The Truth Is, I ... See You

5.9K 332 11
                                    

*Evan's Pov*

"Gua boleh kagak suka sama lu?"

Kata kata itu sudah tidak akan asing lagi di dengar. Yang ku tahu, Anak ini masih bisa bercanda.

Aku berjalan menghampiri nya duduk di pinggir kasur dan mulai mengoleskan obat tepat di pelipisnya.

"Sss.." dia meringis.

Ia menjauhkan kepala nya.

"Jangan banyak gerak, sini."

Ia mulai mendekatkan kembali kepalanya. Ia menggenggam tanganku yang mengoleskan obat pada lukanya dan membuat ku sedikit terkejut.

"Thanks ya." Ujarnya.

"Ah biasa aja." Jawabku.

Ia membetulkan posisinya. Sekarang kami hanya diam. Aku menatapnya, sedikit tersenyum.

"Sorry" ujarnya.

"Untuk?" Tanya ku.

"Sorry, gua udah buat lu risih, gua cuma pengen deket dan kenal sama lu aja, entahlah. Alasan gua payah." Jawabnya.

"Emang lu payah." Ejek ku.

Ia mengangkat tangan ku, mengarahkan nya ke kepalanya dan membuat gerakan seperti mengelus.

"Mungkin, tapi gua anak baik kok" jawabnya.

Aku membiarkan tangan ku mengelus ngelus kepalanya. Jika di lihat dari dekat anak ini cukup waras.

"Gua seneng ngeliat lu kepentok, jadi lebih waras." Celetukku spontan.

Ia yang masih menikmati usapan tanganku kemudian dengan cepat memajukan wajahnya mendekati wajahku.

"Lu tuh imut, manis lagi." Ucapnya santai sambil melihat wajahku dari dekat. Aku bisa merasakan nafas nya, "kita terlalu dekat", batinku. Aku hanya bisa memalingkan pandanganku sedikit menunduk diam. Ada apa dengan otakku? tiba tiba dadaku berdegup. Tidak seharusnya aku sebagai pria, merasa senang dengan pujian dari seorang pria. Aku takut untuk melihat lebih jauh dan merasakan lebih jauh.

"Lu mau ngapain sebenarnya?" Tanyaku. Sialan, ia bisa melihat aku mulai salah tingkah.

Ia hanya menggeleng dan tersenyum..

"Gua cuma mau ngeliat lu lebih dekat, jarang lu bisa gua liat deket. Biasa nya gua selalu ngawasin lu cuma bisa dari jauh." Jawabnya

Ia justru semakin mendekatkan wajahnya. Memandang ku sambil Tersenyum.

"Tapi lu kok kalau gua liat, ngga mau mandang balik gua sih? Kenapa? Malu?", tanyanya.

"Kagak Tuh. Nih." Aku spontan memberanikan diri melihatnya dan Ia hanya tersenyum lebar.

Pandangan kami sejajar, kemudian ia mundur dan melipat satu kaki nya yang lain dan memangkukan kepalanya sambil bertumpu di lututnya tanpa memalingkan pandangannya dan senyumannya.

"Lu hobby nya apa pet?" Tanya ku memecah kesunyian dan membuka topik.

"Banyak" jawabnya sambil masih di posisi yang sama.

"Misalnya?" tanya ku.

"Misalnya, kayak gini, mandangin lu terus. Ini hobby baru gua." Jawabnya.

"Jangan mulai gila lagi dah, pet." Ujarku santai.

"Abis lu manis sih?" Jawabnya.

"Pet, jangan mulai ya. Lu ngga normal njing." Aku mulai melontarkan kata kasar ku. Dan ia hanya tertawa.

"Ya ngga apa apa, asalkan ngga normalnya sama lu." Jawabnya dengan nada santai dan bercanda

Sepertinya anak ini menantangku.

"Oke " Jawab ku cepat sambil menatap tajam.

Aku mendekatkan diriku cepat mendorongnya, Membuat ia kaget dan mengangkat kepalanya.
Tanpa mulai pikir panjang. ku rapatkan wajahku dan melumat bibirnya. Ia masih kelagapan, aku melepaskan cumbuan bibir ku dan mulai menjelajah menuju lehernya, sedikit demi sedikit ku kecup. Cengkraman Tangan ku tetap mendorong bahunya, tubuhnya mulai menggeliat.

"Hmmmppp.. achh.. Berhentii.. " ia berusaha mendorongku.

Aku menghentikan kegiatan yang ku lakukan terhadap nya dan menatapnya lekat.

"Okee." Hanya itu jawabku. Sambil menjauhkan badan ku.

"Tunggu.. ngga.. teruskan." Ia masih gelagapan kaget tidak bisa berkata kata dengan lancar dan aku hanya diam melihatnya. "Sukses" batinku dalam hati. Aku rasa ia tidak menyadari tentang apa yang akan ku lakuan.

"Lu gila van, ngapain sih lu?" Tanya nya dengan nafas tidak teratur.

"Jadi lu suka berhubungan secara ngga normal?" Tanya ku cepat dan datar.

"Suka, ngga suka.."

Ia masih kaget, dan mencoba mengatur nafasnya.

"Desahan lu terdengar beda. Jadi lu Suka apa kagak?" Tanya ku mempertegas.

Ia menatapku dengan keterkejutan dan mengangguk kecil, "kayaknya sih.."

Aku pun bangun bergegas memakai kembali jaket ku di atas lantai dan mengambil ransel ku.

"Okee..", jawab ku dengan senyuman.

Melihatku melangkah pergi, membuatnya semakin resah.

"Evann..  Ayolaahh.. Sialan. Lu mau kemana?"

Aku sudah berjalan menuju pintu,  meninggalkan tubuh sexy bertelanjang dada itu sendirian untuk menyelesaikan masalah yang ia ciptakan sendiri.

"Pulang, gua mau balik Pet, sampe ketemu lagi besok "

Aku sudah menggantungkan senyumku di atas awan sambil tetap melangkah dan memilih pergi. Wajah pasrahnya dan ekspresianya yang frustasi membuat ku senang. Aku berhasil. Jadi ia ingin mengundangku dalam permainannya. Baiklah dengan ini ku nyatakan: permainan di mulai.

"Peter, Kau memang bodoh" batinku. Seraya melangkah meninggalkan rumahnya dan melaju pulang bersama motorku di temani angin malam.

****

Hi all.. terima kasih banyak buat semua yang udah vote dan tetap setia membaca cerita saya. Kalian luar biasa.. seperti biasa jika kalian suka dengan cerita ini mohon vote nya dan kritikan serta masukannya. Mohon maaf bila ada kesalahan ketik. Dan please bersabar karena sudah banyak peter dan evan  yang akan terus tertulis menemani kalian.

_rhyudent.





The Truth Is, I....... (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang