PART 6 : Laki-laki aneh

26 6 0
                                    

"Kenapa kok panik gitu?" tanya Leo padaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kenapa kok panik gitu?" tanya Leo padaku.

Aku malu kalau harus mengatakan yang sebenarnya terjadi. Akhirnya aku hanya sok cuek dan menjawab seadanya.

"Bukan urusan kamu!"

"Oh ya? Memang kamu tidak butuh bantuanku?" tanya Leo mencoba meyakinkanku.

"Tidak, terimakasih." tegasku.

"Oh yasudah kalau begitu."

Sebenarnya aku ingin mengatakannya, tapi aku malu kalau Leo mengejekku. Aku bingung harus apa aku sekarang.

"Mau pulang bareng?"

Tiba-tiba Leo menawarkan untuk pulang bersamaku. Rasanya ingin berkata "Iya aku mau" tapi aku terlalu gengsi.

"Tidak, silahkan pulang saja dulu!" ucapku ketus padanya.

"Oh iya lupa, kamu kan tidak bisa pulang sekarang ya?"

"Apa?"

"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin tertawa tapi aku tahan." ujar Leo sambil cengengesan.

"Maksud kamu apa sih?"

"Sudahlah jangan marah-marah, ayo pulang!"

"Aku sudah bilang aku tidak mau."

"Lalu mau pulang jam berapa kamu?"

Benar juga kata Leo. Akan pulang jam berapa aku nanti? Apa aku harus disini menunggu sampai pintu terbuka? Tidak mungkin kan.

"Yasudah kalau benar tidak mau."

Leo hampir beranjak jauh dari hadapanku. Tapi aku memanggilnya.
"Leo tunggu!"

Dia menoleh dan berkata, "Iya?"

"Iya deh aku mau pulang bersamamu." ucapku malu-malu dengan menggigit bibir bagian bawah.

Leo hanya tersenyum mendengar jawabanku.

"Yasudah ayo!" ajaknya.

Aku dan Leo kini berjalan beriringan menuju parkiran. Dia kini mengajakku mengobrol lagi. Dan lagi-lagi obrolan aneh tidak penting yang dia mulai dengan pertanyaan yang sebenarnya tidak butuh jawaban.

"Ngomong-ngomong kamu tadi manggil nama aku?"

"Iya. Kenapa?"

"Kamu tahu nama aku?"

Sungguh kali ini aku benar-benar ingin berkata kasar. Are you fucking kidding me Leo??? Bagaimana aku tidak mengetahui namamu jika kamu adalah seseorang yang spesial dihidupku? Dan didadamu ada namamu yang jelas-jelas bisa kubaca.

"Kok diam?"

"Pertanyaan bodoh yang tidak harus ku jawab bukan?" ujarku sambil tersenyum.

"Hahaha cerdas kamu." ucap Leo seraya tertawa ringan.

"Kamu lebih cerdas rupanya."

"Tidak juga."

"Oh ya?"

"Sebenarnya terkadang kebodohan itu juga diperlukan."

"Kenapa begitu?"

"Agar orang bodoh yang lainnya bisa terlihat cerdas juga. Hahahahaa..."

Leo tertawa dan berlari menuju motornya, dan meninggalkan aku yang dipenuhi dengan rasa kesal terhadapnya.

"Dasar laki-laki aneh." ucapku dalam hati sambil menatapnya dari belakang.

                                     🌺🌺🌺

Saat ini aku sudah dibonceng oleh Leo. Sebenarnya sangat terlihat aneh karena aku pulang sekolah hanya orang-orang saja. Apakah seseorang yang sedang memboncengku sekarang tidak merasa aneh sejak tadi melihatku tanpa membawa tas? Apa dia secuek itu? Atau sebenarnya dia sudah tahu yang aku alami?

Tak berapa lama kami pun sampai di depan rumahku. Belum sempat aku mengatakan apapun pada Leo. Leo membuka helmnya.

"Makasih ya. Kenapa kamu buka helm?" tanyaku yang merasa heran melihatnya.

"Iya sama-sama. Aku mau mampir." ujarnya.

"Ha? Tapi kan...,"

Apa-apaan sih dia ini. Dia pikir aku tidak butuh persiapan apa-apa kalau dia mau main kerumah.

Tiba-tiba dia memakai helmnya kembali dan tersenyum lalu mengatakan padaku.

"Bercanda kok."

"Ah iya aku tahu." ucapku lega.

"Kamu terkejut ya?"

"Tidak."

"Hahaha iya iya. Mungkin lain kali boleh kan?"

"Hmm."

"Sepertinya ada yang aneh sama kamu?"

"Apa?"

"Tas kamu?"

Sial. Akhirnya sekarang Leo sadar. Tapi mengapa baru sadar sekarang sih?

"Ah itu, tadi...,"

"Kamu lucu kalau gugup gitu," ucapnya dengan menatap wajahku penuh arti.

"Hah? A-aku...,"

"Tidak usah dijawab!"

Tiba-tiba dia turun dari motornya dan membuka jok motornya. Aku terkejut saat melihat tasku ada disana.

"Ini kan tas kamu?" tanyanya seraya menyerahkan tas berwarna pink yang ternyata benar milikku.

"Iya, bagaimana bisa ada disini?"

"Tadi aku menemukannya di tempat sampah,"

"Apa?"

"Iya. Lalu aku memungutnya,"

"Kamu bohong kan?"

"Haha tahu saja kamu."

"Jadi?"

"Tadi aku lewat depan ruang kelas kamu bersamaan dengan Pak Woto yang mau kunci pintu ruang kelas kamu. Terus aku lihat tas kamu. Yasudah aku ambil saja sebelum pintunya dikunci."

"Lalu kenapa tidak kamu berikan sejak tadi?"

"Supaya kamu terus bingung selama bersamaku."

"Jahat,"

"Aku tidak jahat. Hanya saja kamu lucu kalau sedang bingung. Aku senang melihatnya."

Leo tersenyum menatapku setelah mengatakan hal itu. Aku juga menatapnya dan tersenyum kearahnya. Sekarang kita saling memandang satu sama lain. Sungguh indah.

Tapi tiba-tiba moment itu hancur karena dia mengatakan sesuatu dengan lirih

"Kamu harus mandi sekarang,"

Mendengar itu aku segera menjauh darinya dan menuju ke dalam rumah. Lalu mengatakan kata terimakasih dari kejauhan.

"Terimakasih sekali lagi."

Leo masih tersenyum dan menjawab,
"Terimakasih kembali."

Dan setelah itu dia pergi..

⭐⭐⭐

Penasaran sama part selanjutnya? Jgn lupa tambah ke reading list kalian ya! Tetep tinggalin jejak kalian juga, karena itu membuat aku bahagiaaaa *lebay*
So, see you di part selanjutnya😘😘

Mata Sulit BerdustaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang