AELLIA-Part 11-MAWAR MERAH DIMANA-MANA
Karya : #KakashiDSensei
Pada saat ditinggal sendirian di kamar, dalam keadaan terikat sang gadis berpikir kalut. Dalam ketakutan ia tahu akan nasib buruk yang akan menimpanya apabila ia tidak berbuat sesuatu. Pikirannya berputar cepat. Dengan segala cara dicobanya untuk mengundurkan tali yang melilit tangannya. Namun ikatan itu masih juga ketat.
Darah sang gadis semakin terkesiap. Jantungnya berdetak hebat. Ia tahu sebentar lagi akan menjadi mangda para begundal di pondok. Matanya memandang was-was ke arah pintu kamar. Airmata berlinang.
Saat rona putus asa menggenggam jiwanya, tiba-tiba matanya melihat pisau dan pedangnya yang tercampak di lantai. Akal pikirannya pun bekerja cepat. Segera digulingkannya tubuhnya ke arah lantai.
"Buk! Ugh.. ", terdengar bunyi tubuhnya membentur lantai dan keluhan sang gadis. Ia berguling lagi hingga mencapai pisau belatinya. Akhirnya ia mendapatkan pisau tersebut. Digenggamnya pisau tersebut dan mulai memotong tali yang mana saja yang bisa diputuskannya. Hingga akhirnya tali itu cukup longgar dan tangannya bisa dilepaskannya.
Setelah bebas, sang dara juga mengambil pedang pendeknya dan mengintip keluar kamar. Dilihatnya kedua begundal sedang bertarung di halaman dengan saling terjang, saling pukul dengan teriakan nyaring. Dengan cepat ia menelusup ke pintu belakang pondok dan berjalan perlahan-lahan menuju hutan.
Setelah dirasa cukup jauh, segera dikeluarkan ilmu berlari cepat. Tubuhnya terbang seperti tupai melompat dari pohon yang satu ke pohon yang lain. Ia tidak mau meninggalkan jejak kaki di atas tanah yang bisa menjadi petunjuk bagi para begundal tersebut untuk mengejarnya.
Cara yang dilakukannya pun cukup cerdas. Ia melompat ke arah Barat sebanyak tiga pohon, lalu mundur kembali ke tempat semula, lalu melompat ke arah timur sebanyak tujuh pohon. Setelah itu melompat ke arah selatan tiga pohon, lalu kembali ke tempat semula, dan melompat lagi sebanyak tujuh pohon ke arah utara. Beberapa kali ia melakukan hal tersebut. Setelah dirasa cukup, ia pun pergi sejauh-jauhnya ke arah barat daya.
-bersambung-