10. Lagi?

6 0 0
                                    

Lo gila? -Alif

***
Glen memijat pelipisnya dengan gusar. Alisnya yang merengut itu memperlihatkan betapa resahnya ia sekarang. Tak henti-hentinya lelaki itu mengigit bagian bawah bibirnya, juga sesekali mendesah pelan. Membuat lelaki disampingnya, Alif, berdecak kesal karena Glen tidak fokus mengunyah makanannya. Ah tidak, ia bahkan tidak menyuap sesendok pun makanannya.

Kantin semakin terlihat ramai, kalau saja Glen tidak segera menyudahi makanannya, mereka pasti akan ditegur karena siswa lainnya juga membutuhkan meja makan.

Mau tidak mau, Alif menegurnya, "Glen lo kenapa sih?" tanyanya sedikit khawatir. Takut barangkali ada sesuatu yang mengganggunya. Glen kemudian mengangkat kepalanya, tanpa menoleh ke arah Alif. "Pusing gue, Al," keluhnya.

Alif sepertinya mengerti, "Masalah eskul ya?" tanyanya yang dibalas anggukan lemah oleh Glen. Seharusnya Glen tidak boleh seperti ini. Menjadi ketua bahkan tidak mengharuskannya memikul beban sendiran. Sebagai ketua, hal pertama yang harusnya dilakukan adalah mengumpulkan anggota.

"Cerita dong, gini-gini, gue juga ketua eskul lho!" Alif menepuk dadanya bangga, membuat Glen terkekeh kecil. "Iya, ketua nggak niat. Liat aja kelakuan lo, masih aja badung!" tanpa sadar, Alif mengangguk setuju. Toh, omongan Glen benar, Alif memang tidak ada niatan menjadi ketua eskul, apalagi eskul yang ia pegang adalah Rohani Islam.

Kelakuan Alif sebenarnya tidak jauh berbeda dengan siswa lainnya, hanya saja Alif sangat mahir mengaji. Alif juga terkesan penurut, dan walaupun bandel, setidaknya ia tidak pernah buat masalah dengan guru. Wajahnya yang teduh dan alim juga membuat kebanyakan anggota memilihnya. Keahlian Alif adalah, menjaga image di depan orang yang tidak dikenalnya, juga orang yang disukainya.

"Kalo mau bandel tuh, sekalin napa, Al." kini Glen kembali mencicit, membuat Alif meringis pelan. "Ya gimana ya, Glen. Gue nggak mau mengecewakan fans gue. Apalagi dedek-dedek alim yang Alif sayang," balasnya.

Glen semakin pusing melihat tingkah Alif yang 180 derajat di depannya dibanding oranglain. Sungguh, Alif mengidap kepribadian ganda. "Alif, tolong ya. Kalo degem lo pada tau aslinya lo begini. Yakin deh gue, pada kabur semua! Menggelikan tau nggak?" gerutu Glen, ia kembali menekuk mukanya.

Alif tak menanggapi serius, kemudian berkata, "Nggak usah terlalu dibikin stress, Glen. Gue tau lo mikirin masalah pensi. Kalo lo kesusahan, anggota lo banyak, lo juga bisa minta tolong Kak Darren dan generasinya. Jangan terpuruk seolah lo sebatang kara deh." Alif menepuk pelan punggung Glen, menguatkan.

Di sekolah mereka, setiap dua bulan sekali diadakan pensi kecil-kecilan, yang mana pengurus utamanya adalah eskul paduan suara, Melody's. Pensi itu biasanya diisi oleh para siswa yang punya skill dance atau menyanyi. Tetapi, banyak juga yang mengisi dengan sulap, tari tradisional, band, beatbox, dan masih banyak lagi.

Yang membuat Glen pening adalah, pengurus utama acara tersebut adalah Melody's. Yang mana ia dan anggotanya harus mengurusi masalah sponsor, tenda, penanggung jawab, donasi, pengisi acara, dan penampilan dari Melody's sendiri.

"Thanks, Al. Yaudah yok, balik ke kelas."

Mereka beranjak secara beriringan tanpa memedulikan makanan Glen yang belum sempat tersentuh.

Mereka berjalan begitu saja, menuju kelas yang sama dimana seorang gadis tengah gusar dengan berjalan mondar-mandir. Tangan kanannya memegang sweeter abu-abu bercorak merah. Raut wajahnya membuat semua orang tau, gadis itu tengah gundah.

"Neira lo tuh kenapa sih? Daritadi sibuk banget mondar-mandir, kayak nggak ada kerjaan aja." Lia, teman dekat Neira di kelasnya itu terlihat kesal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Happen Ending Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang