadi memanggilku dengan panggilan ‘noona’. Kupikir kau sudah bertobat, tapi nyatanya sekarang kau mengulangi panggilan ituuuuu!!!! Kemari kau, Jung Ilhoon!!!!” Sigap, Ilhoon berlari menjauh. Sebentar lagi gadis itu akan mendapatkannya, dan jika itu terjadi, maka dirinya harus bersiap: makan tiga porsi pedas tteobokki tanpa minum.

“Ahahaha, berhenti mengejarku! Aku lelahhh…” serunya.

“Kau laki-laki, kenapa mudah menyerah, eoh???”

“Aku akan menyerahkan diri padamu, juga memanggilmu ‘noona’ hahaha, asalkan…” Ilhoon diam di tempatnya, membuat Eun Gi spontan berhenti mengejar dan mendengar apa yang akan dikatakan tunangannya itu.

“Asalkan (?)”

“Asalkan kau menjawab dengan jujur pertanyaanku ini.”

Araseo. Siapa takut? Demi mendapatkan kembali panggilan untukku yang seharusnya, juga membuatmu makan tiga porsi tteobokki pedas, aku akan menjawabnya dengan sangat jujur, Ilhoon-ssi. Kau senang?”

“Benar yaaa… kau sudah berjanji padaku.”

“Iyaaa, aku tidak akan berbohong padamu. Tanyakan apa yang ingin kau tanyakan, hm?”

“Aegi~ya, apakah kau mencintaiku?”

Secepat kilat sepasang mata milik Yoo Eun Gi menatap tegas pada Jung Ilhoon. Ia menelisik raut wajah kekasihnya itu, mencoba menemukan sesuatu yang sebetulnya ingin benar-benar dikatakan selain pertanyaan klise yang didapatnya. Namun dirinya hanya menemukan setitik ketulusan di sana: Ilhoon hanya benar-benar menanyakan itu.

“Kenapa kau menanyakan sesuatu yang jawabannya sudah kau ketahui?” Gadis itu mendekat ke arah Jung Ilhoon, lebih dekat, makin dekat, hingga didapatkannya wajah laki-laki itu sangat dekat. “Saranghae, Ilhoon~ah..naneun simgag hage geugeos-eul malhal. Aku serius mengatakan itu.”

“Jika ada kesempatan untuk berpaling, akankah kau pergi meninggalkanku?” Ilhoon berbisik di telinga Yoo Eun Gi.

“Ingatlah perkataanku, Ilhoon~ah. Sekalipun aku tidak pernah berpikir  akan beranjak dari sisimu. Aku akan tetap berada di sini. Jadi, kau… lakukanlah hal yang sama. jangan pergi meninggalkanku. Kau mengerti?” Eun Gi merasakan pinggangnya direngkuh dengan hangat. Napas Ilhoon sampai ke permukaan kulit wajahnya, menyeka dengan perlahan hingga pipinya terasa panas.

“Aku mengerti, Noona. Kau mendapatkanku. Sekarang bawalah aku pergi, ke manapun, asal bersamamu.” Jung Ilhoon mendapatkan sedetik kecupannya di bibir merah Yoo Eun Gi. Ya, setidaknya kini aku tak perlu bimbang dan khawatir, pikirnya.

Hyunsik~Hyung, aku akan segera menemukan keberadaan eomma dan Ji-Eun. Tolong bersabarlah sedikit lagi, juga maaf atas kelancangan dan kebohonganku yang egois. Aku mengakuinya, bahwa diriku sudah menghianatimu. Jadi biarkan semua penghianatan ini menjadi lukaku saja. Jika suatu hari kau bertemu dengan penghianat ini, kau boleh memukulku sampai mati, Hyung…mianhae-yo…

Paragraf pengakuan itu… tidak akan pernah terkirim pada Im Hyunsik.


--- mataaerukara ---











Note:
Ilhoon~ah :") author bingung mau membantu perjuangan Im Hyunsik atau Jung Ilhoon... Dua-duanya punya alasan untuk bisa bahagia... Tapi masing-masing alasan yang mereka punya akan membuat satu sama lain tersakiti.. jadi gimana dong? Apa Ilhoon disimpan buat author aja? 😂😂😂

[2018] また会えるから- MATA AERUKARA ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang