Motor Baru

74 2 0
                                    

Tiga bulan setelah ayahnya pergi

Tok.. tok.. tok..

"Deriyan.? Kamu di rumah?"

Deriyan membukakan pintu untuk ayahnya.
Setelah pintu terbuka ayahnya langsung menyodorkan kunci motor.

"Apa ini Yah?" Tanya Deriyan yang tidak mengerti.

"Motor baru untukmu".

Sambil ayahnya memperlihatkan motor berwarna biru yang terparkir di depan rumahnya.

"Yamaha R25. Dengan mesin 250 cc. Model sport. Semoga kamu suka" jelasnya setelah mereka berdua mendekat.

Deri hanya diam. Dia tidak menunjukan ekspresi apapun. Bukan suka bukan juga tidak suka. Seakan biasa saja dengan pemberian ayahnya.

"Kau pakai waktu sekolah. Dulu kau tolak mobil pemberian ayah. Sekarang selagi ayah masih mampu memberikan barang yang bagus. Pasti akan ayah berikan. Seorang ayah akan sangat bahagia jika anaknya bahagia. Karna bagi seorang ayah. Kebahagiaan anaknya yang lebih utama".

Deri tidak tau apakah yang diucapkan ayahnya benar dari hatinya. Atau hanya meniru kata kata yang pernah di bacanya dari buku atau majalah.

"Ayah. Deri tidak ingin apapun dari ayah!!. Deri hanya ingin tau. Apa pelerjaan ayah. Tidakkah ayah tau. Kenapa seorang anak tidak tau seperti ayahnya. Apa pekerjaan ayahnya. Haruskah dirahasiakan?. Tidakah ayah tau. Ketika ditanya oleh guru di kelas apa pekerjaan ayahnya dan tidak tau apa pekerjaan ayahnya. Hanya tau kalau ayahnya memakai dasi ke kantor berangkat pagi dan pulang larut. Tidakkah ayah memiliki waktu bersama. Di saat Deri kecil dulu. Deri hanya dapat membayangkan ayah seorang yang sukses. Tidak mengetahui bagaimana pekerjaan ayahnya. Deri hanya ingin tau satu hal. Bukan uang yang selalu ayah berikan. Hadiah yang diberikan setelah pergi ke luar kota. Deri hanya ingin mengerti tentang ayah!!" kata deri di depan ayahnya.

"Maafkan ayah" kata ayahnya menundukan kepala.

"Tak usah minta maaf yah. Beri tau Deri bagaimana ayah itu"

"Suatu saat kamu akan mengetahui".

"Sampai kapan.?!!

"Maafkan ayah" ucapnya lagi.

Ayahnya hanya minta maaf. Sampai berkali kali.

Kemudian Deri masuk ke kamarnya. Deri tidak menangis. Malah ayahnya yang menangis. Deri tidak pernah menangis. Karna sebelum ibunya meninggal. Ibunya mengjarkan agar Deri tidak mudah menangis. Sepahit apapun hidup ini. Sesakit apapun luka yang di tanggung Deri. Deri tidak boleh menangis lagi. Terakhir Deri menangis yaitu saat kematian ibunya. Pun ibunya telah berkata agar Deri tidak menangis lagi.

Ayahnya keluar dari rumah. Pergi pulang. Menggunakan mobil yang di bawa asistant nya. Yang mengikuti ayah Deri yang mengendarai motor waktu ke rumah Deri.

Di kamar sambil mengingat ingat apa yang telah di katakan pada ayahnya. Deri merasa bersalah karena telah berkata keras pada ayahnya. Dan teringat lagi pada ibunya. Sebelum kematian ibunya. Ibunya telah berkata. Bahwa Deri tidak boleh berkata  keras kepada ayah. Sekakan ibunya tau. Akan ada satu hari dimana Deri akan bertengkar dengan ayahnya. Hanya karena satu hal. Deri merasa tidak bisa menepati janinya kepada almarhum ibunya. Yang tidak boleh berkata keras kepada ayahnya. Semarah apapun kepada ayahnya.

Namun hari ini. Deri telah berlata kasar kepada ayahnya. Dan Deri sangat menyesal. Jika saja dapat memutar waktu. Pasti akan di ulang saat dimana dia akan berkata keras kepada ayahnya.

Deri menyesali perbuatannya. Deri benar benar ingin mengulang lagi kejadian tadi.

Tuhan...
Aku pasti bukanlah orang yang baik..
Ayah..
Satu satunya keluarga yang aku punya sekarang...
Orang tuaku satu satunya yang masih dapat ku lihat..
Aku tak berbakti kepadanya..

Tuhan..
Jika boleh aku menyesal..
Maka aku sangat teramat menyesal..
Jika di hari lalu segala kejadian itu takdir..
Maka kejadian hari ini bukanlah takdir..
Ini kesalahanku..

Tuhan..
Apa yang harus ku perbuat..?
Berikan aku petunjukmu tuhan..
Titipkan kepada angin yang setiap hari berhembus menyapu pori pori kulitku..
Aku pasti akan melakukannya..

Tuhan...
Aku benar benar sangat menyesal..

Aduanku Terhadap AnginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang