The Trurh is, I ... Am Glad That You're Okay.

5.6K 305 15
                                    

Angin malam pun berbisik menari nari dengan sejuta warna yang sendu,
Memilih untuk menanti bayang mu yang semakin mendekat, menjauh dari cahaya seakan aku tahu, aku akan pulang.

*Peter's Pov*

"Gilaa" batinku dalam hati. Kejadian malam itu memang berhasil membuktikan keraguan ku terhadap rasa yang kumiliki, sudah pasti, memang aku sangat menyukainya. Bocah sialan itu berhasil memainkan perannya dengan mulus. Seharusnya aku lebih jual mahal. Dia berhasil membuat ku malu, ada apa dengan sikapnya? Tidak seperti biasanya. Harusnya dia lebih menurut dan tidak seagresif itu. Ah sialan! Aku mulai terlalu mabuk untuk seseorang yang belum tentu menyukai ku. Lagi pula, kemana bocah itu? Aku harus menemukannya, tapi di mana? "Ah, perpustakaan", gumamku seorang diri. Tanpa pikir panjang ku arahkan langkah kaki ku menuju perpustakaan.

"Bocah tengik, di mana dia ngumpet?" Mata ku masih mencari cari, menelusuri dan menerawang setiap orang dari pintu masuk. Perpustakaan di sini memang cukup luas dengan banyak sekali pengunjung, entah apa yang mereka cari atau yang mereka baca. Satu hal yang aku tahu pasti, meja ke dua dari rak novel terjemahan, dari sanalah pertama kali aku memberanikan diri untuk menghampirinya.

"Itu dia" batinku. Suasana di daerah novel terjemahan tidak terlalu ramai seperti di daerah pelajaran umum lainnya. Lagi pula ini perpustakaan kampus, bukan perpustakaan umum seperti biasa.

Kali ini dia membelakangi ku, aku pun maju perlahan mendekati satu rak tepat di sebelahnya, dia masih sosok evan yang sama, membaca buku yang sama, aku berniat menghampirinya namun langkahku selalu berbelok, ku ulangi lagi niat ku, sama saja. Yang ada aku kembali berputar maju mundur seperti pencuri yang mengendap-endap. apa yang ku pikirkan, ayolah hanya menyapa saja pikirku, aku malah memutuskan hanya mengintainya dari balik bilik buku.

"Lu ngapain sih mondar mandir pet?" Tanya nya tiba-tiba masih dalam posisi membaca.

"Sial" batinku kaget. Bocah ini sudah menduganya. Aku keluar dari balik rak buku sambil memberikan senyum sumringah andalan ku, sudah tidak ada gunanya aku hanya mengintai, yang harus kulakukan adalah memperdaya suasana.

"Kok lu bisa tau itu gua? Jago.." Tanya ku sambil bertepuk tangan kecil dan langsung ikut duduk berhadapan dengan nya yang sedang sibuk membaca.

"Lu mundar mandir, ganggu gua,cuma buat tanya itu?" Tanya nya sinis.

Apa lagi yang harus ku katakan, astaga. Bocah tengik ini memang menguji mentalku.

"Kagak. Gua belum berterima kasih secara langsung aja. Sekarang kaki gua udah mendingan." Jawabku berusaha membuka topik.

"Oh oke." Jawabnya.

"Iyaa" jawabku. Aku pun mulai mengeluarkan jurus ku yang ampuh. Aku duduk berpangku tangan, memandangi nya dalam diam dan tersenyum, sampai ia melirik.

"Jangan mulai konyol pet" celetuknya.

"Biarin" jawabku tanpa memalingkan pandangan ku.

Ia meletakan bukunya, berbalik memandangku mengikuti posisi ku yang berpangku tangan sambil tersenyum.

"Kemarin kaki lu yg keseleo udah sembuh, apa sekarang lu mau giliran mata lu yang keseleo?" Tanyanya dengan nada bercanda.

Aku mengelus kepalanya.

"Jangan jahat." Jawabku

Tangan nya reflek menggengam tangan ku dan mengembalikannya ke posisi semula. Ia masih tersenyum dengan imut.

"Peter, denger nih ya, Gua Enggak jahat kok, cuman lu selalu konyol bikin gua kesel." jawabnya seperti sedang mendikte anak anak taman kanak kanak.

"Lu mau ngapain lagi sekarang?" Tanya nya seraya ia menutup buku nya.

"Gua mau ngajakin lu ke.." belum selesai tawaran ku ia sudah langsung berdiri dan membuat ku kaget.

"Ayo" katanya sambil berdiri dan memasukan buku yg dia baca ke dalam tasnya.

"Buruan." Ajaknya dengan santai.

Aku masih tercengang,
"Tapi emang lu tau mau gua ajak kemana?" Tanya ku agak mengejek

"Kagak" jawabnya datar.

"Tuh, kalau gua ngajak lu ketempat tempat berbahaya?  Atau gua apa apa in Gimana?" Tanya ku cepat.

"Kaki lu udah sembuh kan?" Tanya nya

"udah, tapi apa hubungannya?" Tanya ku.

"Baguslah, gua seneng lu baik baik aja." Jawabnya tersenyum " lu gak bakal macem macemin gua, karena lu tau nanti lu yang bakal mendesah di akhir nanti." Jawabnya dengan sombong.

"Sialan" jawab ku sambil berdiri.

Ia hanya tertawa kecil dan aku semakin malu, untuk apa dia membahas hal yang tidak perlu di bahas. Aku menjadi kaku dan buyar.

"Tuh kan, lu langsung salah tingkah" jawabnya sambil tertawa

"Bacot lu" jawab ku kesal.

"Jangan marah marah" jawabnya sambil mengelus elus kepala ku.

"Gua laper, kita makan ketoprak dulu yuk" tawar nya sambil menatap mata ku dan tersenyum.

Sialan.. bocah ini lagi lagi mengeluarkan jurus ampuh nya. Entah mengapa Aku tidak bisa marah terhadapnya.

"Bayarin gua ya" jawabku ngambek.

"Iyaa" jawabnya lagi sambil menganguk.

"Nah, gua mau makan 2 piring." Aku pun tersenyum kembali sambil merangkul pundaknya, Mengacak ngacak rambutnya, menyeretnya berjalan meninggalkan perpustakaan. Ia masih kesulitan melepaskan rangkulan ku dan membuat wajah kesal imutnya lagi. Aku hanya tertawa dan kami tetap berjalan.

Semenjak itu aku akan memandangnya, melihat senyumnya dan merasakan sentuhan usapan lembut di kepala ku walaupun Aku tidak tahu apa yang akan terjadi kedepan, satu hal yang ku yakini adalah dialah orang yang berhasil memilikiku.

"Evan..."

Hai all.. terima kasih banyak untuk supportnya selama ini, wahh ngga nyangka ada yang mau baca cerita peter dan evan sampai sejauh part ini. untuk semua pembaca, terima kasih banyak. Dan semoga bisa update cepat ya.. mohon bersabar dan tetap keep voment nya.. kritik kalian sangat berarti..

_rhyudent.

The Truth Is, I....... (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang