The Truth is, I ... Feel Strange.

6.4K 348 17
                                    

Kepada takdir ku di sini, alangkah baiknya jika kamu hadir tanpa kejutan, kembalilah dengan sejuta harapan dan tetaplah di sini, di sini bersama ku.

*Evan's POV*

Ada apa dengan anak ini? Ia Menyukai ku? Lelucon apa lagi ini? Sepertinya anak ini memang sakit, ia mulai berjalan cepat dengan kesombongannya sadarkah ia akan kebodohannya? Aku ingin sekali tertawa namun apa yang ia katakan memang sepertinya bukan bercanda. Mungkin kah? Apa mungkin Ia benar benar menyukai ku?

Baru semenit yang lalu ia mengajak ku untuk berkelahi disertai dengan pernyataan gamblang bahwa ia menyukai ku, sekarang ia mulai berjalan terlalu ke pinggir, dan oke, sepertinya anak ini sedikit tidak waras..

"Peteerrr" teriak ku.

Brukkkkk

Tentu saja, sudah ku duga..

Aku tidak bisa menahan tawa ku lagi, aku merasa sangat jahat bila hanya tertawa tanpa membantunya. Aku berlari kecil ke arahnya. Carlin masih tertawa lepas, ku putuskan untuk membiarkan Carlin menikmati tontonan ini dan menghampiri anak aneh itu.

"Lu kenapa??"

Itu yang bisa ku katakan tanpa berhenti tertawa..

ia sangat sigap untuk menarik tangan ku, ku lihat dia masih sangat malu.

"Gua mau belok." Jawabnya kasar.

"Bisa berdiri kagak?" Tanya ku lagi sambil mengatur nafas.

"Bisa." jawabnya ketus.

Ia berdiri dan mulai berjalan. Kakinya sedikit pincang. "Dasar songong." Batinku

Mungkin saja aku tega meninggalkan dia dan kembali ke Carlin yang masih tertawa di ujung sana, namun sepertinya, hari ini takdir mulai memainkan leluconnya kembali.

Aku hanya menghela nafas, sadar akan konsekuensi pengambilan keputusan ku yang sedikit berisiko.

"Ngapain lu?" Tanya nya cetus.

Aku menggenggam lengannya dan melingkarkan tangan nya ke leherku. Tinggi kita tidak terlalu jauh, hanya saja badannya lebih atletis di bandingkan ku. Aku Membopongnya. Terlihat wajahnya yang sedang meringis.

"Udah, jangan banyak komentar, kaki lu pincang." Jawab ku datar.

Aku mengajaknya ke arah tempat duduk Carlin yang masih terbahak bahak dan sedikit iba.

Sebenarnya Peter cukup tampan, wajah nakalnya cukup manis ketika sedang kesakitan,

"Cieeee.." ujar carlin

Aku hanya menatap carlin cuek, dan membantu evan untuk menemukan posisi tepat untuk duduk.

Aku melihat goresan, merah dan sedikit berdarah di pelipis kanannya.

"Sakit?" Tanyaku polos

"Lu pikir aja." Jawabnya ketus.

"Yaudah, Lu pulang kemana? Bisa jalan kagak? Ayo gua anter" Tanya ku.

"Rumah gua deket, ngga perlu ngerepotin lu." Jawabnya.

"ih peter, jangan sok sok an dah, lu kagak liat lu dah pincang? Bagus si evan mau nganter lu"

Aku hanya cuma bisa diam dan lagi lagi kecanggungan selalu hadir di antara kami.

"Rumah gua belakang kampus, pas jalan sriwijaya"

"Oke, ayo" tanpa pikir panjang aku mulai berdiri dan memopongnya lagi ke arah parkiran.

"Lu bisa nyetir mobil?" Tanyanya.

"Kagak, kita naik motor" jawabku

"Hah? Lu mau matiin gua perlahan?" Protesnya

"Udah jangan manja, orang jaraknya deket." Jawabku

"Car, gua nganterin nih anak dulu ya,lu balik duluan juga gak apa apa." Pamitku sambil berjalan

" Oke van,, take care.. get well soon pet.." jawabnya.

Peter melambaikan tangannya dengan anggukan singkat.

Kami berjalan menuju tempat parkir.

"Tunggu sini. Gua keluarin motor dulu." Aku mengambil motor ku dan memakai jaket ku.

Ia sangat patuh seperti seekor anak anjing, mungkin kejadian ini memang seharusnya sering terjadi, supaya membuat seseorang lebih sadar.

"Ayo naik" ajak ku.

Dengan berhati hati ia mulai mengangkat kakinya dan menggenggam bahuku kuat. "dasar bocah gila." batin ku.

Seperjalanan ia hanya terpatung malu, diam dan sesekali merapatkan wajah nya ke telinga ku untuk memberi tahu arah.

"Abis ini, Belok kiri" bisiknya. Dagunya menempel di bahuku dengan wajah nya yang bergesekan dengan pipi ku.

"Ngga usah terlalu deket, geli nyet" jawabku.

Tetapi memang anak ini sialan. Ia malah menjadi jadi dan memeluk ku dari belakang, sambil menggesekan wajahnya membuat ku geli dan menggagalkan fokus ku sesaat,

Aku menghentikan motor ku.

"Lu mau lepas, apa gua turunin? Yang bener kalau duduk" ancam ku pada anak sialan ini.

"Gua mau diturunin tapi ngga di lepasin." Jawabnya singkat.

"Apaan sih lu?" Aku mulai merasa jengkel.

"Iya turun. Kita udah sampe, bego" jawabnya.

Aku sampai tidak menyadari, aku berhenti di depan sebuah rumah orang. Tentu saja, pikirku.

Ia mulai turun dan masih berpegangan dengan bahuku, aku menyandarkan motorku dekat dengan gerbang dan membantu memapa nya untuk membuka gerbang.

Sekejap Kami sudah berada di ruang tamunya. Aku melihat jam, 19:30. Belum terlalu larut.

"Kok sepi amat di sini?" Tanya ku.

"Ortu gua di luar kota, kakak kakak gua belom balik, pembantu gua pulang hari.." jawabnya..

"Oohhh," jawabku singkat.

"Lu anggap rumah sendiri aja, ambil minum sendiri, tuh liat kulkas ada makanan apa, lu bawa dah, tapi Batuin gua ke kamar dulu bentar, baju gua kotor nih, mau gua ganti."

"Lu ngga mau panggil tukang urut?" Tanya ku.

"Besok aja. Mana ada jam segini, Buruan." ia mengangkat tangan nya mencoba meraih bahuku lagi dan aku membatunya.

"Jaket lu jadi kotor juga, nanti taro di deket keranjang pintu aja biar gua suruh cuciin."
Tawarnya kepada ku sambil kita masuk ke kamarnya.

"Kagak usah" jawab ku, aku sadar jaket ku jadi kotor dan melepaskannya di lantai bukan di kerjanjang.

Ia langsung membuka kaos hitamnya, terlihat dada bidangnya, otot perutnya yang pekat, lengannya yang berotot. Badannya sangat proposional, sepertinya ia hobby berolahraga.

"Tolong Ambilin perlengkapan p3k di deket box itu dong"

Aku pun sepertinya sudah salah langkah datang menjadi pembantu untuknya. Namun karena ini kecelakaan dan ternyata aku masih berbaik hati untuk bocah sialan ini. Aku menuruti permintaannya.

Aku mengeluarkan betadine dan kapas menbelakangi nya, Sementara dia sudah berbaring di kasur.

"Van, gua beneran lagi, gua suka sama lu."

Kata kata itu kembali terulang.. waktu serasa berhenti. Aku terdiam, hanya keheningan yang menjadi jeda diantara waktu yang terus berjalan..

"Menurut lu, gua boleh kagak suka sama lu?" Tanyanya.

Dan kembalilah dengan membawa senyuman yang nantinya akan ku simpan bersama kenangan dalam gelap malam..

Hai all.. kembali lagi.. terima kasih untuk vote, comment, dan dukungannya. Sepertinya ceritanya akan panjang. I'll try untuk tetap update.. Mohon maaf jika ada typo dan kalau mulai kurang menarik, please give your best advice and review.. thank you so much..

The Truth Is, I....... (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang