Oh cinta, kita dapat berlari selamanya dan jika waktu dapat menggenggam janji ku biarlah aku membawa mu pulang.
Peter's pov
"Vann" panggilku mesra. Sambil berlari kecil di koridor dan langsung merangkul nya.
"Paan sih lu?" Jawabnya risih.
"Galak amat" aku mengencangkan rangkulan ku dan membebaninya dengan lengan ku sehingga aku bisa mengelus elus kepalanya.
Ia langsung berhenti dan mengangkat lenganku dan memperlihatkan wajah nya yang sangar. Jujur saja ia terlihat menggemaskan kalau sedang marah. Bukannya takut. Aku malah tersenyum geli. Ia memang benar benar tidak bisa marah. Wajahnya masih sama, tetap imut.
"Kenapa?" Tanyanya sambil masih menatapku. Kami berhadapan sekarang.
"Mau makan apa?" Tanya ku dengan canggung. Jujur saja aku memang payah.
"Hah?" Tanyanya
"Iya lu pengen makan apa?" Tanyaku lagi.
Ia memalingkan badannya dan mulai berjalan kembali. Aku pun ikut berjalan bersamanya. Kami masih berjalan pelan dan terdiam. Dan tiba tiba
"Gua udah makan pet. Ini udah jam 10 malem" jawabnya santai dengan tersenyum.
Ah. Betapa bodohnya aku. Apa lagi yang harus ku katakan?
"Oh. Balik naik apa?" Tanya ku.
"Pesawat" jawabnya bercanda.
"Jeeh ni anak serius" senggol ku sambil masih tersenyum.
Ia pun tetap berjalan.
"Ikut gua yuk" tawarku.
"Kemana?" Tanyanya
"Villa puncak" jawabku
"Sekarang?" Tanyanya
Kami sudah sampai di depan lobby kampus dan berpandangan.
"Iya, yuk" ajakku.
Senyumnya terukir tipis, enatah apa yang akan dia katakan aku mulai merasakan aura penolakan.
"Yuk" jawabnya.
'Yuk' apa aku tidak salah dengar? Dia mau. Aku sedikit terkejut.
"Tunggu sini ya" jawabku.
Aku langsung meninggalkannya dan berlari kecil ke parkiran untuk mengambil mobilku.
'Yess' rasa senang ini tidak bisa ku tahan. Aku sering menghabiskan waktu ku di villa bersama dengan anak anak lainnya, apalagi di akhir minggu. Namun semua malam terasa biasa saja tidak seperti malam ini, karena malam ini adalah malam yang berbeda.
Aku menekan tombol kunci dan ia pun masuk.
"Nanti gua bakal di apain?" Tanyanya gamblang.
"Buset.. hmm.. bakal gua apain ya?" Jawabku.
Kami pun tertawa dan langsung meluncur ke villa keluarga ku. Perjalanan ini tidak terasa melelahkan, ia terlihat baik baik saja. Tidak ada rasa kantuk sedikitpun melanda, disepanjang perjalanan hanya ada lagu lagu radio dan nyanyian dadakan kami disertai tawa.
"Disini?" Tanyanya
"Yoi" jawabku.
"Gede amat" ujarnya. Ia memerhatikan sekeliling.
Aku menelephone pak mamat penjaga villa untuk meminta kunci sambil melihatnya yang sedang terpikat oleh suasana villa.
"Saya pikir tidak jadi dateng Den. Ini kuncinya" Pak Mamat yang rumahnya tidak jauh dari villa langsung menghampiri kami dan memberikan kunci villa.
![](https://img.wattpad.com/cover/79907902-288-k323902.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Is, I....... (END)
RomansaWARNING..!!! CERITA BERGENRE LGBT (BOYxBOY) HOMOPHOBIC GO AWAY. ***** "Hmmmppp.. achh.. Berhentii.. " Aku menghentikan kegiatan yang ku lakukan terhadap nya dan menatapnya lekat. "Okee." Hanya itu jawabku. "Tunggu.. tidak.. teruskan" "Jadi lu su...