Dia Datang, Dia Ayahku

131 7 0
                                    

Tok tok tok..

"Siapa yang datang pagi pagi begini?"

Nadaku lirih. Rasanya sangat malas keluar jika aku terlanjur telah duduk di kursi ini sambil membaca novel atau buku lainnya. Tapi entah intruksi dari siapa. Akupun berdiri berjalan membukakan pintu. Karena pintu utama selalu ku kunci.

"Ayah" kataku setelah mengetahui sosok di balik pintu pagi ini.

"Apa uang pemberian ayah sudah habis? Apa kau kekurangan sesuatu? Apa barang disini ada yang perlu diganti.?" Tanya ayah setelah dia masuk tanpa ku persilahkan. Karena dia ayahku. Dia berhak masuk ke kerumahku tanpa ijin.

"Tidak adakah pertanyaan lain yang ingin ayah katakan.?" Tanyaku tanpa menghiraukan pertanyaan ayah tadi.

"Seperti?" Jawab ayah mengerutkan dahinya.

"Kesehatan? Hari yang menyenangkan? Tidur nyenyak?" Sambil duduk di depan ayah di ruang tamu.

"Ah.. tidak ada minuman disini? Kenapa kau tak menjamu ayahmu?" Ayah mengalihkan pembicaraan sambil berjalan menuju kulkas di sudut dapur.

Ayahku selalu begitu. Apa bagi dia pertanyaan itu sangat sulit.?

"Tak ada ayah. Uang darimu tak cukup untuk membeli minuman untuk mengisi kulkas" jawabku dengan nada kesal.

"Wah..  tamu yang datang ke sini pasti kehausan. Ayah akan tambah lagi transferan untukmu". Ayah selalu begitu.

Apa hanya uang yang mampu dia berikan?.

"Ayah bawakan sayur. Telur dan daging di mobil. Ayah tak tau kalo disini tidak ana minuman. Jadi ayah tak membelinya".

Akupun mengambil bungkusan plastik di mobil ayah. Dan membawanya ke dapur. Dan menatanya disana.

"Ayah akan pergi ke luar kota. Ada proyek disana. Mungkin akan sampai 3 bulan" jelas ayah mengajak lagi berbicara.

"Oh" jawabku cuek. Seakan tidak perduli dengan ucapan ayah.

"Kemungkinan tidak dapat mengunjungimu setiap bulan. Selama tiga bulan ini".

"Memangnya ayah selalu kesini setiap bulan.? Toh baru 4 kali sejak aku disini sembilan bulan yang lalu" jawabku masih tah acuh.

Beberapa saat hening.
Aku mulai berbicara.

"Memangna proyek ada proyek dimana.?" Tanyaku di dalam keheningan.

"Tasikmalaya" jawabnya singkat. Apa baru kali ini dia sedih? Dulu saat ayah hendak pergi aku selalu memeluknya dan meminta oleh oleh.

"Kapan berangkat?" Tanyaku.

"Sore ini".

"Oh".

"Ayah harus ke kantor sekarang. Harus bersiap siap. Jangan lupa telfon ayah ya".

"Bukankah seharusnya ayahbyang menelfonku. Bagaimana jika ayah sedang sibuk?"

"Telfonlah ketika malam. Atau pagi hari".

"Oke lah".

"Ayah yang telfon juga tidak apa apa".

Hanya selang beberapa detik hening. Kemudian ayah mukai bergerak dari dapur.

"Ayah berangkat sekarang" ucapnya sambil bergegas berjalam menuju mobilnya.

"Ayah Hati hati!!!" teriakku karna hanya beberapa saat ayah sudah di luar.

Aduanku Terhadap AnginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang