AELLIA-PART-15 TARIAN MAWAR

5 0 0
                                    

#aellia15

Part 15 -  TARIAN MAWAR

Karya: #KakashiDSensei

Sang gadis terus melangkahkan kaki menuju pendapa. Belum hilang rasa herannya ketika empat prajurit tiba-tiba berlari dan mengurung dirinya dengan tombak di tangan.

"Berhenti!", terdengar sebuah suara memerintah. Sang gadis menoleh asal suara. Dilihatnya seorang lelaki bertubuh besar berjalan menuju pendapa. Langkahnya ringan saja, namun tubuhnya seperti terbang, tak terlihat berat tubuhnya yang menghambat pergerakkannya. Nafasnya pun teratur. Bukti bila sang lelaki memiliki tenaga dalam yang tangguh.

"Siapa kamu dan apa maumu!", kembali sang lelaki bertanya. Sorot matanya yang tajam dan berwibawa. Sekaligus memancarkan kesombongan. Namun tak urung dadanya bergetar saat melihat wajah sang gadis. Begitu cantik dan halus laksana putri raja. "Sialan si Taryo, ia tak bilang jika gadis yang harus kubunuh ternyata begitu cantik.", gumamnya dalam hati.

Bibir sang gadis mencibir. Ia sudah hafal betul tingkah orang-orang kerajaan, mulai lurah hingga bupati dipenuhi orang-orang seperti ini.

"Saya ingin bertemu Adipati Ramandanu. Adipati Ramandanu adalah temanku.", jawab sang gadis asal saja. Ia sengaja mempermainkan lelaki tersebut. Sekilas ia melihat dari kelat bahu yang dimiliki lelaki itu berwarna biru. Sedangkan prajurit yang mengurungnya memiliki kelat bahu berwarna putih. Tentulah lelaki tersebut adalah kepala pasukan jaga.

"Kurang ajar!" seru kepala jaga. "Prajurit, tangkap dia!". Serta merta keempat prajurit bergerak. Dua tangan bergerak memegang bahu  dan dua tangan yang lain berusaha memegang tangan sang gadis.

Sang gadis mendengus. Tubuhnya berputar. Seketika dua tangan yang ingin memegang bahunya menangkap ruang kosong. Dua tangannya ganti menangkap dua tangan yang mengarah pinggangnya. Tak ayal, kedua prajurit merasa kesakitan dan ikut berputar. Mereka seperti sedang menari sebelum akhirnya dilemparkan dan jatuh terbanting.

"Bunuh!", kembali sang lelaki itu berteriak. Keempat prajurit segera meraih tombak, dan menusuk tubuh sang gadis silih berganti. Sang gadis berbaju putih melangkah mundur sambil menghindar. Kaki kanannya bergerak. Dua prajurit menclat kena tendang. Dua lagi menusuk ganas. Sang gadis melayang ke atas, meraup dua tombak dan melemparkannya ke belakang. Tak ayal kedua prajurit terjerembab ke depan sambil masih memegang tombak.

Saat turun menjejak lantai sang gadis terkesiap. Sekira dua belas prajurit bersenjata lengkap telah datang mengurung.
"Jangan bangga dulu cah ayu! Punya sayap pun kamu tak akan lepas!", seru kepala pasukan dengan percaya diri.

Sang gadis menjawab, "Keluarkan saja semua prajuritmu pak tua! Biar kuhajar sekalian!" Balas sang gadis meledek. Dibilang dirinya bocah, ia pun membalas dengan sebutan pak tua.

Gemeretak geraham kepala pasukan terdengar keras. Pipinya menggelembung menahan marah. "Bunuh!", serunya. "Jangan beri ampun!."

Seluruh prajurit bergerak menyerbu. Sang gadis tersenyum getir. Tangannya merogoh lipatan bajunya. Sepasang sarung tangan dikenakannya. Dua tusukan tombak disampok keras dengan tangannya. Dua lagi ditepis sambil berputar. Tangan kiri menangkap ujung tombak yang mengarah leher belakangnya. Kakinya menyapu kanan kiri. Empat prajurit terpental.
Kembali tusukan tajam mengarah kedua kakinya. Sang gadis menarik kakinya. Empat tusukan mengarah ke dada dan perutnya disampok keras. Sang gadis terus berkelat kelit bagaikan seorang penari. Begitu tangan dan kakinya bergerak, beberapa prajurit terbang terpelanting.

Dua puluh jurus berlalu dengan cepat. Tapi serangan para prajurit seakan tiada akhir. Lama kelamaan sang gadis merasa seperti kucing yang bosan mempermainkan korbannya.

"Hiaaa..!", seru sang gadis sambil bersalto ke belakang. Sambil berdiri santai dialirkannya tenaga dalamnya ke seluruh tubuh. Mulutnya komat kamit membaca mantra. Lalu berjalan santai menyambut serangan para prajurit. Kedua lengannya mengibas ke kiri kanan. Serangkum angin puting beliung mendesak kuat. Tak ayal, kemanapun lengannya mengebas, prajurit yang berada di dekatnya terpental berterbangan tak berani bangun lagi.

Sang gadis mengeluh pendek sambil menjatuhkan diri dan berguling ke kiri. Sebatang panah bertenaga dalam meluncur deras mengarah ke dadanya berhasil dihindari. Lewat lirikan matanya sang gadis tahu bahwa pemanah itu tak lain adalah sang kepala pasukan jaga. 

Sang gadis mengeluh lagi, dua buah panah kembali meluncur deras hendak mencincang perut dan lehernya.

AelliaWhere stories live. Discover now