Ku Katakan Melalui Surat

92 3 0
                                    

Pukul 13:00 wib
Hari Dean berangkat ke jakarta

"Kamu sudah siap?" Tanyaku setelah di rumahnya. Pintunya tidak di tutup. Untuk mempermudah mengeluarkan barang barang bawaanya.

"Iya sudah. Kau ikut ke terminal kan?" Tanya Dean.

"Ya pasti".

"Ok setengah jam lagi berangkat. Bus berangkat jam setengah 3. Kita berangkat lebih awal agar tidak terburu buru." Jelasnya.

"Ok" jawabku menyetujui.

Ada 5 koper yang di bawa keluarganya. Aku membantunya membawa. Di depan telah ada mobil untuk mengantarnya ke terminal.

Pukul 1:30 wib
"Ra Ayo berangkat!!" Kata ayah Dean dari luar yang sudah di dalam mobil.

Ayahnya bernama Wahyu dan ibunya Rina. Orang tuanya memanggilnya Indira.
Kami bergegas berangkat. Dean naik mobil dengan keluarganya. Dan aku naik motor sendiri. Aku mengikuti di belakang.

Setelah 30 di perjalanan akhirnya sampai di terminal. Aku membantu menurunkan koper dan tas bawaan dan memasukkan di bagasi bus. Tapi 2 tas tidak di letakan di bagasi bus.

Setelah waktu menunjuka pukul 14:30 bus akan berangkat. Aku memberikan sebuah amplop berisi surat yang telah ku tuliskan tadi malam. Surat itu berisi tentang pesanku untuknya.

"Jangan lupa baca ya De. Tapi kamu boleh membaca jika aku sudah tidak di depanmu. Ok?. Aku akan sangat merindukanmu" ucapku padanya.

"Aku juga pasti akan merindukanmu" balasnya.

Setelah bus akan berjalan. Aku hendak turun dari bus. Namun sebelum itu. Sekali lagi dia berkata.

"Aku akan selalu merindukanmu. Jangan pergi. Jaga hatimu untukku" katanya sambil menatapku.

Tatapannya sangat berharap. Dan penuh keyakinan. Akupun yakin. Bahwa aku akan bisa menjaga hatiku untuknya. Seperti dia menjaga hatinya untuklu.

Aku turun dari bus. Bus berangkat. Dia melambaikan tangannya. Tanda sebuah perpisahan.

Aku kembali ke rumahku. Kembali ke tempat tinggalku. Sendiri. Tanpa seorangpun yang menemani. Benar benar merasa sendiri. Ah.. bukan. Ini benar benar sendiri. Tidak merasa lagi. Hanya dia satu satunya dan telah pergi.
Sudahlah. Aku harus bisa menjalani hidup. Bahkan jika tidak ada dia sekalipun.

Kemarin, Ayah yang pergi. Untuk wakty tiga bulan. Kemudian hari ini. Dean pun pergi. Mereka berdua pergi.. untuk waktu yang cukup lama.

Walau hanya setiap minggu bertemu dengan ayah. Namun ketika dia pergi, tetap saja aku merasa kesepian..

Dean juga pergi. Dan akan kembali satu tahun. Selama satu tahun ke depan. Tidak akan berjumpa dengannya.

Tuhan,, inikah nasibku. Harus ditinggal orang orang terdekatku. Tidak ada lagi orang yang menjengukku.

Ibu,, jika saja kau masih hidup.. pasti aku tidak akan sendirian.

Saat semuanya pergi. Hanya Diary dan angin yang setia menemaniku.

Aduanku Terhadap AnginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang