Evan's POV
November, 2013.
Rintik hujan masih mau menari-menari bersama genangan air di jalan dan langit yang masih belum berdamai dengan keheningan malam yang membutakan harapan seseorang untuk menanti bintang jatuh dari balik jendela perpustakaan di kampus Tri Cetya Wangsa.
"Gua mungkin cuma bisa bantu sampai di sini, selanjutnya lu harus tetap kembangin bahan ini sendiri."
Nama ku, Evan Wiguna, anak sastra Inggris. semester 5, yang memang dikenal senang membantu teman - teman yang kehilangan arah terutama di bagian pengumpulan tugas.
"Iyaa, makasih lho van, nanti lu gua teraktir dah."
"Ngga masalah kok Lin, oh iya, abis ini lu duluan aja gua masih harus nyari novel dan nyiapin resensinya buat besok."
"Mau gua temenin ngga?" Tanya gadis manis ini dengan senyum berlesung pipi.
"Ngga usah Lin, kih sono beresin tugas lu dulu, biar Mr. Sudar bisa jinak"
"Oke dah van, duluan ya." Ucap gadis itu dan kemudian melangkah pergi.
Aku kembali merapikan meja dan memasukan laptop ku ke dalam ransel,
"Masih gerimis." batinku dalam hati, aku mulai berjalan menuju rak buku yang penuh dengan novel.
Perpustakaan di kampus ku memang cukup lengkap, ya memang donasi buku-buku banyak sekali di terima oleh perpustakaan ini, cukup untuk membantu kami para mahasiswa dalam mencari bahan walaupun sekedar bacaan ringan, malam ini Aku butuh meresensikan sebuah novel yang sedari tadi memang belum ku temukan, aku terus menelurusi rak - rak buku berisikan berbagai jenis novel - novel dari novel terjemahan, novel klasik, fiksi, romansa, sampai novel bahasa german yang sama sekali belum pernah tersentuh oleh ku. Dari sekian banyak novel di sini, pilihan ku tertuju kepada sebuah novel lama terjemahan berjudul "The Great Gatsby",
"hmm,, klasik."
Aku hanya menoleh memperhatikan lelaki yang tiba-tiba muncul dengan paras maskulin dan lumayan, Ia mengenakan jacket berwarna biru tua dan celana tight jeans hitam,
"The loneliest moment in someone's life is when they are watching their whole world fall apart, and all they can do is stare blankly"
Aku masih menatapnya bingung, namun sepertinya Aku mengerti apa yang Ia maksud,
"Oh.. jadi lu udah nonton film nya ya?"tanya ku sambil tersenyum.
"Iyaa." Lelaki itu menjawabnya
"Mau pinjam?" Tanya ku sambil memperhatikan dua buah buku yang Ia genggam, salah satu buku berjudul Akuntansi Biaya. "Oh, dia anak fakultas ekonomi" batin ku.
"Kagak, Gua tadi udah duduk di sana."
Lelaki itu menunjuk kursi di ujung dekat dengan dinding,"Gua liat lu sama Carlin, dan gua yakin Evan yang dimaksud carlin itu elu."
Aku masih berusaha mencerna apa yang ia maksud sambil memperhatikan wajahnya dengan seksama untuk memastikan kalau memang kita pernah bertemu atau belum.
"Aaaahh,, lupa gua. Kenalin, Gua Peter."
Lelaki itu mengulurkan tangan nya dengan muka sumringah beserta lesung pipi yang cukup manis, aku pun masih merasa bingung namun tetap menerima sebuah jabatan tangan hangat dari tangan yang dingin.
"Peter, seperti Peter Pan?"
Apakah yang terjadi dalam benak ku saat ini, hal yang ingin ku lakukan adalah menjadi keren dan tenang, jujur saja aku merasa sedikit bingung harus melakukan apa, aku mulai mengalami sedikit frekuensi gugup terhadap orang asing yang memang tidak terlalu penting.
"Ya..! Peter, seperti Peter Pan, lengkapnya Peterson Adhirajasa." jawab lelaki tersebut dengan tertawa kecil.
Aku hanya bisa tersenyum dan mulai berjalan menuju kearah loket peminjaman buku untuk segera mendaftarkan namaku sebagai peminjam.
Lelaki bernama Peter ini tetap berjalan di sebelah bersama ku. Dia hanya tersenyum dan membuat ku menjadi semakin penasaran, dalam diam aku hanya bergumam, "Bagaimana Ia bisa berkenalan dengan Carlin?"
Rintik hujan sudah mulai berlalu, aku pun memutuskan untuk menyelesaikan kunjungan ku ke perpustakaan dan menuju parkiran motor di temani lelaki asing ini.
"Jadi, lu kenal Carlin dari kapan?" Tanya Peter memecah kesunyian perjalanan kami menuju parkiran.
"Dia memang teman SD gua. Kita dah temenan lama." Jawab ku dengan santai
"Ooh. Gua ketemu Carlin saat konseling bareng, ya biasa semacam bimbingan untuk anak-anak tersesat."
Aku melihat Peter sebentar sambil berjalan
"Dan Carlin, banyak cerita tentang apa yg lu lakukan buat dia." senyumannya mulai membentuk lesung pipi yang indah dari wajah nya yang tampan.
"Ah. Bukan hal besar. Biasa. Terus hubungan nya sama lu, Pet? Aahh.. lu demen sama Carlin ya?" Jawab ku sambil mensikut lengannya dan tertawa ringan.
"Suka? Ngga sih. Gua cuma Pengen tau aja Evan itu yg mana?" Jawabnya dengan Wajah yang sedikit memerah malu dan menimbulkan ekspresi lucu.
"Oke lu menemukan Evan yang lu cari, lalu apa yang bisa gua bantu Pet?"
Jawabku kembali dengan santai sambil berjalan menuju dekat parkiran yang sudah sepi.
Tanpa perkiraan ku, Tiba-tiba tanganya merangkul pundak ku dan sedikit membuat ku sedikit kurang nyaman."Belum saatnya Van, tapi gua sudah menemukan apa yang gua cari."
"Apa emang nya yang lu cari?" tanya Ku penasaran.
"Ini..."
ciuman itu langsung tepat mengenai sasarannya, meninggalkan aku seorang diri dalam keterkejutan..
*****
Penasaran mu adalah air bagi ku dan api untuk mu
Dan Jika hidup memang selucu itu, maka aku tau pasti perjalanan ini akan menyenangkan seperti lelucon.Hai semua. This is my first BOYxBOY story. Dari sekian lamanya. Baru sempet nulis ini dan menghold cerita lama. Takut idenya keburu lupa. As always Thank You so much for the Vote dan Comment serta mohon maaf jika ceritanya panjang. I'll try my best.
_Rhyudent.
![](https://img.wattpad.com/cover/79907902-288-k323902.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Is, I....... (END)
RomansaWARNING..!!! CERITA BERGENRE LGBT (BOYxBOY) HOMOPHOBIC GO AWAY. ***** "Hmmmppp.. achh.. Berhentii.. " Aku menghentikan kegiatan yang ku lakukan terhadap nya dan menatapnya lekat. "Okee." Hanya itu jawabku. "Tunggu.. tidak.. teruskan" "Jadi lu su...