Maaf Ya

2 0 0
                                    

"Ngapain sih Yah ?" bentak Meda menarik tangan besar milik ayahnya.

"Oh, pulang juga kamu. Bagi ayah duit, ayah harus bayar motor." todong ayah ketika Meda melempar tas barunya entah kemana. Semenatar dia melupakan tas berisi dompet dan kawan kawan dimobil.

"Ngga ada." jawab Meda dingin menatap sang ayah.

"Ngga ada ? Kamu bisa beli mobil, sekolahin adik kamu biayain kehidupan mama kamu terus kamu bilang ngga ada duit ?"

"Saya nyekolahin Ashilla karena bapaknya Ashilla ngga becus biayain dia. Saya biayain mama, karena suaminya terlalu miskin."

Plak !!!

Tamparan mendarat mulus dipipi Meda. Tamparan ayahnya yg sudah sering sekali dirasakan sejak SMA tak dirasanya sakit lagi.

"Dan saya ngga bisa ngeluarin uang buat orang kotor kaya kamu."

"Jaga mulut kamu Andromeda !! Ayah ngga pernah ngajarin kamu ngomong kaya gitu !"

"KARENA AYAH EMANG NGGA PERNAH NGAJARIN MEDA APAPUN !!"

Teriakan nyaring Meda kembali membuat Ayah meneriakkan namanya dan kembali melayangkan tamparan.

"ANDROMEDA SAGITA !!!"

"Tampar aja terus yah !! Aku bersyukur mama pisah sama ayah, ngga tau apa jadinya keluarga ini kalo masih ada ayah disini." lirih Meda melirik tajam pada sang ayah.

Ashilla sudah menangis sesenggukan dipelukan sang mama. Mereka tidak berani berbuat apapun untuk Meda. Karena jika mereka bergerak, Meda akan makin diperlakukan kasar oleh sang ayah.

"Silahkan pergi dari sini. Saya ngga akan membela kamu kalo sampe warga ngeroyok kamu karena ulah kamu ini." usir Meda angkuh. Dia menyusul sang mama dan adik agar mereka memasuki kamar masing masing. Dan membiarkan sang ayah pergi tanpa pamit.

Sepeninggalan Ayah, setelah mengunci semua jendela dan pintu mama berlari membawa baskom air dingin dan kompres untuk Meda. Pasti wajah anaknya akan membengkak nanti, dan dia ngga mau anaknya menjadi pusat perhatian orang orang kantor.

"Maafin mama ya Med, mama ngga bisa bela kamu didepan ayah. Ngga bisa lindungin kamu juga Shilla."

"Mah, obatin aja muka Meda. Jangan drama dulu." larang Meda menahan perih dipipinya.

Mama mengusap waslap diwajah dg pelan dan lembut. Sesekali menyeka air mata dipipinya. Membuat Meda mau tak mau melenguh pelan

"Ma, asalkan Mama sama Shilla ngga luka barang sedikit aja karena ayah, Meda rela mah dihajar kaya gimanapun juga. Jadi tolong, jangan nangis. Jangan bikin pengorbanan Meda sia sia. Meda udah sakit dipipi, jangan bikin sakit dihati Meda juga karena mama nangis."

Mama mengusap kepala Meda. Meda, anak yg sedari kecil tidak pernah menangis sekalipun luka ditubuhnya sangat menyakitkan. Tidak pernah mengeluh saat apa yg diinginkannya tidak pernah tercapai. Sekarang sudah menjadi wanita tangguh.

"Anak mama udah besar ya ? Udah bisa ngelindungin mama juga Shilla." puji mama kembali meneteskan air mata.

"Obatin lagi." tunjuk Meda pada pipinya dg senyum tipis.

_____

"Meda !" bentakan keras mengembalikan Meda pada bumi.

"Kamu dengar saya ?" tatapan menghujam Galaxy penuh padanya.

Meda mengedarkan pandangan kepenjuru ruang rapat, banyak yg mengamatinya. Meda menunduk dan menghela nafas berat, menatap Galaxy lekat.

"Saya harus menemani mas Galaxy hari ini sama Bianca. Setelah itu saya harus membuat daftar barang yg sudah terjual selama sebulan kemarin hingga tanggal hari ini. Kemudian merevisi semua tipe barang yg tidak sesuai dg invoice dari gudang."

Galaxy mengangguk mendengar penjelasan tugas Meda.

"Dan jangan ngelamun disaat meeting." tambah Galaxy.

Lelaki yg semalam menuduhnya, menyakitinya dg ucapannya. Tanpa minta maaf tanpa rasa bersalah kembali melontarkan ucapan menyebalkan. Ahh.. Mirip banget kaya ayah.

Bianca menarik Meda menuju lorong kosong untuk berbicara serius.

"Muka lo kenapa ?" todong Bianca penuh rasa curiga.

"Emang kenapa ?" mata Meda melirik kebawah. Apa Bianca melihatnya ?

"Lo digebukin lagi ama bokap lo ?" tuduh Bianca hendak menyentuh pipi kiri Meda namun ditepis.

"Sakit Bi, ngga usah pegang." elak Meda menepis tangan Bianca.

"Yaudah, lo benahin muka lo. Gue ada consoler sama cushion . lo pakek gih, jangan sampe orang lain ngeliat lo kaya gini." Bianca menyodorkan kotak make up miliknya. Kemudian menepuk bahu Meda.

Gadis itu berpisah karena Meda harus ke toilet membereskan lebam dimukanya.

Sembari berjalan, menggunakan tissue basah Meda mengelap pipi, biar nanti sampe kamar mandi langsung touch up cantik.

"Meda," Meda berhenti. Merasa jenuh dg pemilik suara ini.

"Saya mau ngomong."

"Ngomong aja mas." ketus Meda menutup pipi kirinya dg tissue basah.

"Saya mau minta maaf soal omongan saya direstoran kemarin. Saya ngga --"

"Dimaafin." potong Meda cepat.

"Ada lagi ?" tanya Meda terburu.

"Saya itu mau minta maaf sama kamu tulus, kenapa kamu malah motong omongan saya sih ?" Galaxy merasa egonya terusik oleh kelakuan Meda.

"Duh mas. Intinya kan sama, minta maaf. Ya udah saya maafin. Ngga usah drama kebanyakan dialog mas, cukup bilang maaf dan menyesal. Itu aja udah cukup." cerocos Meda.

Kemudian berbalik hendak berjalan menuju toilet. Galaxy memang selalu memperlambat geraknya dimanapun dan kapanpun.

Galaxy menarik tangan kiri Meda yg digunakannya untuk menutupi wajah lebamnya. Tissue ditangan jatuh kelantai, tangan digenggam erat Galaxy badan hampir limbung dan menubruk dada Galaxy yg keras. Meda meringis kesakitan saat pipi kirinya mmenubruk dada Galaxy.

"Saya belum selesai bicara! Kamu tuh ---" ucapan Galaxy terhenti ketika mendapati Meda meringis kesakitan memegangi pipi lebamnya.

"Astaga .. Meda, ini kenapa ? Kamu berantem ? Ya ampun, ini harus segera diobatin." panik Galaxy menyentuh pipi kiri Meda lembut.

"Mas, ini ngga papa. Saya bisa obatin sendiri."

"Come with me." Galaxy menggenggam tangan Meda untuk mengikutinya ke ruang kesehatan.

"Mas Galaxy, saya ngga apa apa."

"Apanya yg ngga apa apa Andromeda ? Muka kamu lebam, dan saya tau ini pasti sakit banget. Saya liatnya aja udah nyesek, kamu masih bisa bilang ngga apa apa ? Segitunya kamu bahkan saya ampe khawatir setengah mati kaya gini." cerocos Galaxy memutar tubuh menghadap Meda

Gadis itu terdiam.

Ya ampun, Galaxy ini kok nyeremin sih. Tapinya ya manis, dia khawatir dong sama Meda. Auuww..

"Mas Galaxy khawatir sama saya ?"

Galaxy linglung. Dia sudah salah berucap. Dan lagi, kenapa Meda seteliti itu dg ucapannya ?

"Karena kamu yg ngerangkum semua kerjaan saya, kamu yg lebih aktif dibanding saya dilapangan. Kalo sampe orang ngeliat muka bengep kamu ini, apa yg harus saya jelasin ?"

Ya ampun.

Meda udah ge er aja dikhawatirin Galaxy. Ngga taunya, perihal kerjaan toh ? Bangke emang nih mas mas.

"Saya benar benar minta maaf untuk kejadian kemarin. Saya bener bener ngga maksud nyinggung perasaan kamu. Sebagai gantinya, saya traktir kamu makan apa aja.."

"Daripada itu, kenapa ngga mas Gal obatin dulu lebam saya ?"

____

Meda ini jinak jinak merpati ya ternyata. Suka menarin ulur hati juga. Awas Galaxy baper ntar lo di pentalin aja ke langit ketujuh

Galaxy AndromedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang