AELLIA
Part 12 - YANG TERLIHAT TAK SEPERTI YANG DIHARAP
Karya: #KakashiDSensei
Matahari hampir terbit ketika sang gadis mencapai pinggiran hutan tersebut. Ia tidak tahu dimana ia sekarang sebab ia berlari dengan mengira-ngira saja arahnya. Padahal arah tujuannya sudah bergeser jauh dari rencana semula. Jalan di hutan sangat sulit ditebak. Berkelok-kelok sehingga yang tadinya ke arah barat bisa saja kembali ke arah timur alias tersesat.
Tinggal sedikit lagi saja sang gadis akan dapat keluar dari hutan yang lebat dan menyeramkan itu. Namun semak di depan begitu lebat dan berduri, hingga terlalu berbahaya untuk ditembus. Sang gadis berbaju hitam menjejakkan kakinya. Seketika tubuhnya melayang ringan ke atas dan hinggap di salah satu dahan pohon besar. Diarahkannya pandangannya ke depan. Tampak sekitar 50 meter dari semak tersebut dikelilingi kolam ikan yang sangat lebar dan panjang, hampir sepanjang tepian hutan tempat dirinya bertengger.
Ia pun mengira-ngira sejauh mana bisa melompati kolam tersebut. Ada jalan seukuran tapak kaki yang disebut pematang yang memisahkan petak-petak tambak ikan tersebut sehingga orang bisa memberi makan ikan melalui pematang tersebut. Karena masih belum terang benar maka tempat itu masih sepi. Mungkin petani tambak belum bangun, pikir sang gadis.
Setelah berpikir matang-matang, akhirnya ia memutuskan untuk melompat ke arah pematang. Jaraknya dari pohon terlalu jauh. Ia hanya punya satu kali loncatan dengan ilmu meringankan tubuhnya. Setelah itu, tenaganya tidak akan cukup untuk membuat lompatan lagi dalam sekaligus.
Tekadnya sudah bulat, keluar dari hutan ini. Dikerahkannya tenaga dalam 80 persen ke ujung kakinya. Seketika tubuhnya melayang ringan menuju garis yang berbentuk pematang tersebut. "Huffphh!!", serunya sambil menjejakkan kaki ke pematang tersebut. Bila sampai ia akan segera melompat lagi ke pematang berikutnya. Betapa terkejutnya sang gadis ketika tanah yang dikiranya pematang tersebut begitu lembut, tidak keras lagi licin.
"Aihhh...!!", keluh sang gadis kehilangan keseimbangan. Dengan hampir jatuh dipaksanya untuk membuat lompatan ke pematang berikutnya dengan jungkir balik secara miring. Namun pematang itu tenggelam dan licin. Seketika tubuh sang gadis terpelanting ke dalam kolam. "Aaaa...! Byur..!!", terdengar jeritan sang gadis bersamaan tubuhnya yang tercebur. Segera ia mengapungkan diri menuju permukaan air.
Saat kepalanya keluar dari dalam air, dilihatnya benda seperti jala menebar jatuh dari atas kolam. "Uuhh..!!!", keluh sang gadis. "Jaring lagi-jaring lagi!! Hutan ini penuh dengan jebakan jaring.", keluh sang gadis dalam hati. Tubuhnya tersangkut dalam jaring dan terangkat otomatis oleh tuas kayu yang berbentuk perangkap. Ia seperti ikan tangkapan yang siap untuk dijual.
Sang gadis tergantung seperti nelayan yang memikul ikan besar. Tubuhnya yang basah membuat lekuk-lekuk indah tubuhnya tergambar jelas melalui pakaiannya. Tentulah merupakan rejeki besar bagi lelaki manapun yang melihatnya. Ia mencoba meronta-ronta, namun jaring itu menekannya semakin kuat.
Terdengar bunyi orang berteriak dari dalam rumah di seberang kolam. Mungkin orang itu terbangun karena suara bising tadi. Tiba-tiba bulu kuduk sang gadis merinding. Kepalanya panas. Matanya mulai nanar. Teringat bahwa ia baru saja hampir diperkosa orang karena tertangkap jaring, dan sekarang mungkin akan terulang kembali. "Uuuh...!!", keluh sang gadis panik. Kali ini apakah ia bisa selamat lagi dari aib? Belum tentu nasibnya seberuntung tadi. Tak terasa airmatanya kembali mengembang. Sambil memeluk lutut menunggu di dalam jaring yang menjepit ketat. Ia sungguh seperti ikan besar yang siap untuk dipanggang dan disantap.
-- Bersambung--