PART 3 : Bukan lagi angan

70 7 0
                                    


Tanpa kata. Kini tak terasa aku telah sampai didepan rumah yang tak asing bagiku. Ya, rumahku. Bagaimana Leo tahu? Padahal dia tidak menanyakan perihal sebelah mana rumahku padaku, dia hanya membisu sepanjang perjalanan.
Baiklah aku akan bertanya padanya.

"Bagaimana kamu bisa tahu ini rumahku?" tanyaku padanya. Dia tak langsung menjawab, tetapi malah tertawa.

"Hahaha,"

"Kok kamu tertawa?" tanyaku.

"Apa kamu harus tahu aku tahu rumahmu darimana? atau bagaimana ceritanya?"

"Tentu saja." tegasku.

"Tidak penting kan? Sudahlah masuk sana, sudah sore!" ucapnya dengan malah memintaku segera masuk rumah.

"Tapi kamu belum menjawabnya?" tanyaku kembali untuk mendapat jawaban darinya.

"Lebih baik kamu mandi dan bersihkan wajah kusammu itu, juga keringat dinginmu yang mengucur sejak diperjalanan tadi!" perintahnya.

"Apa? Kamu mengejekku?" Kali ini aku sedikit kesal dan malu.

"Benar kan kataku? Akui saja!" ujarnya seraya tersenyum lebar padaku.

"Terserah kamu!"

"Ternyata cantikmu bisa luntur juga ya disore hari seperti ini. Terlebih saat kamu mulai terpancing emosi seperti itu. Haha."

Dia mengejekku. Aku kesal. Tapi yang dia bilang benar juga. Aku tidak mungkin bisa marah padanya sekarang, atau dia akan semakin mengejekku nanti.

Lagipula tawanya itu menggemaskan. Mataku seakan mengisyaratkan pada hatiku, bahwa aku tak bisa berbohong bahwa aku suka.

Aku hanya diam. Aku malu, aku tak berani menjawabnya lagi.

Selanjutnya ia berkata, "Jangan sedih. Sebaiknya kamu langsung masuk saja sekarang, sabun wangi sudah menunggumu di kamar mandi! Haha."

Leo, kata-katamu itu benar-benar membuatku malu sekarang. Dan sekarang aku hanya bisa mematung.

"Aku pulang ya. Jika kamu mau, besok aku akan menjemputmu. Sampai jumpa, Ayumna." ucapnya berpamitan. Lalu melajukan motornya dan lenyap dari hadapanku.

Apa yang dia katakan sebenarnya? Ternyata selama ini aku mencintai manusia aneh seperti dia. Lucu.

Bahkan karena terlalu fokus pada obrolannya aku lupa mengucapkan terimakasih. Apa dia akan kecewa nanti?
Ah sudahlah. Lebih baik aku segera masuk dan mandi sekarang. Huhh.

🌺🌺🌺

Hari esok telah tiba. Entah kenapa, aku lebih bersemangat pagi ini. Atau mungkin karena yang Leo katakan tadi sore. Ah tidak, dia tidak mungkin serius akan menjemputku.

Aku segera menuju ke ruang makan untuk menemui Ayah dan Bunda.

"Bunda, sarapannya aku bawa saja ya. Aku makan di sekolah saja nanti,"

"Kenapa begitu sayang? Kamu terburu-buru ya?"

"Sedikit sih, Bun,"

"Yasudah terserah kamu saja. Tapi benar ya nanti langsung dimakan!"

"Siap Bunda."

"Baiklah. Hati-hati ya sayang!"

"Ayah, Dinda pamit dulu ya." pamitku pada Ayah yang sedang membaca koran.

"Iya sayang, hati-hati ya!"

"Siap, Yah."

Aku segera berpamitan pada Ayah dan Bunda. Tak terasa aku begitu bersemangat berlari menuju keluar rumah. Dan, benar saja. Ada Leo di depan.

Mata Sulit BerdustaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang