prolog

228 7 0
                                    

Tiitt.. tiittt.. tiitt.. bunyi alarm handphoneku membisiki telingaku. Aku tidak pernah bangun kesiangan. Tp entah kenapa aku tak pernah menonaktifkan alarm pada handphone ku. Setiap alarm berbunyi. Aku sudah mandi. Bahkan sudah berpakaian rapi.. aku Deriyan Aji Sasongko. aku hidup sendiri. Mengurusi tempat tinggalku sendiri. Ibuku telah meninggal dunia. Waktu aku kecil. Aku hanya ingat bahwa dia pernah menggendongku.

Ayahku Bambang aji sasongko. Aku tidak tau banyak tentang ayahku. Namaku sama dengan namanya. Tapi tidak ada yang tau nama panjangku yang sama dengan nama ayahku.

Aku memilih tinggal sendiri. Daripada di rumah ayah. Yang mungkin tak pernah memperdulikanku.

Ayahku di rumahnya yang dia bangun dengan jerih payahnya sebelum dia menikah. Dan aku hidup di sebuah rumah kecil yang hanya ada 4 ruangan. terdiri dari kamar mandi, Dapur, Kamar tidur, Dan ruang tamu. Hanya ada satu set sofa sederha di ruang tamu. Hanya ada kasur sederhana yang menjadi alas tidurku. Namun ada tv dan komputer di kamarku. Kamarku terbagi menjadi 2. Sebagian untuk tidur. Dan sebagian untuk belajar dan untuk menyimpan barang barang yang aku sukai. Lukisan, buku, hiasan, dan berbagai benda benda koleksi yang aku miliki.

Hidupku sederhana. Seperti matahari yang menampakan dirinya di timur, dan tenggelam di ufuk barat. Begitulah setiap hari. Tak berubah sampai kehidupan benar benar berakhir.

Aku tak tau seperti apa ayahku. Bagaimana pekerjaannya. Yang aku tau. Dia pulang malam. Dan berangkat pagi. Seperti matahari. Jadi hidup tanpa ayah ataupun hidup bersama ayah. Itu tidak akan ada bedanya.

Dari kecil, aku tak pernah tau apa pekerjaan ayahku. Jika aku ditanya orang orang, guru, atau teman sekolahku. Aku hanya menjawab. Ayahku kerja di kantor. Pernah saat kelas 3 SD tugas menggambar dari guru seni budaya untuk menggambarkan tentang keluarganya. Aku menggambarkan ayahku hanya memakai jas, bersepatu, berdasi, kemeja putih, membawa tas dan di depan sebuah mobil hitam. Tak pernah aku tuliskan tentang pekerjaan ayahku. Yang aku tuliskan hanya "ayahku pergi ke kantor". Tapi, tidaklah penting bagiku sekarang. Yang terpenting adalah transferan uang dariayahku. Untukku tetap hidup. Selagi aku masih belum bekerja. Hingga saatnya nanti aku bekerja. Dan mampu membiayai hidupku sendiri.

Aku tak pernah sarapan. Karena aku hidup sendiri. Tak sempat aku membuat sarapan. Lebih tepatnya malas. Terkadang ada seseorang yang membawakan sarapan. Namun, beberapa saat lagi dia akan pergi. Lalu siapa yang mengantar sarapan untukku.?

Aduanku Terhadap AnginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang