Jangan lupa comment di bagian yang kalian suka ya! Happy reading:)))
"Lo sih aneh-aneh, lagi dihukum bukannya fokus, malah ngeliatin Alif," oceh Agatha dengan melipat tangan di depan dadanya
Neira yang sedang berusaha membersihkan toilet pun menyahuti, "Apes banget ya gue, cuma gara-gara ngeliatin doang malah dihukum begini."
"Bantuin kek, lo ngeliatin doang mah nggak ada gunanya!" Neira berusaha meminta bantuan.
"Ogah! Gue kan nggak salah, ngapain gue ikutan bersihin?" elak Agatha yang dijawab desahan lelah dari Neira.
"By the way, gue tadi lihat poster Melody's lho!"
***
Gadis berambut sebahu tengah berjalan di koridor, derap langkah semangat diiringi oleh wajah antusiasnya. Ia terlihat sedang berjalan menuju mading sekolah yang ramai dikelilingi siswa.
"Eh awas dong, awas!"
"Eh gue juga mau liat, lah!"
"Santai dong, nggak usah dorong-dorong!"
"Eh gila lo, ya! Jangan dorong-dorong, sakit tauk!" teriak Alena kesal.
Setelah melewati teman-temannya dengan penuh perjuangan, Alena melihat jelas poster tim paduan suara yang dikenal dengan nama Melody's.
"Jadi pingin ikutan, tapi gimana, ya?" gumam Alena. Tiba-tiba sebuah suara menginterupsinya, "Lo mau ikutan? Kalo gitu langsung aja ke Kak Darren, lo tau kan? Ketua generasi 13," jelasnya.
"Eh?! Em.. iya, ehehe. Thanks ya infonya." Alen menjawab dengan sedikit terkejut. "By the way, Kak Darren nya dimana, ya?" tanyanya lagi.
"Yaudah, ayo ikut gue," ia menjawab lalu menarik Alen untuk mengikutinya.
Mereka berjalan menuju ruang musik. Sesampainya disana, pintu ruang musik itu dibuka olehnya.
"Kak, ini ada yang mau daftar," ucapnya.
Dan laki-laki bernama Darren itu mengangkat kepalanya, "Suruh masuk dulu aja, Glen."
Alena pun masuk dan duduk dihadapan Darren.
"Gue tinggal dulu ya Kak," pamitnya pada Darren, dengan senyum Darren menjawab, "Oke, thanks ya, Glen!"
Dengan ragu pula, Alena membalikkan tubuhnya dan berkata, "Makasih ya-" ucapan Alen tergantung, "Eumm.. Glen."
Mendengar itu, Glen hanya tersenyum singkat lalu keluar ruangan menyisakan Alen dan Darren.
"Lo kelas berapa?" Darren bertanya sambil mengisi formulir. "XI IPA-4 Kak," jawabnya
Tiba-tiba dering ponsel jadul milik Darren terdengar nyaring di ruangan itu. "Ini, kamu isi sendiri ya, saya mau angkat telepon dulu," pamit Darren.
Sementara Darren mengangkat telepon, Alen justru sibuk mengisi formulirnya.
"Ini kak, sudah saya isi formulirnya," ucap Alen ketika Darren usai menerima teleponnya. "Oh, oke. Mmm, jangan lupa nanti pulang sekolah kumpul lagi di aula untuk seleksi ya." Darren berkata selembut mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happen Ending
Teen FictionKisah percintaan memang kadang membingungkan. Bagaimana bisa ia merelakan waktunya untuk menunggu? Bagaimana bisa ia kebingungan antara cinta dan pendirian? Bagaimana bisa ia percaya bahwa keberuntungan akan menghampirinya? Bahkan perlakuan kecil...