BYT | 36

4.7K 282 12
                                    



Once you make a choice, mistake follow









Kain kasa yang terlebih aku guntingkan, mengemaskan kembali balutan kaki ku.  Keluhan berat meniti di bibir ,





" —— kau boleh anggap aku bencikan kau , tapi semua ni ... untuk kebaikan kau , lebih baik kau kekalkan jarak antara kau dengan dia .. " ujarnya mendatar , menyuakan gulungan kain kasa itu padaku.

"  kau tengok sendirikan ——, dia tak hiraukan call kau malah... langsung tak call kau balik even ... a simple text, so... kau fikir-fikirlah sendiri " dia sudah berdiri di muka pintu , berura-ura mahu keluar namun berpusing , melirikku sekilas.

Tatapan hiba itu menikam wajahku, bibirnya bergerak namun tiada butir bicara yang terluah .

" jaga diri kau , jangan 'terluka' lagi ... " tenang nadanya menitipkan bicara terakhirnya sebelum meloloskan diri dari bilik ku.




Pelbagai persoalan bermain di pemikiranku, bermain kata dengan diri sendiri. Sehingga aku tidak menyedari kehadirannya di hadapanku.

Dia menjatuhkan sebelah kepala lututnya di lantai , terdongak menatapku yang sedang duduk di birai katil.
Nafasku seakan singkat dengan jarak yang terbina antara kami. Sangat rapat. Kepalanya senget , menjatuhkan pandangan ke arah kaki ku yang berbalut. Redup anak matanya menatap kondisi kaki ku , perlahan-lahan tangannya mendekat , slightly touch ... balutan itu.


Setiap detik berlalu lambat, setiap saat ibarat bertahun , kejanggalan situasi antara kami ditambah dengan kebisuan yang mencengkam ... mampu membuatkan aku mendengar dengan jelas degup jantung sendiri. Khuatir andai degupan ini terlalu kuat hingga terdengar olehnya.

Sepantas kerdipan mata, tubuhku dirangkul dalam dakapannya, sesak dada. NAmun, lebih menyesakkan apabila menyedari kehangatan tubuhnya membaluti tubuhku. Pegun. Otakku seakan beku, beku dari sebarang pemikiran .


" —— maafkan finn ... "


Finn ? Dia tak pernah menggelar dirinya sebagai finn ... atau ...


Lengannya mengeratkan lagi pelukan , menongkatkan kepalanya di bahuku .



Ada satu rasa ... di sudut hati ini...  dan aku yakin ... perasaan ini akan memakan diriku sendiri...





" finn janji tak akan tinggalkan ..... Qaseh .. I'm sorry... " gumamnya tanpa menyedari butir bicaranya. Nama yang terbit di bibirnya..

Mataku pejamkan seiring dengan rasa pedih di dadaku , dan aku tidak bodoh untuk menyedari ... perasaan yang meracuni diriku ini ..
Racun yang tiada penawar ...










Lufasz meletakkan gelasnya di atas batu penghadang balkoni biliknya. Matanya meliar ke sekitar kota dari aras tingkat 82 itu. Angin malam menderu menyapa tubuhnya yang dibaluti sweater Nike dengan seluar pendek .



Hela berat dihela buat sekian kalinya malam ini. Jika sebelum-sebelum ini, dia ditemani haiwan kesayangannya Olio, namun memandangkan haiwan itu sudah dihantar ke veterina , terpaksalah dia bersendiri lagi. Lumrah hidupnya sejak kecil. Memang ditakdirkan dia bersendirian. Namun tidaak lagi, dia tekad bagi mendapatkan hak penjagaan ke atas anaknya.



Bahunya dicuit , dalam kesamaran lampu neon di club yang sentiasa menerima kunjungannya  dia melihat wanita berambut merah itu. Tersenyum senget ke arahnya , jarinya runcing wanita itu naik menjalar ke kolarnya .



The Survival✔Where stories live. Discover now