Bersama dengan kenangan aku berlari membawa cahaya..
Aku Berlari menembus silaunya malam.
Dan kini, Bersama sebuah harapan,aku berlari menuju kebahagiaan.Evan's POV
"Bagaimana kita ulang lagi?", Tanyanya dengan rasa perasaan
"Udah pasti gua yang menang, Pet" jawabku
"Kagak bisa!! Kalau gini terus lu ngga bisa nyium gua dong" protes nya
Permainan kami cukup sederhana. Menebak kartu. Dari 21 tumpukan kartu, kita harus memilih 1 Kartu pilihan dari lawan main kita yang sudah dicatat diawal. Aku memang mempunyai trik khusus untuk memainkan permainan ini. Bila Peter menang, aku bersedia menciumnya namun bila ia kalah, ia harus rela squat jump 10 Kali. Dan sejauh ini Peter sangat bodoh.
"Yeeeee. Biarin. Protes aja. Kan udah kesepakatan Pet" jawab ku.
"Ah kalau gitu udahan." Peter sepertinya sudah jengkel.
"Dihhh. Ngambek.." ejek ku.
"Nggak lah. Permainan nya cupu kayak bocah." Perotesnya.
"Yaudah jadinya mau udahan nih?" Tanya ku.
"Main yang lain aja lah, naik kasur aja" ajaknya.
"Ngapain main ke kasur kasur segala. Berantakan lagi nanti" jawabku
Malam ini aku menyetujui keputusan terpendek yang pernah ada. Alasan yang paling tidak masuk akal dari seorang Peter. Sebenarnya aku tahu bahwa ia sedang kesepian. Bagaimana tidak, rumah sebesar ini, fasilitas selengkap ini, dan peralatan elektronik yang up to date. Sangat sangat di sayangkan. Harusnya ia bisa menjadi orang yang produktif.
Masuk ke kamarnya bukan hal yang pertama bagi ku, namun selalu saja suasana kapal pecah nan berantakan itu sangat menggangu.
"Enggak lah. Ayo, tadi katanya lu mau ngajarin gua" pinta nya dengan gaya ke kanak-kanakan.
"Ya ngga usah di kasur. Sini aja. Ambil modulnya buruan" jawabku
Peter pun berjalan menuju meja belajar nya dan mengambil modul matematika yang akan menjadi pembahasan tentang mengapa aku harus meluangkan waktu ku dimalam menuju Sabtu dengan bocah kekanakan yang selalu mencari cara modus untuk merayu. Ia langsung merebahkan badannya terlentang dan meletakkan kepalanya di pangkuan paha ku sambil menyodorkan modul matematika yang masih kaku dan rapi. Seperti tidak pernah di buka atau di baca.
"Lah, ini udah di isi semua" tanya ku. Sambil tidak mempedulikan kepala nya yang berat dengan rambutnya yang menggelitik.
"Emang udah" jawabnya
"Terus yang mana yang susah?" Tanya ku
"Yang susah tuh yang bikin lu bahagia" jawabnya sambil tertawa dan mencolek hidung ku lembut
"Jihh. Bodo amat pet." Jawabku jengkel sambil menjauhkan hidung ku dari jemari nakalnya
"Yaudah lah ngga apa apa temenin gua ngobrol malem ini." Jawab nya
"Ngobrol apaan? Bangun ah. Pala lu berat njir" aku berusaha meluruskan kaki ku untuk menyingkirkan kepalanya dari paha ku.
'dukk'
Kepala kosong dengan otak mesum itu sukses mendarat ke lantai.
Katakanlah aku memang tidak memiliki hati. Tapi anak sialan ini membuat wajah ku sedikit merah dengan gaya gaya manja nya dan jujur saja, rambut nya menggelitik sebagian besar paha ku dengan sensasi yang membuat ku kurang nyaman. Keputusan ku meluruskan kaki ku yang bersila adalah pilihan yang tepat.
![](https://img.wattpad.com/cover/79907902-288-k323902.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Is, I....... (END)
RomantikWARNING..!!! CERITA BERGENRE LGBT (BOYxBOY) HOMOPHOBIC GO AWAY. ***** "Hmmmppp.. achh.. Berhentii.. " Aku menghentikan kegiatan yang ku lakukan terhadap nya dan menatapnya lekat. "Okee." Hanya itu jawabku. "Tunggu.. tidak.. teruskan" "Jadi lu su...