Detik kian berlalu.
Menyisakan tangis..
Melupakan egois..
Menyisakan kenangan yang amat,
manis.
Ayah, izinkan aku menyapa diriku yang dulu. Boleh, 'kan? Hanya sekadar ingin memberitahunya, bahwa aku bahagia sekarang. Dan, aku ingin dia tahu, bahwa jangan pernah menyalahkan diriku. Karena aku sudah bisa melihat senyummu kembali, Ayah. Jangan pernah menghilangkan itu.
Aku menyapamu, wahai diriku yang dulu. Aku tidak akan lupa, kenangan yang amat pilu. Kamu adalah aku. Dan aku adalah kamu. Jangan pernah menganggap kita ini berbeda. Kita pernah sama-sama menangis. Kita pernah sama-sama jatuh. Tapi kita tahu, jika kita bekerja sama untuk bangkit maka akan sampai ke titik tujuan. Untuk kamu yang ternyata diriku, aku hanya ingin menyampaikan. Masa lalu yang menyedihkan, bisa jadi amat berharga bagimu. Tatkala engkau melihat sesuatu yang sama seperti masa lalumu, engkau akan tersenyum dan berkata, "Aku bahagia." Hanya kamu yang tahu arti makna itu. Wahai kamu yang nyatanya adalah diriku, katakan pada Ayah. Walaupun Ayah tidak ada, berkat bimbingan darinya aku bahagia!
19/01/18
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Rindu untuk Ayah
PoetryAyah, aku rindu. Tak bisa kujelaskan bagaimana rindu itu, Yah. Pastilah sangat berat. Ayah, apakah engkau rindu padaku juga? Ayah, janganlah pergi dulu. Ini sajak untukmu. Tanpamu, sajak ini takkan pernah ada. Tak apa jika ayah tidak membacanya. T...