Hari Pertama Sekolah

72 3 0
                                    

Pagi pukul 06:00
"Aku sudah bersiap siap. Mengenakan baju putih. Celana hitam. Berdasi. Semuanya sudah siap. Tapi.. hoaammzzz.. Aku merasa sangat ngantuk. Tidur jam berapa tadi malam" ucapnya sendiri. Berbicara sendiri.

Deri duduk di kursi belajarnya. Membuka buku diary. Mungkin karna namanya yang hampir mirip dengan diary. Dia suka menulis. Dari mulai menuliskan di lembar kosong menggunakan penanya.

Hari pertamaku. Di sekolah baru.

Menjalani hidup ini. Sendiri.
Hari ini apapun berjalan sendiri..
Tak ada seorang yang menemaniku lagi.
Berangkat sendiri. Di sanapun sendiri.

Tidak ada yang datang kepadaku saat pagi.
Tapi...
Mulai hari ini...
Semua catatan harus berubah..

"Hari ini mungkin OSPEK. ya mungkin juga seminggu kedepan tak usah berangkat" ucapnya dalam hati. Sabil men starter motornya. Dan melaju ke sekolahnya.

Ini hanya sekolah biasa. Sebuah SMA yang tidak terlalu terkenal. SMA Tunas Bangsa. Namun lumayan diminati para siswa. Dengan fasilitas yang cukup. Yang aku ketahui dari internet. Sekolah itu sekolah yang memiliki banyak buku di perpustakaan. Ada taman. Kantin yang cukup luas. Dan tempat yang lumayan bersih.

Deri tidak tau apa yang ada di sana. Karna asistant ayahnya lah yang mengirus pendaftaran disana.

Perjalanan untuk sampai di sekolah hanya berkisar 30 sampai 45 menit. Jika di tempuh dengan angkutan. Namun bagi rafa. Hanya butuh waktu 25 menit.

Setelah sampai. Deri memarkirkan motornya di tempat parkir siswa. Setelahnya berkumpul di lapangan upacara. Untuk mengikuti instruktur selanjutnya.

Deri hanya mengikuti tanpa semangat. Satu jam sebelum jam pulang. Digunakan untuk pengumuman perlengkapam yang harus di bawa.

"Untuk hari ke dua ospek. Kalian harus membawa. Satu telur masin. Kemudian pisang susu dua. Membawa balon satu. Membuat topi kerucut. Membuat kalung. Untuk kalung menggunakan benang. Kemudian dalam kalung itu terdiri dari cabai merah 5. Bawang putih 4. Bawang merah 2" jelas kakak pembina ospek.

Deri tidak menulis perlengkapan itu. Baginya tidak penting. Toh besok tidak akan berangkat.

Kemudian di sambung oleh kakak pembina perempuan.

"Kedian. Kalian tidak diperbolehkan mengendarai sepeda motor ke sekolah waktu ospek. Harus sampai di sekolah jam 6:30. Jika ada yang terlambat. Maka akan kami beri sangsi. Hukuman dari kakak pembina. Satu kakak pembina satu hukuman. Jadi kalau kalian terlambat. Kalian akan di hukum oleh semua kakak pembina. Apa kalian paham!!" Ia membentak.

"Paham"

"paham"

"paham" jawab tidak kompak dari peserta ospek.

"Jawab yang kompak" bentak seorang pembina di belakang kami.

"Paham" jawab kami baru bisa kompak.

"Sebelum pulang mari kita berdoa bersama. Berdoa dalam hati. Berdoa mulai."

"Berdoa selesai" sambungnya.

"Sambil pulang kita bernyanyi.. sayonara" imbuh dari seorang pembina.

"Mulai" lanjutnya.
Semuanya bernyanyi sayonara sampai di kelas untuk mengambil tas. Pulang ke rumah sendiri sendiri.

"Baru jam dua" katanya dalam hati setelah melirik ke jam tangannya.

Kemudian dia mengendarai motornya menuju ke perpusda. Tempatnya meminjam buku. Tidak ada tujuan lain selain ke tempat itu. Hanya untuk mengisi waktu kosongnya. Kadang sampai perpusda tutup. Dia baru kembali ke rumahnya. Mungkin juga hari ini demikian.

Aduanku Terhadap AnginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang