また会えるから Part 12

156 24 26
                                    


Di ruang persegi bercahaya temaram itu Jung Ilhoon membaca surat sahabatnya yang baru diantar oleh Jeong-man sepagi tadi. Ia menyelesaikannya beberapa menit lalu, namun matanya masih terpaku pada selembar kertas bertulisan indah itu: tulisan tangan Im Hyunsik. Tangannya masih memegang kertas seolah tidak ada hal lain yang bisa ia lakukan.

“Sersan Jung? Kenapa melamun? Kau sakit?” Petugas Sung menyapa setelah sesaat sebelumnya membuka knop pintu kantor. Beberapa sipir lain sedang berjaga. Jumat, ruangan ini seolah hanya memiliki dua penghuni.

Jebal, Petugas Sung. Melamun dan sakit, dua hal itu tidak ada hubungannya. Aku baik-baik saja, sedang membaca, dan merenungi sesuatu. Lagipula, kenapa kau selalu menanyaiku tentang penyakit? Ahahaha sungguh aku ini orang yang sehat. Ya ampun, aku kehabisan kata-kata untuk ini…” Laki-laki itu terkekeh. Seseorang yang ditegurnya tersenyum malu: tahu bahwa semua kalimat yang Ilhoon lontarkan itu adalah…

Ani, kau sungguh serius. Diam seperti itu membuatku khawatir. Lihat itu, wajahmu bahkan murung, iya kan?” Godanya.

Ya, ya, ya! Sejak aku menjadi sipir, wajahku sudah seperti ini, eoh. Apa-apaan sih…” Ia menyambung tawanya.

Ye, ye… tapi paling tidak tanggapilah guyonan receh ini dengan sedikit makian ketus. Ah, ayolah. Akhir-akhir ini kupikir kau menjadi sedikit melankolis. Me-lan-ko-lis.” Petugas Sung menyenggol pundak Jung Ilhoon, membuatnya sekali lagi meledakkan tawa: ia mendadak menjadi orang yang agak berbeda.

Sesaat, ruang petak itu kembali sunyi. Kedua sipir ini tenggelam dalam pekerjaannya masing-masing, ah, mungkin akan lebih tepat jika itu disebut sebagai…. Entah, sudahlah. Pada akhirnya mereka sama-sama diam memikirkan hal-hal yang ada di kepala tanpa ingin membicarakannya satu sama lain.

Hyung…” Petugas Sung menoleh. Baru saja Jung Ilhoon memanggilnya dengan sebutan ‘hyung’: yang seharusnya tidak ia lakukan ketika mereka masih dinas.

“Ng? Umm.. “

“Boleh kan aku memanggilmu begitu? Di sini sedang sepi. Kupikir aku ingin menyamankan diriku. Jadi…”

Gwaenchana. Asal aku bisa memanggilmu hanya dengan nama. Bagaimana? Tapi ini agak… kau atasanku, Sersan Jung.” Petugas Sung menghentikan semua pekerjaannya dan hanya berfokus pada pembicaraannya dengan Jung Ilhoon.

“Tidak apa-apa. Bukankah saat itu kau juga spontan meneriakkan namaku? Saat itu…”

“Ah, itu. Maafkan aku. Aku sungguh panik hahahaha. Wae geurae, Ilhoon~ah? Apa kau sedang gugup karena pernikahanmu tinggal dua hari lagi? Aihh, beruntungnya kau, bocah.” Sung Hee Chan mendekatkan kursinya ke meja Ilhoon, meletakkan kedua tangannya yang terlipat di atas meja, lalu berusaha tersenyum menggoda hoobae-nya itu.

“Oey, berhentilah melakukan itu.”

“Melakukan apa?”

“Berhenti menggodaku. Aku malu. Sialan kau, Hyung!” Pipinya memerah. Sejenak laki-laki itu melupakan hal yang akan ia katakan pada Hee Chan dan justru terkekeh.

Araseo araseo. Apa yang ingin kau katakan?”

Hyung, mengapa cinta segitiga itu selalu menyakitkan? Apakah ada sebuah cara untuk masing-masing bisa bahagia?” tanyanya. Ilhoon sudah melipat surat Im Hyunsik dan memasukkannya ke dalam saku tas paling dalam.

“Cinta segitiga selalu terlihat menyakitkan karena setiap perasaan manusia itu istimewa. Teorinya, sepasang adalah dua, bukan tiga. Itulah mengapa hal ini pasti akan menyakitkan bagi yang dua ataupun satu yang lainnya. Kenapa menanyakan itu? Kau baru saja membaca buku atau menonton film? Ah, kau pasti membaca. TV di sini bahkan hanya 10 inchi, gambarnya abu-abu, dan bersemut. Kita harus membeli accu lagi besok, eoh?”

[2018] また会えるから- MATA AERUKARA ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang