Bagian II: (Sabtu, 04 Desember 2027 (17:30 WIB)) Rin "Senja, Lail, Nisa"

81 6 0
                                    

      Akhirnya, terlelap sudah Senja kecilku. Dia pasti akan menjadi perempuan yang cantik sekali bila dewasa. Haruno Azzahra Senja, namanya. Wajahnya sangat mirip dengan ayahnya. Suamiku yang memberinya nama. Katanya, artinya bunga-bunga musim semi di sore hari. Percampuran bahasa Jepang, Arab, dan namaku. Terserah saja, dia lebih mengerti Bahasa Jepang daripadaku.

      Saat proses persalinanku, tentu orang-orang terdekatku berdebar-debar. Tentunya Aku juga. Bahkan, lebih berdebar-debar dari mereka. Aku menggenggam erat tangan suamiku. Sementara, sahabat-sahabatku berada di ruang tunggu sambil memanjatkan doa.

      Beberapa jam kemudian, lahirlah puteri kecil yang imut ini. Anak yang lahir perempuan. Kalau saja dia laki-laki, sudah kuberi nama Sultan Syakir Hibatullah seperti yang kujanjikan pada sahabat-sahabatku sewaktu SMA.

     Ah, iya, sahabat-sahabatku.

                               ***
     Selama seminggu masuk sekolah, Gue masih belum menemukan teman baru. Kecuali mungkin Qadar. Itu juga Gue cuma chat-an sama dia. Sehari-hari Gue ngobrol sama Eta. Gue ngobrolin apa aja. Cuma, Gue belum pernah ngasih tau kalo Gue sering chat-an sama Qadar.

      Hari Rabu ini, ekskul KIR ngadain pertemuan perdana buat para calon anggotanya, termasuk Gue di sana. Seperti biasa, kegiatan pertama untuk semua perkumpulan diawali dengan berkenalan. Semua berkumpul di bawah pohon sengon yang berdiri tegak di sekolah kami.

      Ternyata banyak temen SMP Gue yang masuk KIR. Gue, sih, udah tau namanya. Tapi, mereka gak pernah liat Gue di sekolah dulu. Secara, Gue, kan, asos. Nah, buat saat ini Gue berharap ke depannya Gue bakal lebih deket sama mereka.

      "Nama saya Sanjaya Senja, kelas X-IPA-4. Bisa dipanggil Senja."

       Gue tersentak begitu nama "Senja" disebutkan. Senja itu bukan nama belakang atau marga, kok. Cuma nama biasa saja.

      "Haiii, nama saya Annisa Putri Teguh. Saya kelas X-IPA-3. Biasa dipanggil Nisa."

      "Haiii... ," semua langsung menjawab sapaan Nisa secara serempak.

      "Assalammu'alaykuum warahmatullahi wabarakaatuh,"

      "Wa'alaykumussalaam warahmatullahi wabarakatuuh," semua yang beragama Islam di ruangan saat itu langsung menjawab salam yang berbeda ini. Salam keselamatan. Senja tampak menjawabnya dengan wajah berseri.

      "Halo, nama aku Laila, kelas X-IPA-4. Aku biasa dipanggil Lail."

      Oooh, ternyata karena dia satu kelas dengan Senja.

      Giliran Gue memperkenalkan diri.

      "Hai, nama aku Rindu Senja, kelas X-IPA-2. Biasa dipanggil Rin," dalam hati Gue bilang "Ih, sok imut banget sih, Rin ini. Kenapa pake 'aku' coba?"

      "Haaaiii, Riiin," semua langsung melakukan hal serupa seperti yang dilakukan setelah yang lain memperkenalkan diri sebelumnya.

      "Ih, namanya sama-sama ada 'Senja'-nya. Jangan-jangan kalian jodoh," salah satu kakak kelas nyeletuk. Ah, sudahlah. Senja itu, kan, emang nama pasaran.

      Besoknya, KIR ngadain pertemuan lagi. Kali ini udah mulai diklat games. Terlihat beberapa orang yang kemarin memperkenalkan diri tidak hadir hari ini.

      Hari Jumat, giliran calon pengurus Rohis yang mengadakan pertemuan perdana. Beberapa wajah yang Gue temui di KIR muncul juga kali ini. Oliv teman SMP Gue, Nisa, dan juga Lail.

      Kami duduk membentuk lingkaran. Ada kakak kelas yang memimpin. But, wait, itu kakaknya Qadar. Wow, ternyata kakaknya itu ketua pengurus keputrian Rohis di SMA ini. Kak Ika namanya.

KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang