AELLIA
Part 6 - Semerbak Harum Sang Bunga Mawar
Karya : #KakashiDSensei
Tangan berpisau berayun ke bawah. "Jlep..! ", bunyi belati menancap. "Aaah.. ", jerit sang dara lirih. Seketika sunyi menyergap dada. "Aneh, kok tidak ada rasa sakit? ", pikiran sang gadis menyergap nalar. Pelan-pelan dibukanya matanya. Ternyata belati itu menancap di samping lehernya pada papan ranjang.
"Hehehe.. Kamu kira semudah itu kamu mau mati? ", senyuman mesum si Rondo membuyarkan pikiran sang dara. "Aku belum puas bermain-main denganmu manis. Hahaha.. ", tawa si Rondo semakin lebar. Diulurkannya tangan kirinya meraba belakang leher sang gadis yang jenjang. Tangan kanannya bergerak memiringkan tubuh mulus sang dara.
"Sring.. ", bunyi pedang pendek tercabut dari belakang punggung sang gadis. Lalu dengan cepat dilemparkannya ke lantai. "Hahaha.. Dengan begini kan enak, kita bisa bercinta tanpa halangan benda tajam. ", kata si Rondo dengan sikap yang benar-benar memuakkan. Dijulurkannya lidahnya hendak menjilati wajah sang gadis.
"Auhh.. Jangan.. Ooh... Tidak.. ", jerit sang gadis sambil memalingkan wajahnya menghindari ciuman sang begundal. "Plak..! ", terdengar tamparan keras mendarat di pipi kirinya. "Aduh..! ", jerit sang dara meringis. "Dengar manis, lebih baik kamu menyerah baik-baik daripada aku siksa lebih keras lagi. Atau mau kupanggilkan teman-temanku semua, biar mereka datang kemari untuk mencicipi tubuhmu? ", kembali si Rondo mengancam.
"Hhmmh.. ", sang dara terdiam. Airmatanya tak henti-hentinya mengalir. Deras memancar laksana air sungai membasahi wajahnya yang merah terkena tamparan sang begundal. Dadanya naik turun sesengukkan. Dipalingkannya wajahnya tak ingin melihat wajah sang begundal. Pasrah tak bergerak saat jari-jari kasar si Rondo melucuti pakaiannya. Dipejamkannya matanya dengan hati merana. Ia berdoa seandainya diperbolehkan mati saat itu juga daripada menerima aib yang akan ia tanggung nanti seumur hidupnya.
Si Rondo tak henti-hentinya tertawa senang. Jari-jarinya gemetar menyusuri pakaian sang dara jelita. Terbayang sudah tubuh mulus sang dara yang akan segera menjadi selimut penghangat tubuhnya di malam yang dingin ini. Tak sabar ia untuk menghirup setiap nafas segar yang nanti keluar dari bibir indah sang gadis.
Tubuh sang gadis menegang. Nafasnya tertahan. Seluruh tubuhnya bergetar. Rasa takut menyelimuti pikirannya yang kalut.
Sesaat lagi sebelum pakaian atasnya ditarik lepas oleh sang begundal, tiba-tiba terdengar bunyi suitan nyaring melengking membelah malam.